Tugas 10 – Athia

Tema : Cerita tentang fantasi

Petunjuk gambar : Ninja, pedang, apel, istana.

Petunjuk cerita : ninja, apel, istana, mahkota.

Judul : Kekuatan Misterius

Penulis : Athiarahima M.

Sampul depan :

Sampul belakang :

Punggung buku :

Advertisement

It’s our last week guys!

Assalamualaikum teman-temaaaan~

Bagaimana kabarmu hari ini? Ayoo tinggal 1 minggu lagi lhoo, insya Allah proyek kita akan selesai hehehe… semangat gaesss!

Kalau kamu ketinggalan, gpp coba minggu ini tambahin minimal 1 desain sampul aja, lalu yang sudah jadi coba dicetak berapa pun jumlah sampulnya. Jadi kalau kamu hanya buat 1, cetak 1 aja gpp ^^

Buat yang sudah mencetak minimal 4 sampul buku (special mission), kamu berhak dapat hadiah pin atau magnet kulkas, silahkan pilih mau yang mana ^^

Buat yang belum lihat deskripsi tugas terakhir, klik di sini yaa, kita akan membuat sampul untuk cerita fantasi.

Buat Team Battle, yuk ramaikan minggu terakhir ini xD just for fun ajaa~ silahkan kirim story bazooka, art blaster, atau flash attack.

Selamat mengerjakan, semoga sukses!

Tugas 8- Jaihan

Tema: Profesi

Petunjuk gambar: Dokter, putih, coklat

Petunjuk Cerita: Dokter

Judul buku: Hadiah Terbaik

Nama penulis: Dzakiyyah Jaihan

Sampul depan:

Sampul belakang:

Punggung Buku:

Cerita:

Hadiah terbaik
Matahari menampakkan diri, tak segan menyebarkan cahayanya. Sebagian cahaya itu menyentuh permukaan tanah, sebagiannya lagi menyentuh pucuk-pucuk pohon di hutan, sebagiannya lagi berhasil menembus kemah petualang sehingga membuat cahaya bergradasi. Sebagian cahaya itu dengan senang hati membelai kain jemuran yang basah, dan sebagian cahaya itu berhasil menghangatkan tubuh lembut dan tubuh perkasa, sampai kedua tubuh itu megeluarkan setetes demisetetes air.
Pohon-pohon mulai berbuah yang banyak. Beberapa buah tampak masih berbentuk bakal, beberapa lagi sudah membentuk buah muda, dan beberapa lagi tampaknya sudah matang. Bau manis buah matang itu menyebar kemana-kemana, ahh.. sedap… Hewan maupun Manusia berebut untuk memetik buah yang meneteskan air liur itu. Betapa tidak! Musim buah hanya sekali sampai tiga kali setahun. Meskipun diwaktu lain berbuah juga, tapi buahnya tak sebanyak di musim buah dan buahnya pun tak semanis sekarang ini. Bagi sekolah Petualang, saat ini adalah musim emas. Karena sebelumnya tidak ada musim buah yang buahnya semanis sekarang ini.
“Woii..!” Panggil Amer. Semua mengerumuninya.
“Lihat, banyakkan aku dapat buah..!” Harun berseru riang, dia meraih satu buah di dalam keranjang.
“Kalian berdua yang metik?” Tanya Amaroh ikutan meraih buah di dalam keranjang, tapi tanggannya berhasil dicegah Amer.
“Iya.” Jawab Amer ketus.
Aulia segera mengambil buah mangga dari keranjang biru itu. “Minta mangga satu..!” Serunya yang sudah tak tahan melihat buah mangga manis itu.
Hap! Tangannya dicegah Harun. Harun mentapnya tajam. “Enak saja! Metik sendiri dong..!”
Aulia menarik kembali tangannya. Sedangkan Harun dan Amer segera pergi menuju tepi lapangan, menikmati semua buah-buah manis itu. yang lain hanya bisa meneteskan air liur.
“Eh, Yazid. Kamu petik ya buahnya. Ya, ya, ya..!” Thalha memohon sambil memelas pada Yazid.
“Nanti aku yang metik tapi kalian yang makan.” Kata Yazid jengkel.
“Kamu kan juga ada makan.” Kata Asad menyikut Yazid.
“Mana banyak aku makan dengan kalian?” Tanya Yazid melotot, dia menatap jengkel Nazira. Nazira hanya tersipu, jelas-jelas dia yang banyak makan.
“Iya, iya. Nanti jika buahnya habis, kami lagi yang metik.” Kata Nazira meyakinkan.
“Benar, nih?” Yazid bertanya serius. Nazira mengangguk mantap, jarang mereka damai seperti ini.
“Ya, udah. Kalian bersiap dari bawah pohon.” Kata Yazid segera pergi ke pohon Mangga yang berbuah lebat. Lalu dia memanjatinya.
“Ingat! Jangan ada yang makan dulu sebelum aku turun.” Kata Yazid memperingati. Yang lain mengangguk setuju. Ini seperti perjanjian dengan TJPM saja.
Yazid mulai beraksi. Dengan lincah dia memanjati pohon mangga yang ada di tengah lapangan. Berjalan di dahan pohon yang bergoyang seakan berjalan di tanah saja olehnya. Cekatan dia memetik buah, lalu melemparnya tiba-tiba tanpa mengabari, membuat semua orang kaget dan mengejar buah-buah yang jatuh.
“Oi, Yazid! Kau tak bisa pelan?” Logat bahasa asli Aulia keluar. Yazid hanya nyengir, kan sudah aku bilang siap-siap di bawah pohon tadi, mungkin begitu pikirnya.
Satu jam setelah memanjati beberapa pohon dan memetik banyak buah, Yazid pun turun dari pohon. Pas sekali ketika kakinya menyentuh tanah, buah-buahan itu lansung diserbu. Yazid hanya bisa memandang jengkel dan sebal. Dia segera mengambil bagiannya. Eh, nggak terasa baru satu menit buah-buah itu lansung habis ludes. Metiknya lama sampai satu jam, makannya sebentar hanya satu menit.
“Yah, sudah habis.” Keluh Aulia. “Siapa nih yang congok?”
“Nggak ada yang congok Au..! Memang buahnya yang nggak cukup buat kita semua.” Jawab Nazira menenangkan.
“Lalu sipa yang mau metik lagi?” Tanya Laila menatap teman-temannya.
“Anak jantan lah..” Jawab Aulia sembari menunjuk anak laki-laki.
“Bah! Kami lagi! Kami banting tulang metik, terus kalian santap dengan santai seperti noni-noni belanda.” Kata Asad degan jengkel menolak.
“Kami nggak mau metik. Gantian dong metiknya..! giliran kalian sekarang yang metik.” Tanpa rencana anak laki-laki kompak bicara.
Anak perempuan saling tatap, bingung. Nasib mereka jika tak ada yang metik, itu artinya mereka juga tak bisa menikmati buah.
“Nazira, kamu yang metik ya..” Kata Aulia menjawil tangan Nazira.
Nazira menatapnya. “Yang lain saja. Aku terus yang metik dari anak perempuan, macam Tarzanah saja.”
“Tarzanah? Baru kali ini aku dengar.” Kata Haura tertawa geli.
“Nggak mungkin Tarzan, itu buat laki-laki.” Nazira menjawab polos.
“Oya! Aku punya ide. Bagaimana jika yang belum pernah metik buah di sekolah petualang saja yang metik?” Tanya Nazira memberi usulan. Semua mengangguk setuju, hanya Laila yang ragu setuju.
“Syifa!” Tunjuk Nazira tertawa menjahili. Syifa tak menyangka ditunjuk secepat itu, dia mulai memikir.
“Aku pernah metik!” Syifa buru-buru menjawab.
“Di sekolah petualang?” Tanya Nazira. Syifa mengangguk. Nazira mengangkat mulut bawahnya, jelas dia tak percaya.
“Kapan?” Tanya Nazira.
“Waktu kita lagi di pohon rambutan.” Jawab Syifa.
Nazira terus mencari orang yang belum pernah memetik buah, tapi semuanya sudah pernah memetik meski sekali. Akhirnya ketemu lah orang yang tak pernah memetik buah di sekolah Petualang sama sekali. Laila. ya, Laila. Dia lah yang belum pernah memetik buah di sekolah petualang sama sekali. Dia tidak ahli dalam manjat memanjat, dia juga tak punya pengalaman memanjat pohon yang tinggi. Dia tidak pernah memanjat pohon yang tinggi. memetik pernah, tapi tidak dengan memanjat. Laila memetik dengan kayu.
“Tapi aku nggak pernah metik dengan memanjat.” Laila mengeluh, wajahnya tertunduk.
“Yee, mau pernah mau nggak pernah, harus dilaksanakan.” Kata Humairoh cengesan.
Laila pun menurut. Dia segera menghampiri pohon kelengkeng yang tak kalah banyak buahnya. Pohon itu cukup tinggi dan akan sangat sulit buat Laila untuk memanjatinya. Tapi bau khas kelengkeng memang lah sangat menggoda. Laila segera memanjati pohon itu. Uhh… Sulit sekali. Begitu maksud ekspresi wajah sebalnya. Untung saja dia memakai RokCel (Rok Celana), sehingga bisa memudahkan gerakannya.
Semua orang tertawa melihat gerakannya yang tidak terbiasa dalam manjat memanjat, termasuk anak laki-laki dari kejahuan. Kaki Laila seperti mau menaiki tangga saja, sehingga menarik perhatian semua orang. Kapten, Letnan, Jenderal, dan anak laki-laki menghampiri pohon kelengkeng yang dipanjat Laila. Kini Laila seperti pertunjukan anak bayi saja, atau monyet yang memanjat pohon dengan lucu.
Plak! Belum satu meter Laila sudah terjatuh.
“Aduuhh..” Laila mengaduh pendek, semua orang tertawa.
Laila tak menyerah, dipanjatinya lagi pohon kelengkeng itu. beberapa kali dia terjatuh, tapi Laila pantang menyerah. Ketika memanjat untuk keempat kalinya, Laila berhasil karena semangat dan usaha yang tinggi. semua bertepuk tangan.
“Cepat sekali Laila naik tah-tah..!” Yazid pura-pura kagum, kalian tahu lah tujuannya apa.
Laila terus memanjat dengan cepat. Semua orang menyemangatinya. Suara gemuruh di mana-mana.
“Laila, Laila, Laila!!” Seperti ada perlombaan 17 Agustus saja.
Laila meraih dahan pohon yang ada di atas kepalanya, memegang kuat, lalu menaiki dahan itu. Laila duduk sebentar di dahan kokoh yang baru saja dinaikinya. Buah-buah kelengkeng yang bergelantungan membuatnya tak sabar untuk memetik. Laila melanjutkan lagi, dia mulai memetik.
Hap, hap! Banyak sekali kumpulan buah kelengkeng batang yang dipetiknya. Tapi semua kurang besar, kelengkeng yang besar-besar ada di ujung ranting dan dahan. Tapi itu pasti sulit untuk mengambilnya. Ah, kelengkengnya besarnya gitu-gitu aja. Jika Yazid, Asad, Nazira, atau anak laki-laki yang memetik, pasti dapet buah yang besar-besar.
Bosan sekali mereka yang di bawah mendapatkan buah yang kecil-kecil. Laila pun sebenarnya bosan juga. Tapi dia takut jatuh jika pergi ke ujung dahan.
“Lai! Coba ambil yang di ujung dahan lah..! Bosan orang di bawah!” Yazid berteriak lantang, semua orang memandangnya. Berani sekali Yazid mengatakan hal itu, sambil teriak pula, pikir mereka.
Tapi Laila hanya mengagguk. Dia memberanikan diri untuk merayap ke ujung dahan. Laila merayap seperti anak kecil, membuat semua orang tertawa kembali. Sampai lah dia di ujung dahan yang buahnya besar-besar dan banyak. Laila memetik sambil tengkurap di dahan pohon, dia takut jatuh.
“Di atas, Lai!” Seru Nazira dengan kedua tangan tertangkup di sudut bibir.
Laila mengangguk menuruti, lalu segera berdiri dengan hati-hati. Tangannya terbentang di udara, berusaha menyeimbangkan badannya. Setelah yakin telah seimbang, Laila pun menurunkan tangannya. Dia mengangkat tanga kanannya dengan hati-hati, ingin memetik buah kelengkeng di atas kepalanya.
Tapi…
Belum sempat dia memetik kelengkeng itu, tubuhnya bergoyang tak karuan. Keseimbangannya hilang tanpa sebab. Orang-orang yang tadi bersorak berubah menjadi panik, bagaimana ini? Yang paling panik kapten, jangan sampai Laila celaka hanya karena memetik buah.
“Huaaa..!” Laila terkejut manakala badannya terpleset.
Prak, prak, prak…
Laila terhentak ke beberapa dahan. Lalu….
Brak..!
Suara itu terdengar mengerikan. Sampai di permukaan tanah kepala Laila terbentur akar pohon kelengkeng yang keras. Memang tidak berdarah, tapi membiru lebam. Kakinya tampak seperti tak bertulang, mungkin patah. Kaki Laila juga mengeluarkan banyak darah. Laila antara sadar dan tak sadarkan diri. Dia tidak menangis ataupun mengaduh, dia sudah takberdaya lagi. Wajah cantiknya! Keningnya tergores, pipi kanannya lebam, bibirnya berdarah, dan pelipis kirinya tergores kuat, sehingga mengeluarkan banyak darah.
Semua menatap ngeri ke arah Laila. Mengapa di hari kemerdekaan ini harus ada kesedihan? Mengapa di hari merdeka ada darah yang tumpah juga? Ada yang bersedih juga? Ada yang tak berdaya juga? Itu lah pertanyaan mereka semua.
“Cepat gotong dia ke UKS!” Kapten memerintah dengan lantang, dia melambaikan tangannya.
Tiga Letnan maju membantu kapten menggotong Laila. Mereka membawa Laila ke UKS. Petualang dan para Jendral mengikuti. Jendral Jilan segera membuka pintu UKS. Kapten dan tiga letnan itu membaringkan Laila di Bed pasien.
“Kalian semua keluar.” Perintah jendral Jilan, Yang lain hanya menuruti. Tinggal lah petugas UKS.
Mereka memeriksa Laila. Kepala Laila tidak bisa mereka sembuhkan, peralatan tidak memadai. Kaki Laila juga tidak bisa, mereka tidak ahli dalam tulang dan saraf, mereka hanya memperban kaki Laila. Mereka hanya mengobati luka-luka ringan di badan Laila. Goresan di kening dan di pelipis kanannya diberi Alkohol, lalu dilumuri Betadine. Pipinya dikompres, lalu di olesi dengan Zambuk. Bibirnya yang berdarah diberi minyak zaitun.
Petugas UKS keluar setelah mengobati luka Laila (kecuali kepala dan kaki). Baru saja membuka pintu, semua lansung bangkit mendekati petugas UKS.
“Bagaimana keaadaannya?” Tanya kapten Zoo memandangi petugas UKS serius, kini bukan serius lagi, tapi amat serius sekali.
“Kepala dan kakinya parah, kami tidak bisa mengobati. Peralatan di sini tidak memadai dan kami juga tidak ahli mengobati luka parah.” Jawab jendral Jilan menatap Laila iba.
“Orangtuanya sudah dihubungi?” Tanya jendral Ayu serius.
Kapten Zoo menggeleng. “Kita tunggu kepala dan kakinya diobati, baru lah kita hubungi orangtuanya.” Jawab kapten Zoo, kepalanya sudah pening.
“Kita tidak boleh membebankan orangtuanya, kita yang harus bertanggung jawab. Tak ada gunanya jika kita tidak menyelesaikan keaadaan yang terjadi di area kita, jangan seperti anak kecil yang bergantung terus ke orang lain.” Jelas kapten sambil bersedekap. Semua mengangguk menyimak.
“Coba hubungi dokter rumah sakit kapten, suruh kesini.” Ah, Yazid! Ngomongnya enteng saja. Emang semudah itu…!?
“Oi! Bawa saja Laila ke rumah sakit.” Nazira menyikut Yazid, usul Nazira disambut dengan gelengan Yazid.
“Bisa tercekik kita. Bawa ke rumah sakit, nanti ceritanya jadi panjang. Suruh nginap lah, suruh pakai ini lah, suruh beli ini lah, suru urus ini lah. Lebih baik panggil dokter kesini. Bawa ke rumah sakit emang nggak pake kendaraan? Mau pake kendaraan apa? Di sini nggak ada mobil. Lagian kalau ada keadaan sekarang sedang darurat, harus pake Ambulance.” Jelas Yazid, perkataannya berbeda 180 derajat dari biasanya. Sekarang Yazid sangat serius.
Kapten mengangguk setuju dengan Yazid, memanggil dokter. kapten mengeluarkan ponselnya, lalu mengetik nomor telepon seorang dokter.
Taninung, taninung, taninung…..
Ponsel kapten bersuara kencang.
Tlit..
Panggilan itu dijawab.
“Halo.” Sapa kapten.
“Halo..!” Seseorang di seberang sana balas menyapa.
“Bisa kesini kak? Ada anak yang terluka parah, darurat.” Tanya kapten Zoo penuh harapan.
“Wadooh, maap lah Zoo. Bukannya aku tak mau bantu kau. Tapi aku lagi ada kerja di Bangkinang, nanti malam aku baru balek.” Jawab ibu yang dihubungi dengan logat bahasa khas melayu.
“Tak apa lah kak.” Kata kapten Zoo, lalu memutuskan panggilan.
Kapten Zoo menelpon lagi, tapi sia-sia. Sebagian sibuk dan sebagian lagi tak menjawab panggilan. Ah, dokter memang kerjanya sibuk terus. Tak ada lagi harapan untuk Laila, tapi apakah akan berhenti sampai di sini?
“Bagaimana kapten?” Tanya Haura, wajahnya cemas.
Kapten melambaikan tangan. Ya begitu lah. Lalu kapten Zoo pergi ke kantornya. Semua saling tatap tak mengerti. Apa Laila akan dibiarkan begitu saja? Apa mereka akan menunggu Laila meninggal?
~~~
Kapten duduk di kursi sofanya. Kepalanya pening sekali memkirkan nasib muridnya. Ini kejadian pertama yang menegangkan. Semua orang tentu meminta pertanggung jawabannya, apa lah nanti kata wali murid, bisa jadi tahun esok sekolah Petualang tak bermurid. Dia harus mencari jalan keluar, tapi bagaimana caranya?
Kapten Zoo menatap fotonya yang sedang berdiri di deretan saudara laki-lakinya, itu foto dia ketika sedang menghadiri wisuda keponakannya. Di bagian tengah terdapat keponakannya dengan menggunakan baju dan topi wisuda, di bagian pinggir sebelah kiri terdapat deretan ibu-ibu, dan deretan sebelah kanan terdapat deretan laki-laki, kapten Zoo termasuk di dalamnya.
Kapten Zoo tersenyum kecil, mengingat masa lalunya. Keponakan perempuannya itu menghabiskan masa kecil dan masa mudanya di rumah kapten Zoo sendiri. Orangtuanya sibuk bekerja, mereka tidak memiliki banyak waktu bersama anak mereka. Kapten Zoo bersedia menjaga dan merawat anak mereka. Setiap hari keponakannya itu ke rumah kapten Zoo, dari pagi hingga sehabis magrib. Meskipun sudah besar, keponakannya itu selalu bermain di rumahnya. Terkadang keponakannya ikutan masak bersama istri kapten Zoo, terkadang membantu pekerjaan rumah dengan senang hati. Kapten Zoo dan istrinya sangat menyayangi keponakannya itu, mungkin karena mereka tidak memiliki anak perempuan.
Kapten Zoo tersenyum lebar mengingat masa lalunya. Kini keponakannya itu telah sukses, lulus dari Universitas Gajah Mada. Dan kini keponakannya bekerja di Aulia Hospital, bekerja menjadi dokter umum dan…..
Tiba-tiba kapten Zoo tersenyum lebar sekali. Dia mengeluarkan ponselnya lagi. menelpon seseorang lagi, mungkin dokter juga.
Taninung, taninung, taninung….. taninung, tanin…
Tlit..
“Assalamualaikum.” Sapa Kapten Zoo.
“Waalaikumussalam. Ada apa man?” Di seberang sana seorang dokter muslimah, cantik dan muda bertanya.
“Kamu bisa ke sini, Lala?” Tanya kapten Zoo.
“Emm…” Dokter itu sepertinya memikir.
“Bisa. Lala kan cuti sebulan ini, cuti dokter baru, hehehe…” Jawab dokter itu.
Kapten Zoo merasa senang. “Kalau begituke sini sekarang ya.. Darurat.”
“Emang ada apa paman Zoo?” Tanya dokter itu.
“Di sekolah Petualang seorang anak berumur sepuluh atau sebelas tahun jatuh dari pohon. Sekarang keaadaannya sedang kritis.” Jawab kapten Zoo dengan nada khawatir.
“Innalillahi…” Sahut dokter itu.
“Ya sudah, sekarang Lala kesana ya, man.” Kata dokter itu.
“Oya jangan lupa siapkan Ikan kuah darah, ya man..” Lanjut sang dokter, ah sama saja dengan kapten Zoo suka becanda.
~~~
Tiiit, tiit…
Terdengar bunyi klakson mobil. Mobil itu menjadi perhatian para petualang, letnan, dan jendral. Mobil siapa itu? Orangtuanya Laila? Tapi itu mobil Livina, bukan mobil orangtuanya Laila. Seseorang keluar dari mobil itu, pengendaranya. Seorang perempuan berjilbab memakai kemeja dokter yang bewarna putih. Dokter muda, muslimah, dan cantik. Dokter? semua terperangah. Mereka tidak menelpon dokter lagi.
“Assalamualaikum.” Sapa dokter itu.
“Waalaikumussalam.” Semua menjawab salam dokter muda itu.
“Cepat juga kamu datang, Lala.” Tiba-tiba terdengar suara kapten. Dokter itu hanya tersipu.
“Jadi kapten yang menghubungi dokter ini?” Tanya Nazira tak sabaran.
“Iya, ini keponakan saya, namanya Lala.” Kapten memperkenalkan dokter itu. Dokter itu tersenyum hingga gigi serinya tampak.
“Mana yang sakit itu paman? Ikan darahnya nanti saja.” Tanya dokter Lala serius.
Kapten Zoo pun pergi ke UKS, yang lain mengikuti, termasuk dokter Lala. Kapten Zoo membuka pintu UKS. Terlihat Laila yang masih terbaring di bed pasien, keadaannya menyedihkan sekali. Dokter Lala begitu terkejut melihat keadaan Laila. Dia mengeluarkan stetoskop dari kopernya. Memeriksa jantung Laila. Lalu dia memencet sedikit. Iuuu… darahnya makin banyak keluar. Itu seharusnya menjadi pemandangan yang mengerikan, tapi yang namanya petualang Hitam Merah Putih berdarah berani dan kuat, mereka hanya bisa memejamkan mata. Ah, dokter Lala malah mangguk-mangguk.
“Kakinya patah.” Dua kata itu bagaikan petir di siang bolong.
“Lalu?” Tanya kapten Zoo.
“Lala akan coba obati.” Jawab dokter Lala. Kapten Zoo mengangguk puas.
“Kepalanya bagaimana tante..?” Tanya Yazid menarik-narik kemeja dokter Lala, dokter Lala hanya tersenyum.
“Tunggu diperiksa dulu lah pak..” Dokter Lala menjawab sambil menambahi sedikit bumbu gurauan. Semua tertawa, sedangkan Yazid malah garuk-garuk kepalanya sendiri.
“Dokter sama saja dengan kapten Zoo, suka bergurau.” Aulia sama saja dengan ibu-ibu, sok tahu.
“Kan ini mah anak angkat kapten Zoo.” Kata dokter Lala menepuk-nepuk dadanya.
Lalu dokter Lala pergi ke mobilnya, mengambil sesuatu. Itu adalah mesin… ah, apa lah namanya. Itu mesinnya buat periksa kesehatan bagian dalam, buat medis. Begitu saja penjelasan dokter Lala. Ah, zaman sekarang emang canggih. Ada WA, Facebook. Untuk sekolah pakai Ruang guru, untuk les elektro pakai @Cerivitas kak Sari ~Jaihan~ ^0^.
Dokter Lala memerintahkan agar semua orang keluar. Ya… Semua orang kecewa. Mau bagaimana lagi? Perintah dokter muda. Dokter Lala memulai aksinya. Cekatan dia memasang selang mesin untuk memeriksa pasien ke kepala Laila. Tinut, tinut, tinut. Hasilnya keluar di layar mesin itu. Apa lah maksud dari garis zig-zag merah dan angka juga huruf besar kecil itu? Hanya dokter yang tahu.
Dokter Lala mulai mengobati Laila. Pertama-tama, dia membedah kaki Laila. Memperbaiki posisi tulang dan lainnya. Lalu menjahit kembali kaki Laila dan memperbanya dengan perban yang bagus. Kaki Laila juga di lumurinya semacam obat. Lalu kepala Laila, dia membedah juga. memperbaiki tulang kepala yang sedikit keluar dari posisi. Lalu memasukkan berbagai obat dan cairan kedal kepala Laila. Setelah itu dia menjahit kembali kepala Laila. Dia sudah macam montir saja. Keringatnya sudah mulai keluar, maklum saja. Meskipun ruangan UKS ber AC, dia tetap merasa panas. Ini kan pengalaman pertamanya menangani orang yang terluka parah. Sebelumnya dokter Lala menangani pasien hanya dengan memberikan obat (Namanya dokter baru dan masih muda Jaihan..!!).
Selesai sudah kerjanya. Eits.. belum… (Jangan bosan ya Guys…^v^). Dokter Lala memasang kemabali selang-selang, ada yang ingin diperiksanya lagi. Dia mengetik sesuatu (Ini dokter apa penulis sih..?). Lalu dia memasukkan beberapa cairan kedalam mesin, dia memasukkan cairan itu kedalam sebuah lubang yang ada pada mesin itu. Ahhh… ajaib!! Mesinnya nggak rusak (Ihh.. Jaihan pura-pura nggak tahu nich..). Perlahan-lahan cairan itu masuk kedalam badan Laila lewat selang tadi.
~~~
Sliiit….top.
Dokter Lala keluar dari ruangan UKS. Wajahnya berseri-seri bagai cahaya. Semua orang ikut berseri, mereka tahu, ada kabar gembira.
“Alhamdulillah. Kepalanya sudah saya obati. Kakinya mengalami patah, tidak terlalu parah, saraf dan tulangnya sedikit melemah. Tiga atau empat hari lagi kakinya sudah bisa bergerak. Saya sudah bantu memperkuat tulang kaki dan kepalanya.” Jelas dokter Lala mengabari, disambut dengan rasa senang petualang.
“Tapi kakinya akan sedikit pincang untuk sementara.” Lanjut dokter Lala mengabarkan kabar buruknya.
“Hal itu sampai berapa bulan?” Tanya Yazid sok dewasa.
“Mungkin tiga bulan. Makanya jangan diganggu selangnya..” Jawab dokter Lala sembari mencubit dagu Yazid, Yazid menggosok dagunya yang dicubit.
“Dokter…” Panggil Haura mendekati dokter Lala.
Dokter Lala menatap Haura tersenyum. “Ada apa?”
“Boleh kami melihat?” Haura balik bertanya, tangannya menunjuk Laila yang tengah terbaring (Laila masih pingsan).
“Mengapa tidak boleh? Kau kan temannya.” Jawab dokter Lala. Haura mendengus, tadi saja dokter Lala suruh keluar.
Mereka masuk. Laila terbaring, kakinya dibalut perban dan dipasang selang. Kepalanya juga dibalut perban dan banyak sekali selang yang dipasang, mungkin lima atau enam atau tujuh atau…. bla,bla..
Laila masih belum sadar, lama sekali dia sadar. Petualang mulai bubar, melakukan aktivitas seperti hari-hari biasa. Hanya ada dokter Lala di UKS, dia menemani Laila. Oi, dokter Lala emang dokter yang baik. Berangsur-angsur garis zig-zag merah berubah menjadi kuning, angka-angka di layar mesin berubah menjadi rendah, dan hurufnya juga berubah, seperti G menjadi E. Senyum lebar mulai tergambar di wajah dokter Lala. Dia mengusap kepala Laila.
Hari mulai senja, langit begitu indah dihiasi warna oren kemerah-merahan……
Gelap seperti ruangan tak berlampu, hitam seperti rambut, dan luas seperti lapangan. Laila perlahan membuka matanya. Semua buram dan tak jelas. Dunia ini seperti berputar kencang. Auuu.. Laila merasakan sakit pada kepalanya. Dia menggeser kakinya sedikit. Uuuhh… Rasanya tumpul sekali dan sedikit sakit. Perlahan-lahan pandangannya mulai normal, tidak lagi kabur. Orang yang pertama dilihatnya setelah sadar adalah dokter Lala.
Laila Bingung, dia mencoba untuk mengingat hal yang terjadi. Bukankah tadi dia berada di atas pohon? Hendak memetik buah di ujung dahan? Lalu dahan itu bergoyang dan dia jatuh? Setelah itu dia tidak tahu kemana pandangannya, antara sadar dan tak sadar. Lalu? Apa yang terjadi pada dirinya? Dia berada di Rumah sakit? Lalu apa selang-selang ini? Seperti selang infus. Mengapa kepalanya sakit? Apa kepalanya terbentur? Ada apa dengan kakinya? Susah sekali digerakkan. Mengapa kaki dan kepalanya diperban? Ada apa dengan dirinya? Siapa perempuan ini? Berbaju putih? Dokter? Mana teman-temannya? Mana kapten Zoo? Mana para letnan? Mana Jenderal? Mana mereka yang tadi bersorak-sorak memberi dukungan pada dirinya?
Laila bangkit hendak duduk. Dokter Lala membantunya duduk, menegakkan bantal agar Laila bisa duduk. Laila tersenyum kecil, dibalas dengan senyum dokter Lala yang lebar.
“Dokter?” Tanya Laila perlahan.
Dokter Lala mengangguk. “Saya dokter Lala….”
“Ini Rumah sakit?” Laila bertanya lagi, menatap langit-langit ruangan.
Dokter Lala menggeleng sembari mengusap kepala Laila. “Kamu di UKS, sayang…”
“Sekolah Petualang?”
Dokter Lala mengangguk, dia tetap tersenyum.
“Ini apa?” Tanya Laila sembari memegang selang, cairan di dalam selang itu masih mengalir.
“Selang untuk mengirimkan obat ke dalam badan kamu, Laila…” Jawab dokter Lala tambah ramah.
“Dokter tahu nama saya?” Tanya Laila tersenyum-senyum.
“Teman-temanmu sering mengucapkan itu.”
Laila mengangguk.
“Kepala mu terbentur, kaki mu patah kecil, hanya berlansung empat hari. Tapi kaki mu akan akan pincang hingga tiga bulan.” DokterLala menjelaskan secara singkat.
Sliiit… top.
Pintu dibuka oleh dua orang. Waahh… Laila kenal siapa mereka!! Umi dan Abi!
“Umi!! Abi!!” Laila berseru senang.
Dokter Lala ikutan senang.
“Emm…” Dokter Lala seperti sedang memikir.
“Oya! Laila belum makan, kan? Sini saya ambilkan makanan.” Dokter Lala beranjak keluar.
Umi Laila memegang tangan dokter Lala.
“Tidak usah. Saya sudah bawa makanan.”
Dokter Lala tersenyum, tetap keluar (Mungkin dokter Lala mau makan Ikan kuah arah, kali ya? ^U^). Laila disuapin umi makannya. Tapi umi tidak bisa lama-lama, begitu peraturannya. Eahhh.. Lagian kan ada dokter Lala yang cantik dan baik hati. Malam itu Laila tidur di UKS
~~~
Benar kata dokter Lala. Setelah tiga hari, keadaan Laila membaik. Garis zig-zag sudah bewarna hijau. Semua bersorak. Laila tidak tidur di UKS lagi, horee.. (Ah, aneh. Enakan tidur di ruangan lah, daripada tidur di kemah, banyak nyamuk).
Hari ini hari Rabu, pagi. Laila akan berlatih jalan, setelah lama baring dan duduk di bed pasien (Keenakan dia!^8^). Laila memakai sepatunya.
“Jangan pakai sepatu itu, ntar nanti jatuh.” Komentar dokter Lala, tangannya ada di balik punggung, sepertinya dokter Lala punya sesuatu.
“Lalu pakai sepatu apa dokter?” Tanya Haura bingung.
Dokter Lala menyungging senyum. “Pakai ini! Sepatu untuk orang sakit.” Dokter Lala mengeluarkan tangannya.
“Wah itu untuk Laila?” Tanya Aulia sumringah.
“Di pinjam. Ini punya rumah sakit.” Jawab dokter Lala. Aulia membuka mulutnya lalu men ‘oh’ kecil.
Laila memasang sepatu coklat itu. Dia mulai berdiri, berjalan perlahan-lahan. Semua bersorak senang. Tiga hari yang lalu semua bersorak menyemangatinya memanjat. Kini semua bersorak menyemangatinya berjalan.
Hup..! Laila terjatuh setelah tiga langkah. Laila bangkit berdiri, melangkah kaki lagi. Hup! Dia terjatuh setelah enam langkah, Laila bangkit melangkah lagi. hingga beberapa kali dia terjatuh, tapi Laila pantang menyerah. Akhirnya Laila bisa berjalan lancar, tapi dia masih pincang, badannya masih goyang. Semua bertepuk tangan.
Laila menjalani hari-harinya seperti biasa, tapi sedikit berbeda. Laila lebih banyak berjalan hari ini. Hingga senja menjelang. Laila pulang ke kemah. Dia mengambil sesuatu dari koper tempat koleksinya. Pot bunga yang sangat cantik dengan bunga yang dibuatnya dari pipet (Tangkai bunga) dan kapas (Bunga). Bunga Dandelion di dalam pot cantik. Dia memasukkan pot dan bunga itu ke dalam kotak mika, lalu diikatnya dengan pita.
Laila bangkit berdiri. Dia menemui dokter Lala.
“Dokter Lala..!!” Laila berseru histeris sembari melambaikan tangan.
Dokter Lala mendekat. “Ada apa Laila? Histeris banget..!!”
“Ini dokter Lala..!!” Laila memberikan kotak mika itu. “Hadiah sebagai ucapan terimakasih buat dokter Lala.”
Dokter Lala terharu. “Ini hadiah terbaik.” Dokter Lala mengusap kepala Laila. Laila menyungging senyum, senyum yang manis sekali dari biasanya.
“Tapi, ada hadiah yang lebih baik dari ini.” Lanjut dokter Lala. Laila menunduk, pasti pasien-pasiennya memberikan hadiah yang mahal dan bagus dari pot ini, Pikir Laila.
“Jangan bersedih putri kecil…” Dokter Lala tersenyum. “Hadiah terbaik bagi seorang dokter adalah pasiennya yang sembuh karena jasanya, dan hadiah yang paling baik ada lah pasiennya yang pertama kali sembuh setelah menglami sakit parah. kamu lah orangnya Laila… Selama ini saya tidak pernah tahu, apakah pasien saya sembuh atau tidak? Karena saya hanya memberikan obat. Kamu Laila, sudah sembuh karena jasa ku.” Perkataan dokter Lala membuat Laila tersenyum manis. Perkataan dokter Lala begitu melekat pada hati Laila.

Challenge Week 8

Assalamualaikum, halo teman-teman!

Tugas 8

Cek di sini untuk lihat deskripsi tugas 8

Team Battle

Tim Merah: 38.465

Tim Biru: 37.020

Congrats tim merah!

Untuk minggu ini tidak ada tema untuk team battle ya, tim nya seperti kemarin saja. Silahkan memberikan tantangan menggambar/menulis seperti biasa. Have fun go mad xD

Buku Dunia Lain

Thank you @aghayska Ayska yang udah bikinin gambar sampul buku kita~

Naskahnya menyusul ya lagi dirapikan. Buat yang mau nambah cerita silahkan~

Selamat mengerjakan, semoga sukses!

Tugas 7 – Kayla

Tema : Misteri

Petunjuk cerita : Kehilangan

Petunjuk gambar : Jejak

Judul cerita : Misteri Perkemahan Horror

Nama penulis : Kayla Azzahra Batubara

Sampul depan :

SD KAYLA7.png

Sampul belakang :

SB KAYLA7.png

Punggung buku :

PB KAYLA7

Cerita :

 Di sore hari Meikita bermain sepeda bersama Dasya sahabat nya. Mereka berjalan jalan dengan menaiki sepeda, lalu Dasya berkata, “hey… Meikita! Kamu mau ikut denganku ke perkemahan horor ? Kalau kamu mau ikut nanti katakan ya kepadaku….” kata Dasya . Meikita menjawab, “Sebenar nya mau sih….. boleh saja aku pergi. Tapi aku belum memenuhi perintah mamaku…” “Kalau begitu begini saja! Sekarang kamu kerjakan tugasmu apapun itu yang diberikan dari mamamu…” sahut Dasya. “Baiklah kalau begitu aku akan pulang dan mengerjakan apa saja yg diperintahkan oleh mamaku dirumah!”  Sesampainya di rumah, Meikita bertanya kepada mamanya, “Mama, boleh tidak meikita ke perkemahan horor? Karena Meikita penasaran sensasinya supaya berpengalaman sedikit” “Yah…. boleh, tapi syaratnya ada dong ! Masa’ Meikita hampir lupa kalau Meikita ingin sesuatu harus mengajukan syarat…” Mama tersenyum. “mama apa sih syarat nya?” “Mau tahu gak yah…” Mama menggoda Meikita. “Ihh … mama rusuh! Meikita merajuk deh!” kata Meikita sambil pura-pura cemberut. “Hem… iya deh, mama kasih tahu ya…Meikita harus mencuci piring setiap hari. Selain itu ada 2 tugas lagi yaitu menyapu dan mengepel!” “Baiklah ma! Sekarang Meikita akan membersihkan piring!” Meikita pergi ke dapur untuk mencuci piring. Sek…sek…selesai tugas pertama Meikita , lanjut mengepel. Setelah memperas pel nya Meikita langsung mengepel dari ruang tamu, kamar pertama, kamar kedua, kamar ketiga dan sampai dapur. Setelah itu dia menyapu, berberes beres. Setelah selesai semua dia langsung berkata kepada mamanya “Ma! Sudah selesai!” Mama tersenyum “Baiklah! wah… bersih sekali Meikita!” kata mama . “Oh ya! boleh nggak besok Meikita pergi keperkemahan horor bersama Dasya? “Boleh tapi ingat besok harus berhati hati dijalan ya…” Meikita mengangguk, “Iya ma!”

 

To Be Continued ya…

Tugas 8-Aila

Jenis tema cerita:Profesi.

Petunjuk gambar:Guru dan HP(ya,iPad sih,bukan HP).

Petunjuk cerita:Guru.

Penulis buku:Aila Dinara.

Judul:Best Teacher Ever.

Sampul Depan:20190815_131134_0000-1

Sampul belakang:1565871525285

Punggung buku:20190815_164320_0000

CERITA(JUST MADE IT)

BEST TEACHER EVER.
“Ok pupils,tomorrow a new teacher is coming!”informed Mrs.Bay,my Maths teacher.Mrs.Bay didn’t look so excited when Ori asked her what the new teacher’s personality is like.
“The new teacher unfortunately is a terrible reputation to the children.Please do not copy her,or you will be a horrible citizen,”
“Ok Mrs.Bay!”my class said in unison.As my class went out for lunch,I gathered up with my best friends.
“Hi!”I greeted,”Did you hear the message about the ‘new bad teacher’?”
“Obviously!”answered Tammy.
“Do you think she’s really horrible?I mean,the new teacher?”frowned Daina.
“Well,we won’t know yet until we meet her,”I replied.

Tomorrow…
Yes!Today is the day to meet the ‘HORRIBLE’ teacher.I really hope she isn’t horrid like what Mrs.Bay told my class.The new teacher,(Ms.Reni)is gonna teach Technology for my school.And,to be honest,no responsible grown up wants to take that position for YEARS.And I am really looking forward to Tech.As I waved goodbye to Mum and Dad,I got out my tennis ball,just in case Ms.Reni is REALLY horrid.I saw the school crowded with students already.But,when I checked my watch,it turns out that I wasn’t late.I spotted my friends already waiting in line.
“Hi guys!”I greeted.
“Hiya Taila,”smiled Tammy,”So,you’ve got any weapons for the ‘HORRID’ teacher?”
“Yes,obviously.I brought one of my tennis balls,”I replied.
“I got a Nerf watergun,”said Daina proudly.
“She is crazily scared about that new teacher,”muttered Tammy to me.I chuckled quietly.Finally,we were allowed to go in the Tech room.Yes!Everyone in my class started chattering away about gossips on Ms.Reni.I will not treat Ms.Reni badly.Anyways,Mum said don’t judge people by their covers.l,I thought positively.Slowly,the door started to open,and came out a pretty teacher that I never saw in my whole life.This must be Ms.Reni.
“Hello children!”she announced cheerfully.
“Hi Ms.Reni!”everyone said nervously.
“Now,everyone,come in quick!”so,we did.Also,the last person to come into the Tech room has to close the door.
“Right!Let me introduce myself,”smiled Ms.Reni.
“We KNOW,your name is Ms.Reni!”someone spoke rudely.
“Yes,you are very right.But,call me my first name,Naira,you understand?”everyone nodded at Ms.Reni.
“Goody goody!Now,today we are going to be making…
ROBLOX OBBIES!!!”winked Ms.Reni/Naira.
Everyone gasped in amazement.All that I know of,everyone in my class loved Roblox.

After a few weeks…
This routine kept on repeating again and again.Me and my classmates when we are going to Tech are making Roblox Obbies.But,today was different.
“Ok kiddos,I would like you all to sit on the carpet please,”demanded Ms.Reni,”So,today,we are gonna do some Digital drawings out of the iPads,”
“But with what app Naira?”asked Tammy.
“With Sketchbook,”replied Ms.Reni,”We are going to draw an animal.It can be ANY animal…Right,get cracking!”everyone then waddled to their seats.Firstly,Ms.Reni showed us how to draw using the Sketchbook app.It looked dead easy.

I was finished my drawing in ten minutes time.I was actually the first one to finish my task.I showed my work to Ms.Reni.
“Aw,that’s really cool Talia!”exclaimed Ms.Reni,”I love the colour coordination you’ve made! It really suits the birds!”
“Thanks Ms.R,”I smiled,proud of my work.When I got home from school,I thought about what the other teachers said about Ms.Reni.They’re ALL lies! I thought,Ms.Reni isn’t horrible,she’s the BEST TEACHER EVER!

THE END.

 

Tugas 9 – Namira

Tema : Perayaan / Festival

Petunjuk gambar : Es krim

Petunjuk cerita : Market day

Judul cerita : Market Day

Nama penulis : Namira Fayola Ritonga

Sampul depan :

SD NAMIRA9.png

 

Sampul belakang :

SB NAMIRA9.png

Punggung buku :

PB NAMIRA9

NOTE : Untuk sampul kali ini, Namira menggambarnya menggunakan Inkscape. Menurut Namira, menggambar pakai Inkscape itu susah (mungkin karena belum mahir ya?) Tapi, ada enaknya juga. Gak perlu susah-susah membuat bentuk, karena tinggal susun bentuk-bentuk, potong sana, potong sini, dan garisnya jadi lebih lurus (walaupun di aplikasi gambar yang lain ada penggarisnya…tapi, tetap harus di gores juga kan?) dua kali Namira kehilangan gambar, karena belum di save!! Untunglah yang pertama hanya gambar es krim, jadi gak terlalu sedih kali. Selama menggambar vektor, Namira sering nanya sama Athia @athiarahima thanks yaa udah mau menerangkan…

Cerita :

Riri berjalan pulang sekolah bersama Nissa. Dia diam saja sepanjang perjalanan, selalu diam jika ditanya Nissa ini dan itu. Riri sedang memikirkan tentang market day besok yang akan diadakan di sekolahnya. “Aku sudah bilang Riri! Kita bisa menjual es krim bersama! Banyak anak-anak yang menyukai es krim!” kata Nissa sebal, karena dia sudah beberapa kali mencoba mengajak Riri untuk berbicara, tapi sedari tadi Riri diam saja, tidak menanggapi omongan Nissa. “Bagaimana menurutmu? Itu ide yang hebat bukan? Kita bisa mendirikan stan berdua dan membagi hasil dari penjualanan kita!” Nissa sekali lagi memberikan idenya. “Apakah masih sempat untuk membekukan es krim kita? Kita hanya mempunya satu hari kesempatan! Ibu guru memberitahunya mendadak sih…” Riri akhirnya berbicara setelah selama setengah jam terakhir diam membisu. “Kalau menurutku sih masih sempat Ri asal kita mau mencobanya…” kata Nissa sambil tersenyum kearah Riri. Langkah kaki Riri terhenti, dia menatap Nissa. “Apa kau yakin tentang perkataanmu itu? Terakhir kali kita memasak bersama, kau mengacaukan semuanya dengan lupa mematikan kompor…” Nissa lengsung tertawa mendengar perkataan Riri. “Itu kan dulu Ri…sudah basi….sekarang, kita bisa membuat es krim, dan kita akan berhasil!” Nissa kembali tersenyum. Dia dan Nissa tidak tahu bahwa ternyata, kedepannya semua yang di rencanakan akan gagal, walaupun pada akhirnya mereka akan berhasil dengan sedikit kerja keras….

Team Battle Week 7 – Songfic

Hey guys, buat team battle kita kali ini, kita pake tema Songfic yuuk~

Buat yang belom tahu, songfic itu adalah cerita yang terinspirasi dari/berdasarkan lirik lagu. Liriknya bisa dari judul lagu, atau keseluruhan atau hanya sebaris doang. Bisa juga ceritanya dibuat dari kesan setelah mendengar sebuah lagu, atau memakai suatu lagu sebagai latar / theme song nya. Jadi ngga mesti dari lirik, bisa aja liriknya sedih tapi cerita kamu bahagia karena nada lagunya hepi xD

Buat yang bikin gambar, juga bisa kok. Gambar dari suatu lirik atau judul lagu, atau setelah kamu denger lagu ini kok kamu pengen gambar itu ya.. nah kira2 seperti itu yee…

Kamu juga boleh kasih story bazooka atau art blaster berdasar lagu gertentu. Kasih link nya, suruh orang dengerin, terus suruh bikin cerita/gambar deh hehe.. suruh dengerin lagu indonesia raya juga boleh xD

Team Alpha

Kapten: Amanda

Pasukan: Cantika, Ayska, Dira, Sarah

Tim Bravo

Kapten: Khalisa

Pasukan: Namira, Angga, Aila, Binar

Good luck n have fun!

Tugas 6-Jaihan

Tema: Hobi

Petunjuk Cerita : kolektor, kerajinan tangan

Petunjuk Gambar: pink, ungu, kolektor dan kerajinan tangan

Judul : Pentas Hobi

Nama Penulis : Dzakiyyah Jaihan

Sampul depan:

Sampul Belakang:

Punggung Buku:

Cerita:

Pentas hobi
“Petualang…!!”
Suara tak asing lagi bagi petualang, suara yang harus disambut dengan semangat dan teriakan yang menggelegar.
“Hormat kapten!!” Suara itu segera di sambut para petualang dari tengah lapangan. Mereka masih bermalas-malasan di sabtu pagi ini (bukan kah seharusnya semangat?). Badan mereka tak juga kunjung bergerak dari duduk, baring, dan menyandar. Mungkin mereka perlu sesuatu untuk menambah semangat. Hmm, tapi apa? Untungnya kapten selalu punya jawaban dan cara agar mereka semangat.
“Oi?” Kapten heran dengan cara mereka menyambut panggilan. Kapten tahu mereka kurang semangat, semangat mereka hampir padam. Hampir bukan berarti sudah, masih bisa dibakar lagi semangat mereka.
“Kalau mereka seperti ini… bagaimana caranya mereka akan naik pentas?” Gumam kapten sambil mengelus-ngelus dagunya. Kapten sengaja membesarkan suara agar petualang mendengarnya.
“Eh, aku nggak salah dengar ya, tadi? Kapten mengatakan kita naik pentas?” Tanya Khansa bangkit duduk, dia memperbaiki lagi jilbabnya.
“Aku juga dengar seperti itu.” Jawab Nazira sembari menatap kapten.
“Oi! Kapten bilang apa tadi?” Teriak Yazid dari kelompok laki-laki. Memang begitu lah kebiasaannya, bertanya dari kejauhan.
“Kita akan naik pentas!!” Aulia membalas teriakannya.
Reflek mereka bangkit berlari menuju kapten. Tapi, kapten lebih dulu mengulang panggilannya.
“Petualang..!!”
“Hormat kapten..!!!” Dengan semangat pasukan Badar mereka menjawab.
Kapten tersenyum lebar melihat semangat mereka.
“Kenapa tidak pakai semangat 45?” Tanya kapten membuka pembicaraan. Begitu lah kapten Zoo asal mau bicara, selalu menyelipi bumbu-bumbu canda dan gurauan.
“Angka di bawah lima puluh itu angka sial loh kapten! Abang saya bilang angka ganjil juga angka sial.” Jawab Ana, semua melotot ke arahnya.
“Percaya aja sih kamu dengan tahayul!” Kata Nazira, matanya semakin melotot.
“Hei, jangan lah marah-marah nanti cepat tua. Nasihati dengan baik nek..” Kata kapten dengan nada bercanda.
Semua tergelak. Nazira kan emang cocok jadi nenek-nenek.
“Ah, dia kan masih muda kapten jadi kak Ros saja lah. Ha, ha!” Kata Yazid membuat masalah lagi. Tuh, kan. Yazid emang cocok digelar TJPM (Tukang Jahil Pencari Masalah).
“Baik lah semuanya! Jangan berkelahi. Ada pengumuman!” Kapten melerai sembari menatap petualang satu persatu.
“Hari Minggu, tepatnya besok. Kalian akan naik pentas, menampilkan hobi kalian dengan gaya. Jadi persiapkan gerakan-gerakan kalian, gaya kalian, mental kalian, pembicaraan kalian, dan hobi kalian tentunya yang harus dipersiapkan. Jangan malu-maluin. Nanti kalian semua akan diberi piagam dan hadiah. Bagi siapa yang bagus penampilannya, akan diberikan medali dan piagam “Sukses pentas cilik”. Medalinya hanya satu dan hanya satu orang yang berhak menerimanya. Ini bukan medali biasa ya, ini Medali EMAS!! Ini bukan perlombaan tapi ini pentas hobi. Untuk melatih keberanian kalian tampil di depan umum.” Jelas Kapten mengobarkan semangat petualang lagi.
“Semoga besok kalian bisa duduk di SINGGAH SANA.” Kapten mulai menambahi dengan bumbu canda.
“Bah, bisa emang kalu besar kita duduk di sana?” Tanya Thalha kurang percaya.
“Tiggal pergi kalian ke SANA, setelah itu SINGGAH kalian.” Jawab kapten bercanda, mengundang tawa semua petualang.
~~~
Setelah urusan selesai, mereka pun bubar. Mencari dan memikirkan hobi masing-masing. Satu persatu mendapatkan hobinya. Nazira hobi menunggang kuda, berakrobat lah dia dengan kudanya. Ikrimah hobi memanah, meluncur lah dia dengan panahnya. Asad haobi berpedang dan menembak peluru, berekting lah dia dengan pedang dan pistolnya. Aulia hobi memasak, bermain lah dia dengan bumbu dapur. Dan masih banyak lagi yang berlatih untuk penampilan hobi.
Tinggal lah Laila seorang diri memikirkan hobi. Haura sudah mulai berlatih mendekorasi, dia tidak punya waktu lagi bersama Laila. Laila terus memikir hobinya. Dia masih belum mendapatkan hobinya. Pusing sekali kepalanya. Bosan mencari hobi terus menerus.
Diambilnya botol-botol plastik bekas yang sudah dibersihkan dari kardus Pop mie (kardus itu sudah tidak dipakai lagi). Seperti kebiasaannya, tangannya cekatan menyulap botol-botol itu menjadi sebuah benda yang indah, cantik, dan imut.
“Haura.” Panggil Laila sembari terus menggerakkan tangannya. Dia sedang mengelem kaleng menggunakan lem setan, takut benar dia jika lem itu mengenai tangan putihnya.
“Hmm?” Tanya Haura terus berlatih menghis benda.
“Emm.., kamu tahu nggak aku ini hobinya apa?” Tanya Laila menghentikan gerakan tangannya, dia menatap Haura.
Haura ikut berhenti balas menatap Laila. “Seperti yang kamu lakukan sekarang.”
Haura kembali berlatih.
“Maksud kamu…, mengubah barang bekas?” Tanya Laila, dia menatap Haura serius.
Haura mengangguk seraya berkata, “Kamu juga hobi sekali mengoleksi buku-buku, terutama buku cerita dan novel. Oh, ya! Kamu juga hobi mengoleksi kerajinan tangan, baik itu yang kamu buat maupun orang yang buat.”
“Makasih ya, Haura!” Kata Laila sembari memeluk Haura erat. Justru Haura wajahnya bingung, kenapa dia begitu bahagia? aku tidak melakukan apa-apa. Mungkin begitu maksud ekspresi wajah Haura.
~~~
Mulai lah Laila berlatih. Kini pikirannya tidak lagi pusing memikirkan hobi, tapi memikirkan apa yang akan dilakukannya? Bertanya ke Haura lagi? Mana mungkin! Haura saja sibuk dengan latihannya.
Laila tersenyum. Kenapa dia tidak melihatkan cara mengubah barang bekas menjadi benda yang cantik saja? Lalu dia nanti akan menampilkan koleksinya dan dia akan menerangkan tentang koleksinya itu satu persatu. Dia menatap bangga koper pink nya. Di dalam koper pink itu lah dia mengoleksi buku-buku dan kerajinan tangan. Tiba-tiba ekspresi wajahnya berubah menjadi ling lung. Tidak mungkin dia sambil menenteng koper itu ketika di pentas nanti, itu akan membuat penampilannya rusak.
“Oh, ya! Aku kan bisa meminjam rak kayu dengan letnan Fairuz!” Seru Laila girang.
Laila pun bangkit keluar kemah. Dari teras gedung papan itu dia bisa melihat teman-temannya sedang berlatih di lapangan. Di sana tampak Nazira sedang berakrobat dengan kudanya. Wajahnya garang, membuat ngeri para petualang.. Sesekali dia berteriak memanggil nama kudanya “Ziman..!” Teriaknya sambil memukul. Kuda itu lansung mematuhinya.
Dia pun sampai di gudang.
“Pak Dun, letnan Fairuz mana?” Tanya Laila.
“Lagi ngurus sesuatu di kota.” Jawab pak Dun, nama asli pak Dun aslinya pak Midun, tapi orang-orang sering memanggilnya pak Dun.
“Mau apa anak gadis?” Tanya pak Dun.
“Gini pak, besok kan ada acara pentas hobi nih. Jadi saya mau pinjam rak, raknya nggak usah yang besar yang sedang aja.” Jawab Laila menerangkan.
“Kamu mau yang seperti apa? Ada banyak jenis rak yang sedang itu.” Tanya pak Dun.
Laila jadi bingung, dia saja tidak tahu model-model rak, apa lagi namanya. Yang dia tahu rak itu ada dua macam, rak dinding dan rak berdiri yang seperti lemari itu cuman tidak berpintu. Nah dia mau yang rak berdiri ini, rak berdiri ada dua macam pula. Yang beroda dan yang tidak beroda, dia tahu itu dari Abi. Dia menginginkan rak beroda agar mudah didorong.
“Aku mau rak tegak pak Dun, yang beroda.” Kata Laila menjelaskan ciri rak yang diinginkannya itu.
“Kamu lansung lihat di sana saja.” Kata pak Dun sembari menunjuk kearah ruangan tak berpintu.
Laila pun pergi ke ruangan itu. banyak sekali rak-rak tegak di sini. Dia melihat rak-rak itu tajam. Akhirnya dia menemukan satu rak yang cantik sekali dan cocok untuk tempat koleksinya. Rak tegak beroda dengan dua tempat rak dan dua tempat gantungan. Oh.., itu sungguh cantik dan pas dengan yang diinginkan Laila. Laila menarik keluar ruangan rak tegak itu.
“Pak Dun, Laila ambil yang ini ya..?” Tanya Laila berseri-seri.
Pak Dun tersenyum. “Ambil saja non kalau kamu senang dengan rak itu.” Jawab pak Dun ikutan senang. Pak Dun emang begitu, dia selalu mengiyakan dan membolehkan seseorang mengambil sesuatu, asalkan orang itu senang.
Laila mengubah posisi, kini dia mendorong bukan menarik. Kalian tahu, dua gaya itu mempunyai tujuan yang sama. Yaitu memindahkan benda. Laila pun membawa masuk rak itu ke dalam kemah.
“Laila, kalau benda itu tidak ada gunanya, lebih baik kamu keluarkan. Rak itu membuat sempit kemah kita Lai..!” Ujar Haura, dia merasa kesempitan dengan adanya rak itu.
“Ini untuk sementara. Jika petas hobi sudah selesai, aku akan kembalikan rak ini kepada pak Dun. Rak ini akan aku gunakan sebagai sarana latihan dan akan ku gunakan ketika peampilan nanti.” Terang Laila sembari membersihkan debu dari rak itu dengan kemoceng.
Haura meneruskan latihannya. Laila membuka koper pinknya. Dia memiliki dua koper pink, satu koper biasa yang beroda dan berkantong (Travel bag). Yang satunya lagi koper tanpa roda dan kantong, di dalamnya terdapat dua tingkat.. Tingkat atas sebagai pintu tingkat bawah. Volume tingkat bawah lebih besar dari pada volume tingkat atas. Di bagian bawah penutup koper itu ada tempat gantungan. Laila menggantung gelang, cincin, dan kalung yang dibuatnya sendiri. Di tingkat bawah, Laila mengoleksi buku-buku kisah, cerita, dan novel. Dia juga mengoleksi pot-pot bunga yang dia buat sendiri, di dalam pot itu terdapat bunga yang terbuat dari kain flanel, ada juga yang terbuat dari botol plastik dan pipet. Di tingkat atas Laila mengoleksi berbagai benda ringan dan kecil ukurannya.
Laila memindahkan semua barang-barangnya itu ke rak yang sudah dia bersihkan. Ditatanya rapi benda itu. Tara..! sudah selesai. Rak itu makin cantik saja setelah dihiasi dengan kerajinan tangan karya Laila. Bahkan tambah cantik setelah disusun buku pada rak paling bawah. Laila sangat senang dengan buku, lihat lah rak paling bawah itu, sudah sesak sekali dengan buku-bukunya.
Sekarang dia tinggal latihan berbicara. Bagaimana caranya dia menarik perhatian para penonton? Itu lah pertanyaannya sekarang. Tentu di pentas nanti dia tidak lansung mempraktikkan bagaimana cara mensulap barang bekas menjadi benda yang indah mempesona. Tidak! Tentu saja dia perlu berbicara terlebih dahulu dengan penonton. Sesuatu yang membuat penonton akrab dan riang adalah bercanda. Ya! Bercanda itu selalu membawa kebahagiaan dan persahabatan. Dan ketika sedang menerangkan atau memparaktikkan sesuatu dia harus menyelipkan bumbu-bumbu candaan agar penampilannya menarik dan bagus.
“Tidak apa-apa kalau aku tidak menang, yang penting penonton bahagia.” Laila berkata dalam hati.
Laila mencari tempat yang sangat sepi. Jika dia berlatih di dalam kemah, dia akan malu dengan Haura. Jika berlatih di lapangan pasti nanti penampilannya akan ditiru oleh banyak orang dan dia juga akan malu. Laila memilih berlatih di belakang gedung papan. Untung-untung tak ada orang yang melihatnya.
Laila pun mulai berlatih dengan sungguh-sungguh. Tangannya sibuk bergerak, entah apa yang dilakukannya. Mulutnya komat-komit mengatakan sesuatu, suaranya kecil agar orang tidak mendengarnya.
~~~
Tak terasa hari mulai senja. Awan mulai dihiasi dengan cahaya oren kemerah-merahan. Oh, indah sekali pemandangan sore di tepi hutan. Laila mengehentikan latihannya dia harus mandi dan merebahkan badan. Jangan sampai tenaga habis hanya untuk latihan, bang Ghazali (abang sepupu Laila) pernah bilang begitu.
Laila pun kembali ke kemahnya. Dia melihat Haura sudah bersiap untuk mandi sore. Laila ikutan bersiap.
“Kamu itu kemana saja sih..?” Tanya Haura sembari berkacak pinggang. Handuk merahnya tergantung di pundak dan tangannya menenteng ember kecil yang berisi sabun, sampo, sikat, dan pasta gigi. Semuanya keperluan mandi.
“Latihan di belakan gedung papan.” Jawab Laila singkat. Dia memasukkan keperluan mandi ke ember kecil miliknya.
“Kok jauh amat latihannya?” Tanya Haura penasaran.
“Emm..” Laila mikir.
“Agar tidak dilihat orang.” Jawab Laila sambil menggantung handuk ke pundaknya.
“Ayo!” Laila mengamit tangan Haura, Haura mau saja.
Di jalan Haura mengabarkan sesuatu.
“Tadi kapten bilang kita sehabis makan lansung kumpul di lapangan. Itu wajib.”
“Habis makan malam?” Tanya Laila memastikan.
“Iya lah, nggak mungkin siang.” Jawab Haura sambil menatap Laila cemberut.
Laila hanya tertawa kecil.
Sehabis mandi, Laila dan Haura pergi ke dapur petualang. Mereka siap berprofesi menjadi chef.
“Sreng, sreng…” Itu suara kuali.
“Ting, ting…” Itu suara spatula.
“Srreg, srreg..” Itu suara bungkusan bumbu dapur.
“Tok, tok, ktok, ktok..” Itu suara gilingan cabe.
“Sraaarrrrr..” Itu suara minyak yang dimasuki bawang, ikan, daging, dan ayam.
“Tlup, tlup, tlup…” Itu suara air meletup.
Dapur bising dengan suara alat dan bahan-bahan dapur. Menyenangkan sekali berada didapur. Memasak bersama-sama. Makanan siap sajikan setelah matang.
Nyeamm… lezat.. Semua saling menikmati makanan sendiri. Sesekali mencicipi makanan kawan. Begitulah petualang setiap hari. Senaaang.. sekali. Mereka semua bagai satu keluarga.
Sehabis makan, mereka berkumpul di lapangan. Kapten memotivasi mereka agar semangat dan pantang menyerah. Di pentas nanti jangan malu-malu ya… begitu nasihat kapten Zoo.
Waktunya istirat. Bermain dalam mimpi. Bersiap untuk pentas hobi esok. Sebagian masih ingin menikmati bintang-bintang malam, curhat dengan bulan dan menghayal tentang hari esok.
Laila menatap langit malam dari dalam kemah, di pintu kemah terdapat jendela kecil yang ditutupi mantel bening. Melihat keluarga langit malam selalu membuatnya bahagia dan tertidur. Dalam hitungan detik, Laila lansung terlelap dalam mimpi.
Dia bermimpi. Berada di taman yang luas, di dalam taman itu terdapat sungai susu, sungai coklat, sungai madu, dan sungai yang airnya jernih nan manis. Di taman itu juga terdapat banyak jenis bunga, bunganya sungguh aneh dan tidak pernah ditemukan di dunia ini. Hewan-hewan di taman ini juga aneh. Ular berkaki, Kuda bersayap, ikan bersayap, unta laut, dan masih banyak lagi hewan-hewan yang aneh. Laila selalu mimpi itu, mimpi yang sudah biasa. Itulah sebabnya mengapa dia suka sekali dengan alam.
Mimpi Laila berbeda dengan Haura. Haura bermimpi berada di Istana. Istana di atas kolam, Lantainya terbuat dari kaca, dan dia menjadi putri di Istan itu. bla, bla, bla…
~~~
Petualang terbangun dari mimpi dengan semangat. Mandi, shalat, dan mencuci baju seperti biasa. Drama Nazira dan Syifa tetap ada seperti biasa. Tapi untung tidak sulit melerainya, apa lagi sampai memanggil anak laki-laki dan kapten.
Masak seperti biasa, dapur bising dengan suara kuali, spatula, dan bumbu-bumbu dapur. Eh, tapi sungguh menyenangkan. Lalu mereka makan masakan sendiri dan mencicipi sedikit masakan kawan.
Mereka pun keluar dari dapur setelah makan. Mereka baru sadar, pentas hobi sudah tersedia dengan kursi-kursi penonton yang banyak jumlahnya. Sepertinya kapten tidak hanya mengundang orang tua mereka.
Semua petualang masuk ke kemah masing-masing. Memakai baju yang bagusss… Haura memakai baju bewarna kuning. Laila? Oh.., Laila jangan ditanya lagi. Sudah jelas dia memakai baju pink, lambang indianya. Petualang keluar setelah mengganti baju. Lihat! mereka semua bagai anak-anak bangsawan. Tapi baju pink Laila emang selalu membuat orang iri hati.
“Cie.. Nazira mulai iri tuh dengan baju Laila..!” Yazid mulai memberi serangan, ah, dia pasti mau buat masalah lagi.
“Laila, kamu kok pakai baju itu terus, sih..?” Tanya Nazira dengan cemberut, Nazira benar-benar iri.
“Yee, baju itu kan emang cocok untuk dia, bukan untuk kamu..! Kamu pakai baju tentara saja.” Kata Yazid tertawa terbahak-bahak. Yang ditanya Laila malah dia yang menjawab.
“Aku nggak nanyak sama kamu..!!” Hardik Nazira lalu diam, emang lebih baik diam kan dari pada meladeni Yazid?
Yazid berkicau-kicau sendiri, dia terus memancing emosi Nazira. Tapi Nazira sudah bulat untuk tidak menjawab pertanyaan Yazid yang berbau jahil.
“Kalian ada barang untuk ditampilkan nanti?” Kapten memecah.
Sebagian mengangguk sebagian lagi menggeleng.
“Cepat bawa ke belakang pentas. Yang tidak punya barang cepat siapkan apa saja yang akan ditampilkan nati. Kalian semua segera berkumpul di belakang pentas.” Perintah kapten, lalu pergi meninggalkan petualang.
Petualang menyiapkan semua yang diperlukan untuk penampilan nanti. Laila membawa rak yang sudah disusuninya dengan buku dan kerajinan tangan. Dia mendorong rak itu hati-hati ke belakang pentas.
“Ehek..” suara kuda yang ditunggangi Nazira. Nazira bukan seperti seorang putri, apa lagi ratu. Dia lebih mirip dengan khastria. Tapi penampilannya membuat semua orang tercengang. Jika kudanya lewat, semua orang memberikan jalan. Yazid tidak berani membuat ulah, dia takut kepalanya nanti ditendang kuda. Sok-sok kamu Nazira!! Itulah yang dikatakannya dalam hati.
Ternyata benar! Bukan hanya orangtua mereka yang datang tapi juga bapak Walikota bersama istrinya dan ibu UPTD juga bapak UPTD. Semua ini membuat petualang grogi.
Kapten datang, entah apa lagi yang igin disampaikan.
“Kalian lansung masuk saja ke belakang tirai pentas.” Kata kapten Zoo.
Mereka pun masuk kebelakang tirai pentas lewat tangga yang ada di belakang pentas. Mereka disuruh kapten untuk menunggu di belakang tirai.
Tidak lama kemudian terdengar suara kapten membuka acara.
“Bapak-bapak ibu-ibu yang kami hormati. Terimakasih telah menghadiri undangan acara kami. Terimakasih juga kepada bapak walikota yang sudah datang ke pesta ini bersama istrinya (Semua tertawa, kapten emang pandai bergurau). Terima kasih kepada ibu UPTD yang lipstiknya aduh.. tebalnya (Semua tertawa). Dan kepada bapak UPTD Kami berterima kasih atas kedatangannya, semoga kami dapat makan gratis (Tawa semakin gemuruh). Ya, enggak lah. Makanannya dari kami nanti, makanan paling spesial sekali. Sampai-sampai bapak presiden pun tidak mau membeli, yaitu daun..! (Tawa semakin gemuruh). Kan benar, nggak mau bukan nggak bisa atau nggak telap. (Gurauan berakhir).
Jadi bapak-bapak ibu-ibu. Dengan acara ini kami ingin sekali kita semua menghargai kerja keras anak-anak. Kami sangat bangga dengan siswa-siswa sekolah Petualang yang berani, kuat, dan tangkas. Banyak sekali pengalaman mereka selama sekolah di sini. Dikejar singa dan membunuh singa. Ada juga kisah-kisah persahabatan mereka yang tidak bisa dilukis oleh pena.
Dan kini mereka akan menampilkan hobi mereka. Kepada bapak ibu kami sajikan waktu paling istimewa, yaitu menyaksikan penampilan hobi siswa sekolah petualang.” Begitulah berakhir pembawaan acara.
Kapten turun dari pentas. Mikkrofon segera di bawa turun. Petualang siap siaga menunggu nama mereka dipanggil.
“Aulia..!” Panggil letnan Hasan sembari masuk kedalam tirai lewat tangga belakang.
Semua petulang berbalik badan.
“Ada apa letnan?” Tanya Aulia bingung.
Di tangan letnan Hasa ada dua mik jepit.
“Kamu akan deluan dipanggil, jadi pakai mik ini sekarang.” Jawab letnan Hasan sambil memberikan mik jepit kepada Aulia.
Aulia pun memakai mik jepit itu di telinganya (Di dalam jilbabnya). Tepat sekali setelah dia memakai mik itu, namanya lansung dipanggil.
“Kita panggil ananda Aulia..! kepada Aulia, kami persilahkan.” Suara itu terdengar dari spiker.
Aulia keluar dari balik tirai sambil memukul kuali dengan spatulanya. Dia mendorong kuat meja beroda yang di atasnya ada kompor dan bahan-bahan makanan. Untung meja itu tidak jatuh dari pentas. Penonton menutup telinga karena suara kuali yang dipukul Aulia. Aulia pasti sudah merancanakan semua ini.
“Tuan-tuan dan puan-puan!!” Aulia membuka acara.
“Nona-nona yang tidak berlipstik, saya akan menjadikan mulut anda merah seperti berlipstik!” Aulia memulai acaranya.
“Bagaimana caranya?” Aulia pura-pura bertanya.
“Dengan memasak..!!” Yang bertanya malah menjawab pertanyaan sendiri.
“Saya akan memperlihatkan cara membuat mie api dengan cepat..!!” Teriak Aulia sembari meletakkan kualinya di atas kompor.
“Pertama tuangkan minyak, lalu masukkan bawang putih dan bawang merah yang sudah di iris…..” Begitulah seterusnya Aulia menerangkan hingga selesai.
“Amaroh, cepat pakai ini.” Kata letnan Hasan sembari memberikan mik jepit kepada Amaroh.
Amaroh pun memakainya. Sebentar lagi Aulia akan selesai menampilkan hobinya.
“Nah, ini mi apinya sudah saya sajikan, ada yang mau makan?” Tanya Aulia sambil mengangkat piring berisi mi yang sudah dicampur dengan cabe rawit tanpa tomat sedikit pun.
Tidak ada yang mau memakan mi buatan Aulia, tampaknya terlalu pedas. Bukan hanya mulut yang pedas, mereka pun nanti akan bolak-balik kamar mandi.
Aulia jadi salah tingkah, tidak ada yang mau mencoba mi buatannya. Padahal mi itu tidak pedas (menurut versinya). Aulia pun duduk di kursi. Lalu dia memakan mi itu. Dia tidak kepedasan sama sekali, apalagi sampai mulut menjadi merah dan bolak-balik kamar mandi. Bah, mantap kali anak ini, mungkin begitu maksud ekspresi wajah kagum penonton.
Aulia selesai menampilkan hobinya. Dan satu persatu menampilkan hobi masing-masing dengan baik. Nazira yang paling bagus penampilannya walau tidak ada kata-kata pembuka. Tapi akrobatnya bersama kuda sungguh mengagumkan. Jamping, melompat, menendang benda, dan masih banyak akrobat lainnya.
Laila orang terakhir yang dipanggil untuk menampilkan hobi. Orang yang terakhir tampil belum tentu kan berhasil. Penonton sudah hilang semangat, sungguh membosankan dengan hanya menonton penampilan anak-anak kecil yang tidak pandai mebawa acara.
Laila mendorong lembut dan hati-hati raknya. Semua mata tertuju padanya. Bukan karena penampilan Laila, tapi karena bajunya yang membuat Laila lebih mirip dengan orang India.
“Ayah bunda…, enak nggak, makan?” Laila membuka acara, suaranya lembuuut bagaikan sutra.
“Enak..!” penonton membalas dengan lembut.
Laila tersenyum.
“Makanan dan minuman yang berkemasan lebih enak kan..? tapi tidak akan membuat kita berisi. Makanya jangan sering-sering makan jajan..!” Kata Laila.
“Eh, kan nggak enak juga jadi roti, ya kan?” Tanya Laila lagi.
Semua mengangguk tersenyum.
“Aduh.., masa ayah ama bunda lebih suka jadi lidi daripada jadi roti. Ayah bunda suka roti apa lidi nih..?” Tanya Laila mulai bergurau.
“Lidi..!!” Jawab penonton serempak.
“Berarti ayah bunda nanti makan lidi aja, nggak usah makan roti.” Kata Laila tertawa kecil. Semua penonton tertawa.
“Ayah bunda…, Makanan dan minuman yang berkemasan emang enak. Perhiasan itu emang cantik. Tapi, uang itu tidak mudah didapat. Tahu nggak ayah bunda sekalian, Indonesia termasuk negara dengan sampah terbanyak di dunia. Tapi bukan Indonesia saja yang membuat sampah jadi banyak. Negara-negara lain juga begitu, sama kita semua. Bahkan sampah dari dunia sampai keluar angkasa. Yaitu sampah-sampah astronot.
Ayah bunda, dari pada kita membuang sampah dan mengorek kocek untuk membeli hiasan rumah, mending kita buat sesuatu yang dapat menghasilkan uang. Dengan modal sampah, kita bisa menghasilkan uang hingga ratusan.” Terang Laila sembari menatap penonton satu persatu.
Penonton mangguk-mangguk kagum. Antusias ingin tahu bagaimana cara berbisnis dengan modal sampah.
“Dan dengan sampah botol plastik, rumah ayah bunda akan cantiiik sekali. Ini benar loh ayah bunda.” Kata Laila tersenyum. Penonton ikutan tersenyum, sebagian penonton sudah tak sabar menunggu cara membuat hiasan rumah dari botol bekas.
“Sekarang saya akan ajarkan ayah bunda sekalian cara membuat pot bunga cantik dari botol plastik dan bunga dari pipet.” Laila memulai penampilan utamanya.
“Ini botol bekas dan pipet bekas yang sudah saya bersihkan.” Kata Laila sembari memperlihatkan botol bekas yang bersih dan pipet yang bersih juga. Laila mengangkat kedua benda tersebut tinggi-tinggi agar semua orang dapat melihatnya.
“Jika di rumah ayah bunda tidak ada botol dan pipet bekas, cari lah di luar rumah. Jangan beli sama pemulung, nanti yang untung pemulung bukan ayah ama bunda (Penonton mulai tertawa, ini lah siasat Laila). Tapi kalau ambil di tong sampah, entar nanti ayah bunda dibilang pemulung lagi (Penonton tertawa kencang). Lah, jadi ambil dimana? Gampang ayah.. bunda.. orang Indonesia ini walau sudah sekolah setinggi mungkin, masih juga seperti anak kecil (Penonton mangguk-mangguk). Lebih lagi orang dewasa, sekolahnya udah tinggi tapi kelakuannya masih macam anak kecik (Terlihat wajah tidak senang pada diri penonton). Benar loh ayah bunda. Dibilang jangan buang sampah sembarangan, tapi masih juga buang sampahnya sembarangan (Penonton mulai sadar). Ini fakta loh.
Jadi, ayah sama bunda bisa dapat botol bekas dan pipet bekas di taman, jalanan, dan di tepi sungai pun juga ada. Jadi ayah bunda bukan hanya membuat hiasan rumah nanti, tapi juga menyelamatkan bumi dan makhluk hidup.” Jelas Laila panjang.
Laila melanjutkan lagi. “setelah mendapatkan botol dan pipet bekas, ayah bunda lansung bersihkan. Jangan sampai kumannya menyebar. Kalau nggak dibersihkan segera, itu artinya ayah bunda nggak sayang anak (Penonton tertawa kecil). Setelah dibersihkan, botolnya dibelah dua. Terserah mau pakai apa aja, asalkan tidak pakai parang. Karena ayah bunda bukan membelah kayu (Penonton makin tertawa).
Nah, setelah itu botolnya dicat. Terserah mau pakai cat apa. Tapi jangan pula pakai cat rambut (Penonton kembali tertawa). Nah bagian atas botol diisi dengan batu. Lalu tempelkan ke botol bagian bawah. Lemnya pakai lem setan, hati-hati mengelemnya. Nati kalau lemnya kena tangan kita jadi setan (penonton tertawa).
Rangkai lah pipet menjadi bunga, lalu tempelkan ke pipet yang belum dirangkai. Sekarang cat pipetnya. Nah, bunganya sudah jadi. Masukkan bunganya ke dalam batu-batu.” Terang Laila lebar.
Tara..! sudah jadi..!! bagaimana? Mudah kan?” Tanya Laila sembari berseri-seri. Sebentar lagi penampilannya selesai.
Semua mengangguk.
“Ayah bunda, Laila sudah capek nih… Giliran ayah bunda yang membuatnya.” Lanjut Laila.
“Ada yang punya pertanyaan?” Tanya Laila menatap penonton satu persatu.
Seorang ibu-ibu dengan baju batik mengangkat tangan.
“Itu rak apa?” Tanya ibu itu.
Laila sadar. Oya! Ada yang kelupaan.
“Ini adalah rak yang berisi koleksi-koleksi saya. Bagian atas saya gantung dengan nama-nama saya, saya buat sendiri. Bagian bawahnya adalah kerajinan tangan karya saya sendiri, salah satunya ada yang saya jual. Di bawah rak itu adalah tempat gantungan, saya gantung dengan perhiasan berupa gelang, cincin, dan kalung kreasi saya sendiri. Bagian paling bawah adalah koleksi buku-buku saya, tapi bukan saya yang menulis buku.” Jelas Laila sembari menunjuk-nunjuk raknya.
Laila pun selesai menampilkan hobinya. Saatnya pengumuman pemenang pentas hobi. Siapakah yang memenangkan pentas hobi ini? Itulah sekarang pertanyaannya. Ini sungguh membuat jantung petualang berdebar.
“Setelah siswa-siswa sekolah petualang usai menampilkan hobi masing-masing, kami mengucapkan terimakasih kepada semuanya. Terimakasih kepada penonton sudah menghadiri acara ini hingga selesai dan terimakasih juga kepada ananda ekalian karena telah menampilkan hobi masing-masing dengan baik.” Kata kapten.
“Sekarang, seperti janji saya. Saya akan menghadiahkan medali kepada ananda yang bagus sekali penampilannya. Medali ini jatuh kepada…” Kapten menatap penonton satu persatu, di tangannya terdapat medali emas yang berkilau.
“Laila..!!!” Seru kapten setengah berteriak.
Perasaan Laila bahagiaaa sekali.
“Mantap kamu Laila..!!” Haura dan yang lainnya bahagia sekali.
Laila tidak pernah menginginkan hadiah itu. yang diinginkannya penonton bahagia. Dia tidak menyangka akan mendapatkan hadiah itu.
“Kepada ananda Laila kami persilahkan maju kedepan untuk menerima medali emas.” Panggil kapten Zoo.
Laila pun keluar dari balik tirai. Sang kapten mengalungkan medali itu sambil difoto-foto banyak orang.
“Dan kepada siswa sekolah Petualang kami persilahkan maju kedepan untuk menerima hadiah penghargaan dan berfoto dengan putri kita.” Kata kapten.
Petualang sekolah dari balik tirai. Mereka semua menerima hadiah sebagai penghargaan dari kapten. Lalu berfoto dengan wajah tersenyum manis bersama Laila. Foto kedua bersama keluarga besar sekolah petualang. Foto ketiga bersama bapak walikota dan istrinya, juga bapak dan ibu UPTD.
Laila yang tidak berharap menang dan hadiah ternyata memenangkan pentas hobi ini. Perkiraan petualang salah, Nazira yang menang. Tapi, Laila lah yang menang. Karena penampilan dan cara Laila membawa acara sungguh mengagumkan.

Tugas 8 – Namira

Tema : Profesi

Petunjuk cerita : Violet  (Menemukan ketiga jalur di Maze)

Petunjuk gambar : Pegunungan (Menemukan ketiga jalur di Maze)

Judul cerita : Ekspedisi Ke Pegunungan Violet

Nama penulis : Namira Fayola Ritonga

Sampul depan :

SD NAMIRA8.png

Sampul belakang :

SB NAMIRA8.png

Punggung buku :

 

PB NAMIRA8.png

Cerita :

Desas-desus tentang pegunungan Violet semakin menyebar luas ke seluruh daerah. Sebelumnya, tidak  ada yang mau peduli dengan pegunungan Violet yang konon ada penunggunya. “Aku tertarik dengan kabar ini…” Seorang perempuan berambut lurus meletakkan surat kabar di atas meja. Dua orang temannya yang lain mengangguk, mereka juga tertarik. “Tapi, apakah kau yakin untuk mencarinya Liz?” kali ini temannya yang berambut keriting, bertanya. “Aku sangat yakin Yun. Kalau kalian tidak yakin, tidak mengapa. Tapi, itu berarti kalian tidak akan menyertai kelompok ini lagi…” Liz menatap galak. Yun menelan ludah, “Bukankah kau yang selama ini melarang kami untuk melakukan ekspedisi kesana? Kenapa sekarang kau yang malah mengajak kami kesana?” seorang yang berambut ikal ikut menimpali. “KARENA aku sudah mendengar kabarnya di mana-mana. Kabar tentang pegunungan Viloet ini terkenal sekali, lagi buming di kalangan masyarakat. Semua orang menceritakan perihalnya dimana-mana. Beberapa orang bahkan mencoba mencarinya, mengapa kita tidak ikut mencarinya juga? Tidak ada salahnya kan?” Liz menjawab santai. Yun dan Zia menghela nafas, kalau Liz sudah bertekad, susah sekali membujuknya. Mereka bertiga akan berangkat malam ini menuju pegunungan Violet…

[CLOSED] Confetti Week 6

Kata kunci: Habis gelap terbitlah terang

Tipe: Boleh tulisan/gambar, sesuaikan dengan setting dunia di cerita yang kamu buat

Contoh:

  • Kalau kamu bikin setting terdampar di planet lain, kamu bisa cerita saat tokoh kamu terbangun setelah melewati portal, lalu melihat dua matahari terbit di ufuk
  • Kalau kamu bikin setting pindah ke dunia bawah air, kamu bisa gambar istana bawah air yang bercahaya di antara gelapnya laut dalam
  • dll

Poin: 200 poin/peserta yang mengumpulkan

Batas waktu: Minggu 11 Agustus 2019 23:59:59

Good luck!

Special Mission – Namira

Sampul depanWhatsApp Image 2019-08-02 at 09.33.22

Sampul belakang :

WhatsApp Image 2019-08-02 at 09.33.22 (1)

 

Note :

Ini masih gambar yang di kirim Tante Sari ke WA ummi Namira. Soalnya, barangnya belum nyampek sama Namira. Di sekitar rumah Namira rupanya gak ada percetakan yang bisa nyetak kayak sampul Namira. Sebenernya ada sih percetakan di Medan. Tapi, sekarang Namira udah gak tinggal di Medan lagi. Namira sekarang tinggal di Rantau Prapat dan jarak antara Rantau Prapat ke Medan itu lima jam loh….Jadi, punya Namira di cetak di percetakan deket rumah Tante Sari. Dan ini adalah hasilnya! (Foto hasil yang di kirim Tante Sari…Hehehehe)

[CLOSED] Team Battle – Challenge Week 6 – Dunia Lain

TEMA

Dunia Lain

SETTING

Tidak ada yang menyangka karya wisata kami akan berakhir seperti ini.

Seharusnya kami hanya berangkat bareng di pagi yang cerah, bercanda dan bernyanyi di bis seperti anak-anak normal lainnya. Setelah itu sampai di lokasi wisata, jalan-jalan dan ikut permainan bersama teman-teman. Makan siang, seru-seruan edisi selanjutnya, lalu pulang.

Tapi ternyata itu tidak terjadi. Setelah makan kami terpisah dari rombongan. Entah bagaimana kami tersesat. Tidak tahu di mana, sudah tidak ada orang. Lalu sesuatu yang berpendar menarik perhatian. Seperti ngengat yang melihat cahaya, kami segera memeriksa. Itulah kesalahan kami. Awal dari semua ini. Sayangnya penyesalan memang datang belakangan.

Saat benda itu disentuh, kami terisap dalam sebuah pusaran kencang. Melewati sebuah portal yang membawa kami ke dunia lain.

TUGASMU DI TEAM BATTLE KALI INI

Kali ini kita akan bermain Team Battle dengan sebuah tema ya teman-teman. Kalau kemarin kita sudah membuat cerita dengan setting Distopia, kali ini kita membuat cerita dengan setting Dunia Lain. Dunia apa itu? Kamulah yang menentukan hehehe…

Apakah tokohmu akan terdampar di pesawat luar angkasa yang sedang mendarat di planet lain? Atau tiba-tiba berubah menjadi putri duyung di kerajaan bawah laut? Atau dunia masa depan, di mana robot dan mobil terbang berkeliaran? Atau masuk ke dunia film yang pernah kamu tonton? Atau terjebak di dunia Minecraft? Atau muncul sebagai kesatria yang harus melawan naga? Atau malah terlempar ke zaman dinosaurus? Atau ke dunia di balik cermin, di mana semuanya terbalik? Atau dunia yang mirip dengan dunia sekarang, tapi semua orang dewasa sudah menghilang?

Nah, kamu yang akan membuat sendiri setting dunianya. Silahkan memberikan tantangan pada teman lainnya, namun mereka menjawab dengan dunia masing-masing.

Contoh: Aila memberi tantangan: buatlah cerita ketika tokohmu dikejar buaya. Nah, karena Amanda membuat cerita dengan setting dunia Indonesia di masa penjajahan Belanda, jadi nanti Amanda membuat cerita tokohnya dikejar buaya dengan setting masa lalu (misal mereka mau mandi di sungai, lalu tiba-tiba muncul buaya). Kira-kira seperti itu ya 🙂

Bila ada yang kurang jelas silahkan ditanyakan ^^

POINTS

Sistem poin team battle masih sama dengan minggu lalu ya.

Confetti – 200 poin/peserta, waktu 7 hari

Art Blaster – 100 poin/peserta, waktu 3 hari, masing-masing peserta boleh memberi 1 serangan/minggu

Story Bazooka – 100 poin/peserta, waktu 3 hari, masing-masing peserta boleh memberi 1 serangan/minggu

Flash Attack – 200 poin/peserta, waktu 1 hari, hanya kapten yang dapat memberikan serangan, jatahnya 1 serangan/minggu

THE TEAMS

Tim Alpha

Kapten: Ayska @aghayska

Pasukan:

Amanda @marsmellowmozara

Cantika @websitebelajarwebsitekodingdanlainlain

Dira @umminadira

Sarah @sarahtanujaya

Tim Bravo

Kapten: Angga @satriamanggala

Pasukan:

Khalisa @kshasie

Aila @luvkoala

Namira @umminadira

Binar @binaras

Tugas 5 – Kayla

Tema : Olahraga

Petunjuk cerita : Arloji

Petunjuk gambar : Balon udara

Judul cerita : Festival Balon Udara

Nama penulis : Kayla Azzahra Batubara

Sampul depan :

SD KAYLA5

Sampul belakang :

SB KAYLA5.png

Punggung buku :

PB KAYLA5

Cerita :

Ada seorang anak yang bernama Aisyah. Suatu hari, Aisyah melihat pengumuman ‘Festival Balon Udara’ ketika sedang berjalan pulang dari sekolah. “Wah! Menarik nih!” gumam Aisyah. Dia merasa tertarik dengan pengumuman itu. Di rumah, Aisyah meminta izin pada ibu untuk mengikuti Festival itu, dan ibu mengizinkan Aisyah! Keeseokan harinya, Aisyah bangun dengan semangat. Dia bergegas mandi dan tak lupa shalat shubuh. Setelah shalat shubuh, Aisyah memakai baju yang sopan dan bersiap-siap. Aisyah kemudian pamit pada ibu dan berangkat menuju Festival Balon Udara. Sesampainya di lokasi Festival, Aisyah menyerahkan formulir biodatanya pada panitia. Aisyah melirik arlojinya, “Ah… sudah jam 11. Sebentar lagi balon udara akan terbang!” katanya senang. Pembawa acara yang memegang mikrofon menghitung. “1…..2…..3…MULAI!!!” Balon udara Aisyah terbang, begitu juga balon udara peserta yang lain. Aisyah merasa senang karena bisa mengikuti Festival Balon Udara…

 

Tugas 7 – Namira

Tema : Misteri

Petunjuk cerita : Resep bumbu rahasia (Menemukan 3 jalan di Maze)

Petunjuk gambar : Kastil (Menemukan 3 jalan di Maze)

Judul cerita : Kastil Di Tengah Hutan

Nama penulis : Namira Fayola Ritonga

Sampul depan :

SD NAMIRA7

 

Sampul belakang :

SB NAMIRA7

Punggung buku :

PB NAMIRA7

Cerita :

“Kami pamit pulang ya nek…Assalamu’alaikum!” Sophie dan Alin melambaikan tangan mereka ke arah nenek Sumi. “Wa’alaikumussalam…hati hati, Sophie, Alin!” nenek Sumi mengingatkan Sophie dan Alin. Sophie dan Alin mengangguk kearah nenek Sumi. Mereka berjalan pulang. “Sophie…kenapa ya, nenek itu mau keluar saat hari hujan? Bukankah itu agak sedikit aneh?” Tanya Alin sewaktu di jalan. “Hmm..entahlah! mungkin saja nenek Sumi seperti nenekku..” kata Sophie. Alin menggaruk kepalanya, bingung. “Seperti nenekmu?”. “Ya…bukankah nenek Sumi dan nenekku sama sama nenek nenek?” kata Sophie sambil tertawa. “Alin tersenyum masam, dia tahu Sophie sedang bercanda. “Tentu saja tidak itu maksudku….” Kata Sophie, tawanya sudah berhenti. “Jadi apa maksudmu?” Tanya Alin. “Nenekku sangat suka bermain hujan. Tapi, karena sudah tua, tentu saja dia malu kalau di lihat orang bermain hujan..” terang Sophie. Alin manggut manggut mendengar penjelasan dari Sophie. “Emm…Sophie, kalau kita di lihat ibu kita pulang dari main hujan, tapi bajunya tidak basah bagaimana? Apa yang harus kita jelaskan?” Wajah Alin terlihat cemas. “aku juga memikirkan tentang hal itu sedari tadi…” kata Sophie. Namun, tanpa mereka sadari, mereka tidak perlu memberitahu ibu mereka soal baju. Karena kemudian sesuatu terjadi…SREEK…SREK…Terdengar suara dari belakang Sophie dan Alin. Sophie menghentikan langkahnya, “Alin…kamu dengar suara itu?” “Suara apa?” Alin ikut menghentikan langkah kakinya. Sophie tidak menjawab, dia berusaha menajamkan telinga untuk mendengar apakah suara itu masih ada. SREKK…SREEKK…suara itu kembali terdengar. Sophie hendak mendekati asal suara itu sama seperti sebelumnya dia bertemu nenek Sumi.Tapi kali ini, orang lainlah yang menghampiri Sophie dan Alin. Ada dua orang bertubuh besar dan kekar. Tubuh mereka berotot, kepala mereka botak, dan masing masing memiliki luka jahitan di pipi. Mereka seperti anak kembar. Mereka melompat keluar dari belakang Sophie dan Alin, senyum mereka menyeramkan. “Si…siapa kal..kalian..?” Tanya Sophie ketakutan. Salah satu dari mereka tertawa terbahak bahak, tawa yang menyeramkan. “Kalian bertanya siapa kami? Itu tidak penting nak…sekarang, serahkan bumbu rahasia itu! Kalau kalian tidak mau kami bawa lari!! HA..HA…HA..” meskipun takut, Sophie dan Alin menggeleng kencang kencang. “Kami tidak akan menyerahkannya!!” Sophie dan Alin teringat janji mereka pada nenek Sumi sebelum pulang tadi, mereka berjanji akan menjaganya.

~TO BE CONTINUED~

Karya Team Battle – Project Ganecha: Kumpulan Cerita Distopia

Download PDF ceritanya di sini 😉

Atau download PDF yang sudah dilayout (siap cetak) ukuran A6 – v3 di sini 🙂

File Sampul:

Credits: @aghayska @marsmellowmozara @websitebelajarwebsitekodingdanlainlain @umminadira @luvkoala @kshasie @sarahtanujaya

Team Battle – Challenge Week 5

Assalamualaikum teman-teman!

Untuk minggu ini ada yang lain dari Team Battle kita~ kali iniii… kita akan tukar guling, eh tukar Jendral xD

Kapten Tim & Anggota

Tim Alpha

Kapten: Sarah @sarahtanujaya

Pasukan:

Namira @umminadira

Amanda @marsmellowmozara

Angga @satriamanggala

Dira @umminadira

Tim Bravo

Kapten: Aila @luvkoala

Pasukan:

Cantika @websitebelajarwebsitekodingdanlainlain

Khalisa @kshasie

Ayska @aghayska

Binar @binaras

Umar @seterahmaudipanggilapa

Jadwal Online – Silahkan atur dengan tim masing-masing kalau mau komunikasi di Discord.

Fun Quiz – Akan ada sesi Fun Quiz (chat & nulis+gambar bareng) di hari Minggu jam 19.45-20.45 WIB.

Any Questions? Tulis di sini 

Tugas 4-Aila

Jenis tema cerita:Cerita tentang makanan.

Petunjuk gambar:Buah,piring dan jus.

Petunjuk cerita:Buah

Judul cerita:A New Experience.

Penulis buku:Aila Dinara

Sampul depan:20190722_164934_0000

Sampul belakang:1563811224240

Punggung buku:20190722_171107_0000

Cerita:

A NEW EXPERIENCE.
Today is another day.Of Mum trying to make me eat fruit again(NO!).She’s been trying for several years,but she still cannot fool me! I can taste fruit from one metre.I can even smell fruit from one metre.Mum always worries that I’ll get sick because I don’t eat fruit.But,I’m not sick,because I still eat my vegetables! Mum hopes that I’ll be like Aria(my annoying little brother)but I won’t be like him! Why would I want to be like Aria?He thinks he’s such a Mr.Perfect.Aria loves to eat EVERYTHING HEALTHY.At school all my friends say that my brother is a nice boy,but I say he isn’t a bit nice.He wouldn’t even share a piece of homemade pizza! I got so angry that I told on him to Mum.That’s the first time(and probably the last time)that I saw Mum get angry at Aria.I was smirking;I bet you that my smirk was as wide as the last year’s World Cup’s football pitch.

“Anya!”Mum called me from downstairs,”I’ve got breakfast!”
“Coming Mum!”I smirked,as I grabbed a chocolate from Mum’s special chocolate box for me and Aria if we behave good.I saw half the contents finished,it’s probably because twice a day Aria got chocolate,because he’s ALWAYS GOOD.But I don’t really care,’cos I can always steal Mum’s chocs by myself(EVIL LAUGH AND GRIN).As I went downstairs,I smelt some Blueberry Pancakes.No pancakes for me today! I thought.I sat on my pink chair,waiting for the fruity breakfast.
“Here,”Mum smiled,handing me the plate full of three giant blueberry pancakes,”Eat it,it’s yummy,”
“That’s true!”complimented Aria,munching the pancakes.I got ready for this.I got a plastic bag from my room,and I put all of my breakfast in it and headed off outside to give it to my cat,Roti.
“Quick,eat them,”I hissed,while Roti purred deeply.

I returned inside and grabbed a glass of milk and drank it very quick.Next,I ran to my best friend’s house,Isabel.She doesn’t live far from me,which is great because I can always escape from Mum if she tries to ground me.I finally reached Isabel’s house.
“Come in the treehouse!”demanded Isabel,”And quickly!”
“Yes,I’m coming!”I panted,running up the ropes that is actually the stairs for the treehouse.Me and Isabel do this all the time.
“You were almost late for the meeting!”hissed Isabel.
“Sorry,Bel,but I had to drink,I was super thirsty,”I replied.
“Fine!Ok,where can we hide today?”asked Bel,still a bit angry at me for being 2 secs late.
“Definitely not the lake,we’ve went there yesterday.What about near Mr.Pallo’s house?He won,’t mind.We’ll play with his cat so we’re not bored,”
“Yeah,ok then.Let’s go!”Bel seized my hand and held it tightly.Bel told me to get out of the back ladder,while she gets out of the front.I hid behind a tree,as Bel grabbed two water bottles and a choc breakfast bar(the choc bar’s for me).

“You got it Bel?”I double checked if Bel’s got the food.
“Yes.Come on!”she grabbed me by the hand again and ran as fast as a blink of an eye.I think I just saw Mum wandering around,with Aria behind her heels.
“Bel,go quicker!”I worried.
“I will!”Bel panted.I needed to help Bel,but I feel like I can’t.
“Bel,my tummy’s sore,”I complained,clutching my stomach.
“Ah,no worry,it’s probably just a stich,”Bel calmly said,”Let’s continue running,or you’ll get caught!”I nodded,and coontinued running,until we lost sight of Mum.Eventually we made it to Mr.Pallo’s house.
“Oh,hello girls,”greeted Mr.Pallo,”What can I help you with?”
“Em,we just want to play around here,”replied Bel.Bel asked if we can play with Susu(Mr.Pallo’s cat).Mr.Pallo said we can,as long as we don’t play too far away from Mr.Pallo’s house and shop.
“Hello,Susu!”I smiled,carrying the cat and tickling it.I still felt that weird feeling in my stomach,maybe it’s because I’m hungry.
“Bel,can I get the breakfast bar?”I asked politely,”And the water?”
“Sure,but give me half of your Mum’s chocolate,”Bel cackled,pretending to be evil.I agreed and gave her half of the choc,while I ate the breakfast bar.I drank lots of water to get rid of the sickness.But it still won’t get away.

Then,one second later,everything went blurry.I think I just fell,(maybe fainted)and I saw Bel getting her phone out and calling someone(I don’t know who)…And in the end I got brought home and put on my bed.
“Darling,are you OK?”Mum cried,checking my temparature.
“What happened Mum?”I asked,not knowing what really happened.
“You fainted Anya.Bel told me that after you ate her snack and drank,then you fainted.She then called me to come this instant.So I did.I was panicking when I saw you lying there.I quickly took you home and carried you.Eventually,you woke up,and I’m glad you did.I almost had to call the ambulance to get you!”she hugged me tight.Mum also told me that my temp was rising a lot.
“Mum,I think I fainted because I was super hungry,”I said.
“Well,Dad told me a good recipe to teach kids to eat fruit.The recipe’s very simple and yummy and nutricious.I already made it for you.Eat it,you’ll recover because of that,”Mum begged me.I decided to at least try a bit of the recipe,if I like it,then I’ll finish all of it.Mum said that I’m going to try homemade strawberry and mango juice too.Mum brought me the food.
“Thanks Mum,”I tried to release a smile.It turns out that the food Mum gave me was called Fruit Salad with Condensed Milk.I go the dessert spoon and tried a centimetre of the salad.You know what?It was SO DELICIOUS! I cannot imagine fruit being as tasty as this.I took some more and savoured it in my mouth.Slowly,I finished the whole thing.Mum was so impressed.

Next,was the drink,homemade strawberry and mango juice.I took a sip out of the cool umbrella straw.It was also so good! It’s PERFECT for hot days,as the juice is super fresh.
“Mum!”I called Mum,”I’ve finished!”Mum came up in one second.
“Oh Anya!Well done!That’s good!You finished it!How are you feeling now?”Mum asked,while smiling in pride.
“I feel SO much better now! I think I like fruit now.Oh yeah,can you make more of these food?” I replied joyfully.
“Yes,of course Anya!See,I told you that fruit is good for your health too!Now,promise me that you’ll eat fruit everyday,”
“I promise,”I smiled widely.

So that was how I like fruit.All because of my lovely parents,who never give up trying to get me to eat fruit.Now,I’m a much healthier girl than usual.Now,I never ever get sick.Remember children,eat lots of fruit and vegetables,or you’ll be like me!

THE END

Special Mission! Hanya buat yang sudah selesai 4 tugas

Halo halo! Berikut ini adalah penjelasan lengkap tentang Special Mission yaaa… silahkan disimak 🙂

Klik slide berikut atau download PDF di sini.

Any Questions? Silahkan komentar di sini ^^


Daftar Pengumpul Tugas

🔴 Tim Merah

🔵 Tim Biru