Tema : Fantasi
Petunjuk Gambar : 3 Jalan Menuju Labirin
Petunjuk Cerita : 3 Jalan Menuju Labirin
Judul : 1, 2, 3, MULAI!
Nama : Umar I.N
Sampul Depan :

Punggung Buku :

Sampul Belakang :

Tema : Fantasi
Petunjuk Gambar : 3 Jalan Menuju Labirin
Petunjuk Cerita : 3 Jalan Menuju Labirin
Judul : 1, 2, 3, MULAI!
Nama : Umar I.N
Sampul Depan :
Punggung Buku :
Sampul Belakang :
Ini kenapa ya sudah selesai tugas nya?
Aku sedih.
This is the last time.
Tema cerita: cerita fantasi.
Petunjuk cerita: portal, anak dan mimpi.
Petunjuk sampul: portal, anak dan mimpi juga.
Sampul depan:
Cover depan:
Cover belakang:
Jenis tema cerita: Kisah nyata
Petunjuk cerita: Wedding, Internasional, Pepatah
Petunjuk gambar: Wedding Dress, Green, Skin
Judul cerita: I am Your’s Joy – Series 3
Author: Josephine
Sampul depan:
Sampul belakang:
Tema: cerita bertema keluarga
Judul :the Kobayashi’s ” modern day ninja
Petunjuk gambar: menemukan ketiga jalan
Sampul depan
Sampul belakang
Punggung buku
Tema : cerita fantasi
Judul : Explorer
Gambar petunjuk: mahkota
Sampul depan:
Sampul Belakang
Punggung buku:
Kata kunci: Penjajahan
Jenis serangan: Tulisan
Nama penyerang: Dzakiyyah Jaihan, dari tim merah
Pesawat lewat: Halo…! Jangan asik di Discard aja ya… Nih, ada serangan guys..😉
Jenis tema cerita: Kisah nyata
Petunjuk cerita: Jump suit, Mama, Dunia
Petunjuk gambar: Jump suit, Blue, Yellow
Judul cerita: I am Your’s Joy – Series 2
Author: Josephine
Sampul depan:
Sampul belakang:
Punggung buku:
Tema : Cerita tentang fantasi
Petunjuk gambar : Ninja, pedang, apel, istana.
Petunjuk cerita : ninja, apel, istana, mahkota.
Judul : Kekuatan Misterius
Penulis : Athiarahima M.
Sampul depan :
Sampul belakang :
Punggung buku :
Kata kunci : Bikin cerita crossover sama anime Owari no Seraph *padahal aku nggak ngikutin animenya*
Deadline : Rabu jam 10 malam
Nggak usah sok pake ganbatte, fight atau semacamnya.
Udah basi tau?
Tema cerita: cerita perayaan.
Petunjuk cerita: natal.
Petunjuk sampul: natal, perapian, kado dan orang.
Sampul depan:
Sampul belakang:
Tema : Perayaan/Festival
Judul : Pulang
Petunjuk Gambar : Pagi
Petunjuk Cerita : Hari Raya, Kue, Camilan
Sampul Depan :
Punggung Buku :
Sampul Belakang :
Tema : Cerita tentang perayaan/festival
Petunjuk gambar : Hari raya, pagi
Petunjuk cerita : hari raya, pagi, kue, camilan
Judul : Lebaran Terakhir
Penulis : Athiarahima M
Sampul depan :
Sampul belakang :
Punggung buku :
Petunjuk cerita: Apel
Petunjuk gambar: Mencari 3 jalan di Maze
Judul: Jewel of Soul
Nama Penulis: Amanda Cahyani (Amanda)
Tema/Genre: Fantasy (Fantasi), Drama (Drama)
==~ Sampul Depan ~==
==~ Sampul Belakang ~==
==~ Punggung Buku ~==
==~ Sampul Depan ~==
==~ Sampul Belakang ~==
==~ Punggung Buku ~==
Hari ini adalah hari yang ditunggu oleh para murid kelas 7-A. Hari ini, semua orang di kelas akan pergi karya wisata! Murid-murid berangkat tepat pada pukul 7 pagi. Mereka menaiki bis untuk pergi ke destinasi. Selama perjalanan, banyak dari murid-murid tertidur.
Sebab, perjalanan diperkirakan akan mencapai kurang lebih 5 jam! Bahkan itu belum termasuk mampir kemana-mana dulu. Makanya, kebanyakan dari mereka belum juga sampai di lokasi sudah kecapekan. Destiny tidak bisa tidur, seharian penuh dia hanya termangu saja.
Destiny tidak suka karya wisata, baginya itu hanya mengingatkannya akan kejadian yang dulu dia alami. Destiny pernah dikucilkan karena sifatnya. Padahal dulu, Destiny sangat ramah. Sehingga disukai banyak orang. Seperti biasa, jika ada orang terkenal pasti ada juga yang merasa iri.
Destiny punya dua teman akrab, Tapi keduanya ditipu oleh kabar palsu yang disebarkan orang-orang yang tidak menyukai Destiny. Akibatnya, teman-teman Destiny pun jadi menjauhinya. Karena dikucilkan, setiap kali karya wisata diadakan Destiny selalu sendirian.
Ketika mau tidur pun, dia tidur sendirian di pojokan karena tidak mau mendengar “kata-kata” dari teman sekelasnya yang bisa membuatnya bertambah sedih. Hal itu terus terbawa hingga Destiny naik jenjang menjadi SMP.
Saat pertama kali masuk ke kelas, yang lain memperkenalkan diri dengan semangat, lengkap dari a sampai z. Destiny mungkin satu-satunya yang perkenalan dengan datar, hanya dengan memperkenalkan nama saja lalu duduk lagi.
Teman-teman sekelas hanya bingung sesaat saja melihat kelakuan Destiny. Tapi, tidak ada yang mengingatnya lagi setelah semua itu selesai. Kerja kelompok juga begitu. Destiny kebanyakan diam dan setuju saja. Meskipun begitu, teman-teman sekelompoknya tetap bersikap biasa-biasa saja.
Seolah… yang Destiny lakukan itu adalah hal yang sudah biasa terjadi.
Akhirnya, setelah menunggu cukup lama mereka pun sampai juga. Mereka akan menginap disana, mereka akan tinggal selama 2 hari 1 malam. Setelah mereka turun dari bis, mereka semua dipecah menjadi kelompok per kelompok.
Akan dipilih ketua didalam grup tersebut yang bertanggung jawab atas kelompoknya. Destiny berada di kelompok 7 dengan teman sebangkunya, Choco dan satu orang lagi bernama Yani. Pada saat pemilihan ketua, Yani dan Choco bisik-bisik sendiri dan diam-diam merencanakan sesuatu.
Sedangkan di satu sisi lainnya, Destiny terlalu sibuk sendiri hingga hampir tidak mendengarkan dan melihat apa yang teman setimnya bicarakan. Destiny tengah sibuk mengabsen dirinya di buku absen yang baru saja lewat di depannya.
“Baik, sekarang kelompok 7! Siapa Kapten kalian?” Tanya MC, ternyata sudah giliran kelompoknya Destiny.
“DESTINY, PAAAK!” teriak Choco dan Yani dengan kompak, membuat Destiny kebingungan.
“Apa yang—?”
“Oke, berarti Destiny Kapten kelompok 7 ya!” Ujar MC sambil menulisnya di papan yang tengah dia bawa di lengan sebelah kirinya. Belum juga Destiny selesai ngomong, MC sudah keburu menyelak. Membuat Destiny terpaksa setuju mengenai dirinya yang jadi kapten di kelompoknya.
Choco dan Yani hanya cengengesan pada saat ditatap Destiny, membuat Destiny menghela napasnya.
“Kalian yakin?” Tanyanya tiba-tiba.
“Soal apa?” Mereka justru malah bertanya balik pada Destiny.
“Apa lagi? Ya, jelas keputusan aku jadi kapten?” kata Destiny.
Masa sih, mereka belum dengar rumorku? ujar Destiny dalam hatinya.
“Ooh.. jelas dong! Kita berdua sudah setuju kok! Lagipula kami ngga punya bakat mimpin juga siih..” kata Choco, diikuti oleh suara tertawa Yani.
“Hm. Ya, sudah,” kata Destiny cuek, sikap yang Choco dan Yani berikan pada Destiny itu bukan seperti sikap teman sekelasnya yang lain. Biasanya, yang terjadi adalah ketika Destiny bertanya, tidak dijawab alias dicuekin, atau malah pura-pura ngga denger.
Tapi, ada beberapa yang tetap ngobrol dengannya, walau cuma ngobrol kepentingan tugas kelompok saja. Setelah seluruh kelompok selesai ditanya siapa kaptennya. Para kapten maju kedepan dan diberitahu kurang lebih semua kegiatan mereka selama disana. Jadwal itu ditulis di papan.
Beberapa kapten menulis jadwal selama disana didalam notes agar tidak lupa. Sedangkan beberapa ada yang ketinggalan notesnya, atau bahkan bela-belain minjem satu kertas ke sebelahnya karena benar-benar lupa dibawa dari rumah.
Destiny tentunya tidak termasuk, dia sudah benar-benar mempersiapkan semuanya dari rumah. Destiny membawa notes dan tidak buru-buru menulis jadwal itu disana, karena lagipula papannya tidak akan kemana-mana. Setelah semua selesai, mereka semua bermain games hingga siang hari.
Siangnya, setelah mereka makan siang ada jam waktu kosong. Di waktu itu semua murid bebas mau ngapain, tidur boleh, mereka boleh jajan kemana saja mereka mau. Destiny tidak begitu ingin pergi kemana-mana, walaupun mau Destiny harus ada teman yang menemani.
Nah, Destiny tidak punya teman, dia bakal pergi bareng siapa dong? Destiny sudah jadi murid paling dibenci satu angkatan. Destiny tidak punya teman lagi di angkatannya. Kakak-kakak kelasnya cuek, adik kelasnya selalu bilang “sibuk”. Coba kamu terjepit di situasi seperti itu, bikin kamu bingung kan?
“Destiny!”
Tiba-tiba ada yang memanggilnya dari arah hutan kecil. Destiny ketakutan, mengira hantu yang memanggilnya. Saat Destiny menengok, rupanya itu hanyalah Choco dan Yani. Mereka memanggil Destiny dengan isyarat tangan yang artinya, “Sini, deh!”.
Pada saat Destiny menghampiri mereka, Yani langsung menyambar tangan Destiny lalu menggenggamnya. Dan mereka semua berjalan cepat menuju hutan. “Hei! Kalian ngapain, sih? Jurit malam belum dimulai tahu!” Ujar Destiny kebingungan, dia mencoba melepas genggaman Yani.
Hutan itu, memang akan digunakan sebagai tempat acara jurit malam nanti. Kelompok akan masuk secara bergantian, setelah kelompok 1 masuk, kelompok 2 menunggu 1 menit baru ikut masuk, begitupun dengan kelompok 3, sampai seluruh kelompok telah masuk. Mereka sudah ditentukan jalannya.
Sehingga, mereka tidak perlu khawatir masalah tersesat. Entah apa yang dua anak itu rencanakan, tapi Destiny merasa kalau akan terjadi sesuatu yang.. buruk? “Sudah sampai, Yan?” Tanya Choco pada Yani dibelakangnya.
“Belum, sebentar lagi..” jawab Yani cepat.
Destiny melihat ke langit, pohon-pohon tinggi mulai menutupi langit. Kemungkinan, mereka sudah mulai masuk cukup jauh ke hutan. Destiny menghela napas dan berkata dalam hatinya. Kenapa aku jadi ada disini, sih?
“Aah, stop Cho! Kita telah sampai!!” Teriak Yani, membuat kaget Choco yang di depan.
Choco berjalan perlahan-lahan ke tempat Yani dan Destiny berada. Yani maju beberapa langkah dan jongkok tepat di depan rumput besar di hadapan mereka. Yani menyibak sedikit rumput itu, dan terlihat ada sebuah sungai dengan seekor… Ikan mas?!
“Eh, itu ikan mas kan? Beneran ikan mas yang Bu Guru…?!”
“Sst! Jangan berisiik!” ujar Choco sambil menutup mulut Destiny.
“Yaudah, kan cuman nanya… Ngga usah pake nutup mulut segala kali,” Destiny melepas tangan Choco dari mulutnya sedangkan Choco cengengesan.
“Iya, Destiny. Itu Ikan mas beneran, yang Bu Guru pernah kasih tahu ke kita..” jawab Yani pelan.
Ikan mas sudah sangat-sangat langka, hanya tinggal tersisa satu jenis spesies saja di seluruh dunia. Spesies itu sendiri hanya tinggal tersisa 17 ekor. Ikan mas sering diburu, karena itulah dia terancam punah. Dunia memutuskan agar Ikan mas itu dilindungi di wilayah tertutup dan dijaga super ketat.
Agar tidak ada pemburu gelap yang mengambil Ikan mas lagi. Destiny tercegang, di depannya seekor Ikan mas melompat dengan anggun. Ikan itu sangat indah, rasanya Destiny jadi tidak heran lagi kenapa banyak yang memburunya. Ikan itu sangat cantik, ekor panjang berumbai itu benar-benar khas Ikan mas.
Tiba-tiba saja..
Kejadian berlangsung cepat, Ikan mas melompat terlalu tinggi dan terjatuh di daratan! Destiny dan dua lainnya kaget setengah mati. Mereka panik, jika tidak cepat Ikan itu bisa mati karena kekurangan oksigen!
“Nih! Cepat pakai emberku! Ambil air dari sungai!!” kata Choco, dia mengulurkan ember di tangannya.
“Sejak kapan kamu..?”
“Sudah! Buruaaan! Nanti ikannya keburu matii!!” perintah Choco sambil teriak dengan kencang. Akhirnya Destiny tetap menurut saja.
Dengan cepat Destiny keluar dari rumput, menyiduk air dari sungai, lalu berjalan cepat kearah Ikan tadi jatuh. Dengan hati-hati, Destiny menangkap ikan itu, lalu memasukkannya ke ember. Semuanya menghela napas, lega mengetahui Ikannya telah selamat.
Destiny melihat Ikan itu berputar-putar seperti orang kebingungan di dalam ember. Destiny cekikikan tanpa suara, Destiny berjalan ke sungai, dan menuangkan isi ember itu ke dalamnya. Ikan mas langsung kabur begitu air telah bergabung kembali jadi satu dengan air sungai.
Destiny kembali ke tempat Choco dan Yani.
“Nih, embermu.” Ucap Destiny sambil mengulurkan ember milik Choco.
“Trims,” kata Choco sambil mengambil embernya. Yani memberikan Destiny sapu tangan miliknya, menyuruhnya agar menggunakannya untuk membersihkan tangan Destiny yang basah.
“Omong-omong, bagaimana kalian tahu Ikan itu ada disini?” Tanya Destiny seusai dia membersihkan tangannya dengan sapu tangan milik Yani.
“Yani-lah yang menemukannya. Kita lagi main kejar-kejaran dan tak sengaja menemukannya,” jawab Choco.
Hah? Aku ngga salah denger kan? Main kejar-kejaran?? Ya ampuun.. kalian ini anak SMP bukan sih??? Pikir Destiny dalam hati, dia menepuk jidatnya sendiri. Choco sih masih bisa dimaklumi, memang sudah sifatnya supel, tapi Yani? Dia itu anak paling pintar seangkatan looh.. kalau di kelas dia selalu kelihatan pendiam dan belajar terus.
Yani sedang mengobrol dengan Choco. Ketika, Destiny tidak sengaja melihat sesuatu dari balik pepohonan. Seekor ngengat putih yang sedang terbang. Destiny penasaran, ngengat putih itu cukup jarang terlihat. Destiny ingin memfotonya dan bertanya pada guru.
Destiny mengikuti ngengat itu, Destiny membuka hp-nya dan mengeklik tanda kamera. Destiny mempersiapkan kamera itu menjadi resolusi paling HD. Tapi, ternyata sia-sia, akhirnya Destiny mencoba mendekat karena fotonya kurang jelas. Segera.. Destiny merasa ada yang salah dari ngengat itu..
Kenapa ngengat itu mempunyai mata..?
“Eh? … !!!” Destiny menoleh, melihat ngengat itu tiba-tiba ada di sampingnya, dengan kedua matanya menatap lurus kearah mata Destiny. Hanya dalam hitungan detik.. mata itu berubah menjadi sebuah portal besar seukuran manusia, mengisap Destiny masuk kedalamnya..
~~TO BE CONTINUED~~
Jenis tema cerita: Kisah nyata
Petunjuk cerita: Dress, Pianis, Jakarta
Petunjuk gambar: Dress, Pink, Long hair
Judul cerita: I am Your’s Joy
Author: Josephine
Sampul depan:
Sampul belakang:
Punggung buku:
Tema: Cerita fantasi
Petunjuk Cerita: Naga, Dandelion, panah
Petunjuk gambar: Naga dan Istana
Judul: Dandelion
Nama penulis: Dzakiyyah Jaihan
Kesan: Alhamdulillah, sudah selesai tugas sepuluh. Terimakasih kepada teman-teman yang selalu membagi tips dan ilmunya. @umminamira dan @aghasyka. Jaihan tunggu proyek berikutnya ya, kak Sari (Cerivitas)..
Sampul depan:
Sampul belakang:
Punggung Buku:
Tema Cerita: Cerita Fantasi
Petunjuk Cerita: Naga
Petunjuk gambar: Pedang
Judul: Putri Naga
Penulis: Ayska
Sampul depan:
Sampul belakang:
Punggung buku:
Tema : Profesi
Judul : Penantian
Petunjuk Gambar : Coklat, Putih, Hijau , Dokter
Petunjuk Cerita : Kapal, Dokter
Nama Penulis : Umar I.N
Sampul Depan :
Punggung Buku :
Sampul Belakang :
Tema: Cerita FestivalPetunjuk Cerita : HutanPetunjuk Gambar : LenteraJudul : Lumina Tres (tiga lentera)Penulis : AyskaSampul depan:Sampul belakang:
Punggung buku:
Tema: cerita misteri
Judul : the young magician “the house of ghost”
Gambar pembantu : jendela
Sampul depan
Sampul belakang
Punggung buku
Tema : Fantasi
Petunjuk cerita : Surat
Petunjuk gambar : Putri
Judul cerita : Di Ujung Pelangi
Nama penulis : Izdihar Faiza Ritonga
Sampul depan :
Sampul belakang :
Punggung buku :
Petunjuk cerita: Lentera, Malam, Sore, Camilan
Petunjuk gambar: Lentera, Malam
Judul: Incident Before Festival
Nama Penulis: Amanda Cahyani (Amanda)
Tema/Genre: Lantern Festival (Festival Lampion)
==~ Sampul Depan ~==
==~ Sampul Belakang ~==
==~ Punggung Buku ~==
==~ Sampul Depan ~==
==~ Sampul Belakang ~==
==~ Punggung Buku ~==
==~ Sampul Depan ~==
==~ Sampul Belakang ~==
==~ Punggung Buku ~==
“Aorii! Ini kenapa lampionmu kau taruh sembarangan?! Cepat bereskan!” omel Ibunya.
“Iya, bu..” ucap Aori malas.
“Jangan malas! Nanti malam kan mau diterbangin! Kalau ke injek gimana?” ucap ibunya lagi. Aori membereskan bekas guntingan-guntingan sisa lampion dan mengambil lampion itu untuk ditaruh di kamarnya.
Nanti malam akan ada acara menerbangkan lampion sebagai tanda menyambut hari yang baru. Lampion itu dinyalakan menggunakan lilin yang dipasang di tengahnya. Mereka akan menerbangkannya di sungai dekat lapangan pada jam setengah 8 malam.
“Hmm.. Aku taruh diatas meja saja deh,” Aori menaruh di atas meja belajarnya. Lalu dia rebahan di atas kasurnya. “Sekarang ngapain ya?” Aori bingung sendiri.
“Baca buku saja deh,” Aori bangun dan mengambil salah satu buku favoritnya dari rak buku. Judulnya Elly’s Elf Journey. Lho? Kok jadi promosiin buku sendiri.. Hehehe.. 1 jam Aori membaca. Lama-kelamaan dia mulai bosan juga. Dia sudah membaca nyaris semua buku yang ada di raknya!
“Huuh.. bosan,” Aori melempar buku yang sedang dia baca sembarangan.
“Ngapain lagi yaa..” Aori melihat kamarnya yang super acak-acakan bak kapal pecah. Akhirnya dia pun membereskan buku-bukunya dan menaruhnya di tempat asalnya.
“Aorii! Temanmu memanggil!” panggil ibunya dari lantai bawah.
“Oh? Iya bu! Segera kesana!” Aori mempercepat beres-beresnya saking buru-burunya, tak sengaja dia menyenggol lampion diatas mejanya dan menginjaknya!
BRET!
Salah satu bagian lampion itu ada yang sobek.
“Bret?” Aori mencari asal suara itu yang ternyata berasal dari bawah kakinya!
“LAMPIONNYAAA!!” Aori berteriak panik.
“Ada apa sih, Aori?” ibunya yang mendengar suara itu kaget dan bertanya. “Temanmu sudah menunggu di ruang tamu tuh!”.
“Iy.. iya bu!” Aori buru-buru mengambil lampion yang sobek itu dan menyembunyikannya di balik kursi. Aduuh.. Gimana nih? Kalo ibu tahu kalau lampionnya sobek, mati aku! Ucap Aori dalam hati. Aori turun kebawah seolah tidak terjadi apa-apa.
“Kenapa dari tadi kamu ribut sekali sih?” tanya ibunya sambil menuang teh dingin kedalam gelas. Aori hanya cengengesan.
“Nih, kasih teman-temanmu. Mainnya di kamarmu saja ya!” ibunya menyodorkan nampan berisi teh kearah Aori. Aori menerimanya, lalu mengajak teman-temannya yang sedang menunggu di ruang tamu.
“Oh, Reiri dan Fukuko. Ayo kita ke kamarku,” ajak Aori. Reiri dan Fukuko masuk ke kamar. Mereka mengobrol bersama. Reiri memilih topik tentang festival lampion nanti malam.
“Nah, dimana lampionmu Aori? Aku ingin melihatnya dong,” kata Reiri penasaran.
“Uuh.. lampionku.. Yah.. sebenarnya..” Aori akhirnya menceritakan kejadian tadi.
“APAA?! Terus? Lampionnya?! Kamu nanti nggak nerbangin lampion dong?! Terus nanti gimana? Nanti..” oceh Reiri sambil sedikit teriak.
“Jangan berisik Reiri, pelan-pelan, satu-satu pertanyaannya. Lalu dimana lampion itu Aori?” selak Fukuko tenang.
“Ah, ini lampionnya.” Aori berdiri dan mengambil lampion yang dia sembunyikan di balik kursi.
“Wah, robek. Mungkin sudah tidak bisa diperbaiki,” kata Fukuko mengamati lampion itu.
“Tapi kita bisa buat yang baru,” kata Fukuko lagi.
“Eh? Buat baru? Tapi lilinnya gimana?”
“Aku sudah kehabisan lilin di rumah. Itu yang terakhir,” kata Aori bingung.
“Ya, kita beli lagi saja.” Fukuko mengecek jam.
“Masih jam 2 siang. Kalau kita berangkat sekarang mungkin masih ada waktu sampai sore,” kata Fukuko bangkit. “Ayo!”.
Mereka pulang setelah 1 jam membeli lilin. Wkwk.. lama amit ya.. lilin doang padahal. Fukuko membongkar semua barang-barang yang baru saja dibeli mereka. Woaw.. ada kertas untuk lampion yang baru. Lilin, dan.. coklat? BUAT APAA?? Ternyata, Reiri yang membelinya. Dia bilang, coklat bakal enak buat dimakan sebagai camilan pada saat sedang kerja.
Fukuko mengambil kertas dan mulai membentuknya menjadi lampion. “Reiri! Tolong ambilkan gunting itu dong,” minta Fukuko. Dia menyodorkan tangannya tanpa melihat. Reiri mengasih apa yang Fukuko minta.
Fukuko nyaris selesai membuat kerangka lampion. Reiri dan Aori ikut membantunya. Fukuko pintar dalam bidang kreativitas. Jadi Reiri dan Aori yang masih nooby hanya membantu mengambilkan atau memotongkan barang yang diminta.
(Btw, Fukuko itu anak orang kaya lho, ngga kaya raya banget sih. Nggak kayak Kintan, dari karakter cerita Cantika.) waktu sekarang menunjukkan jam 5:30 sore. Berarti mereka sudah menghabiskan 2 jam 30 menit hanya untuk membikin 1 lampion! Oh mai gat. Lama amat!
“Fiuh! Akhirnya selesai,” ucap Fukuko mengusap dahinya yang keringatan. Lampion itu sudah jadi! Tampak seperti baru (karena emang baru). Dan tidak terlihat habis hancur diinjak.
“Yeey! Thanks Fukuko!” kata Aori gembira. Sekarang lampion selesai. Tinggal menunggu festival deh!
“Yup, you’re welcome Madam. Ongkosnya hanya Rp. 100.000 saja.” canda Fukuko.
“Eeeh? Bayaar? Kita teman kaan? Pleasee, duit jajan di celenganku tinggal 100 ribu nih..” mohon Aori berbinar-binar.
“Hahaha.. bercanda kok. Jangan dirusakin lagi ya!” tawa Fukuko puas. Dia berhasil melihat wajah berbinar-binarnya Aori yang jarang terlihat.
“Sudah ya! Kita mau pulang dulu. Jangan diinjek lagi loh!” ucap Reiri. Dia berdiri dan pergo keluar kamar. Diikuti oleh Fukuko. “Ketemu di festival!” Fukuko sempat terlihat berkedip sebelum menutup pintu kamar.
Jam 7. Ayah, Ibu, dan Aori naik mobil ke sungai Ozuna di dekat lapangan Norcs. Sesampainya disana, sudah ada banyak orang yang datang. Banyak dari mereka sudah menyalakan lilin lampionnya, siap diterbangkan dengan secarik kertas berisi harapan.
Walikota datang. Aori juga ikut menulis harapan. Semua memberi aba-aba. 3.. 2.. 1! Di hitungan 1 semua orang menerbangkan lampion mereka berbarengan. Aori melihat Fukuko dan keluarganya di ujung dermaga dan Reiri beserta keluarganya juga di dekat sungai.
Malam yang menyenangkan! Meskipun ribet dikit sih tadi pagi… ucap Aori dalam hatinya.
~The End~
Tema: Acara atau perayaan
Petunjuk cerita: Cemilan
Petunjuk gambar: Cemilan dan malam
Judul: Api Unggun
Nama penulis: Dzakiyyah Jaihan
Sampul depan:
Sampul belakang:
Punggung Buku:
Cerita:
Api Unggun
Matahari kian meninggi. Cahayanya makin panas, membuat badan gerah. Enaknya minum dingin-dingin. Lapangan juga mulai sepi, eh… bukannya dari tadi emang sepi? Petualang pergi berburu. Lama banget, mungkin mereka banyak medapat buruan. Perlahan terdengar suara tawa dan percakapan. Petualang keluar dari hutan.
“Ealah.. Yazid katanya tadi mau buru rusa, tapi cuman dapat ikan..!” Asad tertawa terbahak-bahak, menunjuk-nunjuk Yazid.
Yazid garuk-garuk kepala. “Rusanya lari cepat, makanya aku nggak bisa dapat.”
“Ihh.. Yazid banyak alasan nih..” Laila menggoda Yazid (Kakinya masih pincang).
“Oi! Diam lah.” Hardik Yazid menatap Laila tajam, Laila hanya nyengir.
“Eh, tapi kita semua dapat buruan nih…” Kata Aulia melerai.
“Hah..iya. Nanti kita hitung bersama, ya..” Ajak Nazira riang. Semua mengangguk setuju.
Mereka segera menuju dapur petualang. Mengumpulkan seluruh hasil buruan. Ada daging Rusa, Kambing, dan Ayam hutan. Ada juga Udang, Ikan sungai, dan tumbuhan-tumbuhan hutan, dijamin semuanya lezat, asal yang masak Aulia, petualang iseng menggoda Aulia di dapur. Mereka juga memetik buah-buah hutan. Ah… seperti akan ada acara Api unggun saja.
“Oi, banyak sekali!” Seru Aulia riang, tangannya sudah gatal ingin memasak.
“Makanya kita hitung dulu.” Ucap Nazira menatap bingung seluruh hasil buruan, mau diapakan semuanya?
“Ayo kita hitung lansung..!” Seru Haura tak sabaran, Laila mengusap punggung Haura, sabar…, mungkin begitu maksudnya.
“Oke, kita akan mulai.” Kata Nazira mengeluarkan buku tulis berukuran A6 dan pena.
“Yazid, Asad, Aulia. Kalian pisahkan satu-satu kelompok dan jenis hasil buruan kita.” Perintah Nazira sembari menunjuk Yazid, Asad, dan Aulia dengan penanya.
“Eh, kita nggak nentuin ketua dulu nih?” Tanya Aulia.
“Nggak usah, Nazira saja yang jadi ketua.” Laila yang menjawab. Semua mengangguk setuju.
Asad, Yazid, dan Aulia mulai bekerja. Hasil buruan Rusa dikumpulkan dalam satu kelompok, kambing dalam kelompok kambing, udang dalam kelompok udang, ikan dalam kelompok ikan, ayam dalam kelompok ayam, buah dalam kelompok tumbuhan, dan tumbuhan hutan dalam kelompok tumbuhan. Lengkap sudah. Tapi ada kejadian yang membuat dapur ribut.
Aulia membuka plastik yang berisi tangkapan ikan milik Yazid. Tapi…
“Hua…!”Aulia histeris melempar sebuah plastik bening yang ada di dalam plastik hasil tangkapan ikan Yazid.
Apa sih isinya? Semua jadi penasaran.
“Ada apa, Aulia?” Semua orang bertanya keculi Yazid, dia terlihat salah tingkah, tentulah dia tahu apa itu yang dilempar Aulia.
Aulia hanya menunjuk plastik bening itu dengan menutup mata, dia tidak berani membuka mata sebelum plastik itu dibuang. Semua mendekat dengan hati-hati, ingin tahu di dalam plastik itu apa. Mengapa Aulia bisa sehisteris itu?
Semua tersentak, mundur menjauh, geli melihatnya. Semua menatap tajam ke arah Yazid. Yazid pura-pura tidak tahu.
“Yazid..!!!” Nazira berteriak kencang bagaikan singa yang mengamuk.
Yazid menutup telinga, merasa pekak. Lalu dia menatap semua orang sembari tertawa kecil.
“Apaan sih kamu? Kenapa malah tangkap katak..?” Tanya Laila kesal.
“Aku tadi cuman mau main aja.” Jawab Yazid malu.
“Sekarang kamu buang itu katak, udah penyet..! Kayak ayam penyet! Kamu mau makan??” Nazira berseru kesal, kesal sekali, dia serasa ingin mengutuk Yazid jadi katak.
“Hiii.. pantesan plastiknya Yazid bau. Geli deh mau makan ikan tangkapan mu..” Asad pura-pura menjadi penggeli.
“Oi! Itu kan beda plastik.” Kata Aulia menatap Asad.
Yazid mengambil plastik berisi katak penyet itu. Lalu membuang dengan menutup hidung. Puk-puk, Yazid menepuk tangannya.
“Cuci tangan mu, Yazid.” Kata Aulia. Yazid menuruti saja.
Itu lah yang terjadi. Mereka melanjutkan pekerjaan lagi hingga selesai.
“Sekarang coba hitung Rusa ada berapa plastik?” Tanya Nazira bersiap mencatat.
Aulia menghitung dengan cepat. Sesaat kemudian didapat lah angkanya.
“Lima.”
Nazira mencatat.
“Sekarang hitung Ayam.” Kata Nazira. Aulia mengangguk.
Mulai menghitung lagi, lalu memberitahu angkanya. “Tujuh.” Dan Nazira mencatat lagi.
“Udang?” Tanya Nazira.
Aulia menghitung lagi, lalu memberi tahu. “Empat.”
“Emm.., Sekarang ikan.” Kata Nazira sembari mentusuk pipinya sendiri dengan pena.
Aulia kembali menghitung. “Enam.”
“Terakhir, sayur dan buah.” Kata Nazira usai mencatat.
“Ada lima kantong plastik.” Aulia menyebut angka terakhir.
Nazira melihat serius catatannya. Oi? Nazira bingung.
“Banyak sekali buruan kita.” Nazira mengabari.
“Asiik….!!” Seru Aulia.
“Mau kita apakan semua ini?” Tanya Nazira bingung, dia mulai berfikir.
Laila, Aulia, dan Yazid ikutan berfikir. Emm…? Laila berfikir tajam, mencari jalan keluar yang tepat. Yang diinginkannya adalah bagaimana caranya agar untung dan tidak rugi? Bagaimana caranya menggunakan semua hasil buruan ini?
“Kita masak saja semuanya.” Aulia memberi usulan, ah, pikirannya selalu masak.
“Lalu bagaimana cara menghabiskannya? Sampai kita tamat dari sekolah Petualang, buruan ini tak bakal habis.” Komentar Laila, tepat dan cerdas.
Mereka berfikir lagi. berfikir dengan cermat dan matang-matang.
Tiba-tiba terlintas ide konyol di kepala Yazid. “Aha..!” Seruannya menjadi perhatian. “Kita kemabalikan saja seperti semula.”
Oho,ho..!
“Hebat ya, idenya. Kamu pikir kita ini tuhan? Sehingga bisa menghidupkan kembali makhluk yang sudah mati?” Tanya Nazira ketus. Yazid garuk-garuk kepala, baru sadar atas ucapannya.
“Yee.. Yazid. Kembalikan lah katak penyet itu seperti semula, kalau kamu pikir kamu bisa.” Aulia cengesan, menambah rasa malu Yazid.
“Eh, bagaimana kita berikan ke warga-warga sekitar sini?” Usul Nazira, itu ide bagus tapi kurang tepat.
Laila menggeleng. “Itu ide bagus. Tapi apakah kita akan memberikan setiap warga satu ikan? Satu potong daging? Satu paha Ayam? Satu Udang? Itu akan membuat mereka jengkel, bukan berterimakasih.”
“Lalu, apa ide mu?” Tanya Haura kepada Laila.
Laila tersenyum, terlintas ide cemerlang di kepalanya. “Kita buat acara, nanti malam.”
“Hah?” semua terkejut serempak.
“Kenapa harus acara?” Tanya Asad bingung.
“Iya, nanti malam pula.” Timpal yang lain.
“Biar seru, dan buruan kita akan berkurang, pas untuk seminggu lagi, kita akan tamat. Oya! Besokkan dokter Lala akan pulang, acara ini bisa juga dijadikan untuk acara melepas dokter Lala.” Jelas Laila tersenyum-senyum. Semua mengangguk setuju.
Mulailah mereka bekerja, membagi tugas. Aulia, Khansa, Enisya, Amaroh, Syifa, dan Humairoh bertugas di dapur, masak. Nazira, Ana, dan Haura bertugas membersihkan lapangan. Asad, Syafiq, Thariq, Amer, dan Harun bertugas mengambil kayu bakar dan mengangkat tikar. Yazid, Khalid, Omar, Ikrimah, dan Thalha bertugas menata dan menyiapkan piring, gelas, dan bahan yang kurang. Sedangkan Laila sendiri kocar-kacir memantau.
Di dapur, Petualang sibuk mencari menu masakan yang enak.
“Menu kita kebab turki dan susu saja.” Usul Aulia.
“Nggak ah, Ramen saja.” Enisya membantah, jelas-jelas dia suka sekali makanan khas Jepang itu, makanan ala Naruto, Naruto itu film kesukaan Enisya.
“Sushi saja kalau kamu mau makanan Jepang.” Syifa berucap tegas.
“Nasi Kebuli saja, aku pandai memasaknya.” Usul Khansa, Nasi kebuli? Makanan khas Arab.
Amaroh menggeleng kuat. “Bagimana kalau Hamburger saja? Atau Krabi patty saja.”
“Lotek saja, itu makanan tradisional Indonesia. Seharusnya kan kita melestarikan makanan ala Indonesia, bukan makanan negara luar.” Itu usul yang bagus dari Humairoh.
“Boleh juga, lalu tambah satu menu. Mie Api.” Ucap Aulia. Kata-katanya benar membuat semua orang tersedak dan terkejut. Mie Api? Di Pentas Hobi saja Mie itu tidak laku.
“Bisa bolak-balik kamar mandi orang nanti.” Enisya nyengir lebar. Aulia sebal makanan kesukaannya dicela.
“Kalian belum mulai?” Ada yang bertanya, itu Laila yang mendengar keributan di dapur.
“Belum tahu menunya apa.” Jawab Khansa polos.
“Emang kalian mau menunya apa?” Tanya Laila mengelus dagunya.
Semua lansung rebutan menjawab.
“Kebab turki!”
“Tidak! Ramen!” Seruan lain.
“Sushi!!”
“Oi, nasi kebuli!”
“Hamburger!!”
“Lotek! Makanan tradisional!!”
“Mie Api!!” Seru Aulia, semua terdiam.
Laila geleng-geleng kepala melihat kelakuan teman-temannya. “Tidak usah ribut, masak saja yang ingin kalian jadikan menu. Buruan kita banyak, tidak mungkin menunya satu atau dua.” Laila mengusulkan cara yang tepat. Semua mengangguk setuju.
“Tapi jangan jadikan Mie api sebagai menu acara, itu akan merusak acara. Bukannya aku mau mencela Mie api ya… Emang kita semua disini bukan orang yang tahan pedas seperti kamu, Aulia.” Jelas Laila tersenyum. Aulia hanya mengangguk kecil.
“Oya, jangan lupa tambahkan satu menu utama. Ikan darah. Itu makanan kesukaan dokter Lala.” Kata Laila menambah satu menu spesial. Yang lain mengangguk.
Sedangkan di lapangan, semua berjalan lancar. Hanya saja Yazid sesekali menjadi TJPM seperti tabiatnya, usil dan jahil, sukanya mengganggu orang lain.
~~~
Akirnya semua selesai sebelum magrib. Semua lelah, sama-sama lelah. Makanan telah tersusun rapi di atas tikar besar. Ada tela-tela, susu, kue, kebab, nasi kebuli, buah-buahan, sayur sup, ayam kecap, sushi, ramen, dan masih banyak lagi. ada juga cemilan seperti kerupuk dan pop crond. Ada juga jagung dan ikan bakar. Nyeemm… dijamin semuanya lezat.
Aulia yang memang hobinya memasak, tentu tidak akan berhenti memasak jika bahan-bahan masih banyak. Dia meminta Asad menyalakan api di pinggir kemah, lalu dia menegakkan kayu penyangga. Dia pun mulai memasak di atas api, seru sekali. Acara ini berlansung di pinggir kemah. Asad menyalakan api lagi ditengah-tengah kemah. Bukan untuk masak, tapi api ini adalah inti acaranya. Acara ‘Api Unggun’.
“Dokter Lala!!” Seru Laila berlari mendekati dokter Lala dengan kakinya yang pincang, kalau berjalan pincangnya tidak terlalu kelihatan.
“Laila. Ada apa?” Tanya dokter Lala sembari jongkok, dia menatap Laila tersenyum.
“Acara Api Unggun kejutan..!!” Laila membentangkan tangannya. Semua petualang melambaikan tangan ke arah dokter Lala.
Dokter Lala berdiri, wajahnya sumringah. Dia membaca tulisan sepanduk yang digantungkan diantara dua pohon. “Kami ingin melepas kepergian dokter Lala…”. Dokter Lala tersenyum lebar membaca tulisan itu.
Laila menarik dokter Lala ke tikar yang penuh dengan makanan.
Setelah sholat magrib, Haura pergi memanggil para jendral untuk makan. Yazid pergi memanggil kapten. Asad pergi memanggil para letnan. Semua pun datang. Mereka duduk di tepi-tepi tikar. Mereka bersiap untuk makan, makanan sudah mereka ambil dan mereka letakkan di piring masing-masing. Satu-persatu menyamtap makanan di piring masing-masing.
“Oi! Aku ketinggalan..!!!” Aulia berteriak, dia belum selesai memasak menu terakhirnya. Nasib-nasib… Chef yang terlalu semangat memasak. Yang masak malah nggak makan. Semua tertawa, sedangkan Aulia salah tingkah.
Setelah menu terakhir Aulia selesai, Aulia pun lansung masuk kedalam kelompok perempuan. Dia tidak membawa masakan terakhirnya itu.
“Eh, Aulia. Itu makanannya nggak dibawa kesini?” Tanya Nazira.
“Aku mau kasih Zia dan teman-temannya.” Jawab Aulia enteng.
Semua tersedak. “Siapa itu Zia?” Tanya Laila.
“Sahabat ku.” Aulia menjawab polos.
“Kenapa harus dikasih ke orang? Kenapa nggak kita aja yang nikmati?” Tanya Haura dengan wajah datar.
“Kan menu kita kelebihan. Kalau kita punya makanan yang lebih, kita hadiahkan ke orang lain, biar dapat pahala.” Jawab Aulia mantap, yang lain hanya mengangguk petanda setuju.
“Mungkin nanti mereka juga bakal kasih kita balasan makanan yang lezat.” Aulia nyengir lebar.
“Kamu pengen dapat imbalan?” Tanya Nazira melotot.
Aulia buru-buru menggeleng. Sehabis makan Aulia lansung izin keluar. Dia menghadiahkan makanan itu kepada Zia dan teman-temannya. Zia dan teman-temannya (Karakter Namira) mengucapkan terimakasih.
Tema: Cerita tentang profesi
Petunjuk cerita: Penjelajah
Petunjuk Gambar: Kompas
Judul: Penjelajah Cil1k
Penulis: Ayska
Sampul depan:
Sampul belakang:
Punggung Buku:
Kata kunci : Ceritakan tiga orang yang terlambat masuk kesekolah, dan tiga-tiganya punya alasan yang berbeda-beda!
Nah….buatlah alasan mereka bertiga pada cerita yang kamu buat dan tuliskan bagaimana mereka bisa lolos hukuman dengan alasan mereka itu!
Tipe : Menulis
Batas waktu : Sabtu pada pukul 12:00 MALAM
Fighting everyone…!!!!
*Bravo team*
Kata kunci : Gambarkan tembakan Solar Gerhana (?) pada episode terakhir Boboiboy Galaxy
Tipe : Menggambar
Batas waktu : Sabtu pada pukul 12:00 MALAM
Fighting Guuuyyss…!!!
*Bravo team*
AAA! Akhirnya bukunya udah sampee~ Aku seneng banget.. karena dari kemaren-kemaren udah nungguin 😀
BTW, Aku nyoba bikin yang spiral, bukan yang polos seperti di contoh.
Soalnya, kayaknya kok kalo yang dicontohin itu polos kan ya (lurus gitu aja).. jadi agak bosen aja gitu.. 😛
Jadi aku nyoba yang beda, iseng-iseng + pengalaman baru.
Oh iya, ini aku bikinnya dari Tokped (tokopedia) Di tokopedia, aku pesen dari orang lain (lupa siapa nama akun penjualnya :P). Nah, penjualnya itu minta link gambarnya.
Aku bingung kan, caranya gimana? Jadi diganti oleh mamaku, aku bikin gambarnya jadi .zip lalu dimasukkan ke Google Drive. Linknya dibuat nanti pas diklik langsung ke Google Drive itu.
Jujur aja, aku bingung (dikasih strip karena ngga mau ngaku :V) yang dikarenakan gugup berlebihan (engga kok, tenang, cuma bohongan :P).
Gugup karena ini pertama kalinya disuruh beli barang sendiri (tetep bisa gugup padahal ngomongnya lewat app, ngga perlu ngomong sendiri ke penjualnya *plak)
Setelah aku kasih link ke penjualnya, aku cuma perlu nunggu dia ngirim paketnya. Baru juga beberapa hari (?) Eh, tau-tau dah nyampe aja tuh paket. Menurutku, saking cepetnya sampe ngga sadar paketnya udah sampe (baru nyadar pas dilihat bener-bener).
Sekian pengalaman dariku, simpel tapi diingat banget di otak *eaa *plak *apasihakuini *gaje
Sampai jumpa~ 🙂
You must be logged in to post a comment.