Tema: Petualangan
Sampul depan:

Sampul belakang:

Punggung buku:

Tema: Petualangan
Sampul depan:
Sampul belakang:
Punggung buku:
Tema Cerita: Cerita Petualangan
Petunjuk Cerita: Sepeda
Petunjuk Sampul: Orange, Gunung, Sepeda
Sampul Depan:
Sampul Belakang:
Punggung Buku:
Tema cerita : Jalan – jalan dan petualangan
Petunjuk cerita : Gunung , Sepeda
Petunjuk gambar : Gunung, sepeda
Nama penulis : Dzaakir Alhanif
Sampul depan:
Sampul belakang:
Punggung buku:
Jenis tema cerita: Cerita jalan-jalan
Petunjuk cerita: Pantai
Petunjuk cerita: kuning, Orange, pantai
Judul cerita: The Adventure With Kenny In Bali
Penulis: Josephine
Sampul depan:
Sampul belakang:
Punggung buku:
Tema : Jalan-Jalan
Petunjuk Gambar : Gunung
Petunjuk Cerita : Oren
Judul : Sunset Di Gunung
Sampul Depan :
Sampul Belakang :
Punggung Buku :
Tema : Cerita tentang Petualangan
Petunjuk Cerita : Liburan
Petunjuk gambar : Pantai
Judul cerita : Liburang yang menyenangkan
Nama penulis : Kayla Azzahra Batubara
Sampul depan :
Sampul belakang :
Punggung buku :
Tema: Petualangan
Petunjuk Gambar: Kuning, Pantai, Merah
Petunjuk Cerita: Pantai
Judul Cerita: Kana & Zen: Petualangan No 1
Nama Penulis: Umar Ismail Nooruddin
Sampul Depan:
Punggung Buku:
Sampul Belakang:
Petunjuk cerita: Gunung
Petunjuk gambar: Merah,Kuning, Gunung, Sepeda
Judul: Teman Baru
Nama Penulis: Nada Khalishah
Tema/Genre: Petualang
Sampul Depan
Sampul Belakang
Punggung Sampul
Cerita:
TEMAN BARU
Chiki ingin sekali pergi ke pegunungan karena seumur hidupnya ia belum pernah ke gunung. Ibunya saja baru dua kali ke gunung ketika mencari Chiki Dan Chiko hilang. Kalau Chiko bukan ingin ke gunung. Tapi, dia hanya ingin ikutan karena bosan di rumah. Wah, jangan sampai ibu kalian kehilangan lagi ya.
Sorepun tiba, matahari sudah mendingin. Chiki meminta izin kepada ibunya (Tiwi). Tiwipun mengizinkannya dengan syarat tidak berlama lama disana.
Mereka pun segera pergi berjalan menuju gunung. Ketika sedang melewati semak-semak, Chiko melihat sebuah bunga yang indah. Diapun segera melompat melewati semak semak itu. Tapi, tiba-tiba kaki Chiko tersangkut tali disebuah kayu yang merebah diatas tanah. Chiko langsung meminta tolong,
“Chiki… ”
Chiki berbalik badan dan langsung mematuk tali dengan susah payah bercampur panik. Tiba-tiba tampak dari jauh seekor ular yang ingin memangsa mereka.
“ulaaarr….!” teriak Chiki.
Chiki bertambah panik. Ia mengaiskan kaki berusaha lari. Akhinya terputuslah tali itu. Dan mereka segera terbang. “Chiko,ternyata ular lebih jahat dari monyet” Kata Chiki tampak kelelahah. “iya Chiki”jawab Chiko mengangguk.
Sesampai dipegunungan, mereka sangat kelelahan dan kehausan. Tampak dari jauh ada sebuah bendungan. Mereka segera meminum Air dari Bendungan Itu.Setelah haus mereka hilang, mereka pun mulai bermain lagi. Namun ketika sedang asyik bermain, Chiko tak sengaja mendorong Chiki ke bendungan.
Chiki teriak meminta tolong.
“Chiko…!Tolong…!Tolong..!”Teriak Chiki.
Chiko kehilangan akal mondar mandir di pinggir bendungan. Dia juga ikut teriak minta tolong. Teriakannya terdengar oleh seekor anak kucing mungil.
Dia (Anak kucing) itu langsung mencari sumber suara itu, ternyata di sebuah bendungan.
“Wah…ada anak kucing yang mungil.” Kata Chiko melupakan Chiki sebentar.
Kucing itu segera menolong Chiki dengan melemparkan ranting panjang. Chikipun segera menitinya.
Chiki Dan Chiko mengucapkan Terimakasih kepada Anak kucing itu.
Mereka pun berkenalan
“Terimakasih, namamu siapa anak kucing?” tanyak Chiki dan Chiko.
“Sama-sama, namaku Nomi, nama kalian siapa?”Anak kucing itu balik bertanya.
“Aku Chiki” kata Chiki.
“Aku Chiko”kata Chiko
“wah…kamu bukan hanya anak kucing yang mungil, tapi juga teman yang baik.” Puji Chiki.
“ Terimakasih, bagaimana kalian bisa sampai disini? Aku saja tinggal disini enggak boleh sering-sering kesini oleh mamaku.” tanyak Nomi.
“kami baru tiga hari tinggal disini, Chiki meminta izin keibu kami.Dan ibu kami mengizinkan Chiki.” jelas Chiko.
“kalian tinggal dimana?”tanya Nomi lagi.
“Dilereng gunung ini” jawab Chiki
Mereka pun bermain dengan gembira.
Chiki Dan Chiko bahagia sekali mendapatkan teman yang baik hati seperti momi.
Setelah cukup lama bermain, langit pun menggelap,Nomi mengingatkan mereka untuk segera pulang.
“langit sudah hampir gelap Aku harus pulang kehutan Bunga.”ucap Nomi.
Mereka pun pulang kehutan masing-masing.
Hari ini adalah hari berkenalan bagi Chiki Dan Chiko.
Mereka baru mendapatkan hikmah ketika sudah pindah, bahwa ada teman yang baik hati yaitu seekor anak kucing. Sangat berbeda jauh dari seekor monyet yang sangat jahat ketika di tempat yang lama.
Petunjuk cerita: Gunung
Petunjuk gambar: Merah,Kuning, Gunung
Judul: Kejaran Sang Raja
Nama Penulis: Dzakiyyah Jaihan
Tema/Genre: Petualang
Sampul Depan
Sampul Belakang
Punggung Buku
Cerita:
Kejaran sang Raja
Niiiiiiiiiiiiiiiiiiiiitt…….
Suara bising dari pengeras suara itu takkan berhenti sebelum semua petualang bangun. Suara itu selalu terdengar sepuluh menit sebelum subuh.
Petualang bangun dengan rasa jengkel.
“Uh.., kenapa sih harus bangun cepat banget? Padahal aku masih ngantuk.” Ana berkata dengan wajah cemberut.
Petualang segera ke kamar mandi. Perempuan ke kamar mandi perempuan dan laki-laki ke kamar mandi laki-laki.
Byurr…
Siraman air dari Aulia mengenai semua petualang.
“Aulia..!” Laila mengaduh sembari melihat bajunya yang basah kuyup.
“Kenapa?” Aulia pura-pura bertanya.
“Ih.., kamu kan sudah lihat bajunya Laila basah kuyup!” Enisya berucap sinis.
“Hehehe, aku kan cuman mau bermain.” Kata Aulia, dia menggaruk kepalanya yang sama sekali tidak gatal.
Yang lain hanya diam-diam saja. Buat apa ribut-ribut?
~~~
Usai mandi dan mengganti baju, mereka shalat berjamaah di mushalla. Jenderal Yuli selalu mengawasi petualang yang shalat.
Selesai shalat, apa lagi pekerjaan mereka?. Mencuci baju yang kotor.
“Uh.., Banyak sekali baju kotorku.” Keluh Syifa.
Sebenarnya baju kotornya sedikit, tapi dia selalu menunda-nunda mencuci baju. Lihat sekarang akibatnya, cuciannya sungguh banyak.
“Aku cuci bajunya besok sajalah.” Syifa bergumam.
“Besok sampai kapan? Tunggu cucianmu setinggi gunung?” Tanya Nazira yang sudah kesal dengan ucapan ‘besok’ milik Syifa.
Melihat wajah Nazira yang sudah memerah karena marah, Syifa terpaksa mencuci bajunya dengan setengah hati.
Semua hanya tertawa kecil melihat drama Syifa dan Nazira.
“Nazira mirip emak-emak loh.” Bisik Aulia ke yang lain.
“Ssstt, sasaran selanjutnya kamu.” Kata Ana sambil ngikik.
“Eh, enak saja.” Jawab Aulia, keningnya mengerut.
“Sudah, selesaikan saja cucian kalian.” Ada yang melerai perkelahian, ternyata Nazira.
Semua lansung diam seribu bahasa. Sejak kapan Nazira mendengar percakapan mereka? Entahlah.
~~~
Sasaran selanjutnya Dapur petualang. Di sini para petualang saling rebutan daging, saling rebutan bumbu penyedap, saling rebut cabe, semua direbut. Disini mereka akan menjadi Chef.
Freezer dibuka.
Jreng, jreng, jreng..
Ternyata tak ada persediaan daging, ikan dan ayam.
“Kapten..!” Semua mengejar kapten yang sedang lari kecil.
Kapten Zoo berbalik badan.
“Apa?” Tanya kapten Zoo.
“Persediaan daging habis kapten..!” lapor mereka.
“Kalian buru lah.” Kata kapten.
“Buru?” Tanya mereka heran.
“Buru rusa, buru rusa.” Bira memberi ide.
“Kalian tampaknya sudah memberikan pikiran cerdas kalian keseekor burung Beo.” Kata kapten tertawa.
“Maksud kapten kami berburu hewan di hutan?” Tanya Asad.
“Jika kalian ingin makan.” Jawab kapten Zoo cuek.
Semua saling pandang. Mengapa tugas berburu mendadak begini?
“Begini saja, anggap pemburuan kalian ini jalan-jalan dan petualang.” Kata kapten Zoo.
Semua masih terdiam.
“Kan petualang harus berani. Nanti anak laki-laki diberi parang dan panah. Anak perempuan diberi pisau.” Lanjut kapten Zoo.
“Yee..” seru petualang.
“Tapi senjata itu digunakan ketika dalam bahaya saja. Oke..?” Tanya kapten Zoo.
“Oke…” Jawab petualang serempak.
Petualang diberi senjata satu persatu.
“Omar..!” Panggil Asad.
Omar menghadap ke arah Asad.
“Sinnnngs.” Asad menirukan suara pedang dengan sedikit bergaya.
“Hahaha.., itu kan parang bukan pedang.” Ledek Omar.
“Tapi ini kan Asli, bukan mainan seperti dulu aku bertarung denganmu.” Kata Asad.
“Eh, kamu mau bunuh aku?” Tanya Omar.
“Nggak, cuman mau bergaya dikit aja.” Jawab Asad.
“Sudah.” Ikrimah melerai perkelahian.
Mereka pun maju dan masuk ke dalam hutan untuk berburu.
Di dalam hutan terjadi obrolan cukup panjang.
“Aku nanti ingin berburu rusa, ah..” Kata Syafiq.
“Iya, tapi kamu cuman bisa anaknya saja.” Kata Thariq.
“Kenapa?” Tanya Syafiq.
“Karena kamu larinya lambat.” Ledek Thariq, Harun dan Amer.
“Eh, emang kamu larinya cepat?” Tanya Thalha.
“Mereka saja jalannya macam kura-kura.” Kata Yazid.
“Lebih lebih lagi kamu yazid, macam siput.” Harun membalas Yazid.
“Kalau aku jalannya seperti siput, sekarang ini aku baru masuk hutan.” Yazid mulai marah.
“Sudah, jangan berkelahi.” Laila mencoba melerai perkelahian.
“Anak perempuan jangan ikut campur!” Bentak Khalid.
“Heh! Dia cuman melerai!” Teriak Aulia.
“Kamu perempuan, jangan sok jago!” Thariq balas teriak.
Thalha memberi isyarat mata agar Aulia diam saja. Tapi Aulia tak mengerti dan malah marah.
“Kamu apaan sih, dek?” (Aulia dan Thalha memang bersaudara)
“Perempuan pergi masak saja sana..!” Teriak Syafiq.
“Masak pakai apa? Pakai batu? Hah?” Nazira berteriak marah.
“Ngomongnya aneh-aneh saja.” Lanjut Nazira.
Semua diam tak berkutik. Sudah jelas Nazira lah yang paling garang diantara mereka.
“Heh, emak-emak!” Teriak Khalid.
“Apa?” Hardik Nazira.
“Bagaimana jika kalian lomba lari? Agar kita tahu siapa yang jalannya seperti siput.” Omar mengadili.
“Oke!” Nazira dan Aulia menerima tantangan.
“Bukan kalian, cuman anak laki-laki.” Kata Omar.
“Oke!” Kata Syafiq.
“Kalian semua setuju kan?” Tanya Syafiq.
Harun, Amer, Yazid, Thalha, Khalid dan Thariq diam. Mereka tak memberikan jawaban.
“Oh, berarti kalian yang sebenarnya macam siput.” Kata Syafiq.
“Eh.., kami setuju.” Harun, Yazid, Amer, Thalha, Khalid dan Thariq memegang lengan Syafiq.
“Nah, Finish nya sampai semak-semak itu.” Kata Asad sembari menunjuk ke semak-semak.
“Alah, dekat.” Yazid menganggap enteng.
Mereka pun memulai lomba. Dalam hitungan satu, dua, ti…ga.
Dalam hitungan detik, tampak Syafiq hampir mendekati geris Finish. Tapi, anehnya sampai di semak-semak dia berbalik ke blakang dengan sangat cepat. Begitu pula dengan yang lainnya. Bira pun terlihat aneh, dia bersembunyi dibelakang Laila.
Syafiq, Harun, Thariq, Yazid, Thalha, Khalid dan Amer tiba di depan petualang.
“Ada apa?” Tanya Asad.
“A, A..” Khalid tak bisa menjawab nafasnya sesak, dia tumbang dan hampir pingsan.
“Ikrimah, berikan air yang kau bawa.” Kata Omar sembari menyanggah tubuh Khalid, Asad juga ikut meyanggah.
Omar dan Asad menyandarkan dan mendudukkan Khalid disebuah pohon besar. Lalu mereka memberi minum Khalid.
“Apa yang terjadi? Kenapa dia bisa sampai seperti ini?” Tanya Ikrimah.
“Ada.., Singa..” Jawab Syafiq dengan nafas terengah-engah, dia bersandar di pohon, begitu pula yang lain.
“Nih, minum.” Kata Asad sembari memberikan botol air minum.
Semua wajah petualang tampak pucat.
“Tenangkan diri kalian.” Kata Omar.
“Apa setelah ini kita akan melanjutkan pemburuan?” Tanya Laila.
“Ya.” Jawab Asad.
“Bagaimana caranya?” Tanya Nazira.
“Dengan mengendap-ngendap.” Jawab Omar.
“Tapi apakah dia tak mencium bau kita?” Tanya Amaroh.
“Semoga saja singa itu tak mencium.” Jawab Ikrimah.
Setelah semua tenang dan detak jantung juga nafas Khalid kembali normal, mereka pun melanjutkan perjalan. Mereka berjalan dengan mengendap-endap.
Tiba-tiba…
Arrrgg….
Semua terdiam, tak berani melihat kebelakang. Bira kembali bersembunyi, tapi kini dia bersembunyi didepan Laila. Hati petualang gelisah. Jantung mereka mengeluarkan suara dag, dig, dug. Semakin kencang.
Mereka semua mencoba berbalik badan. Raja hutan! Dagunya ditetesi air liur, wajahnya tampak menyeramkan. Taringnya siap merobek daging siapa saja tanpa ampun.
Wajah petualang pucat pasi. Dalam hitungan satu, dua, tiga.
Arrrgg…
Terkaman singa kuning itu meleset. Semua petualang lari sekuat tenaga. Laila melihat tempat yang tertutup dan bersembunyi. Dia menarik tangan Haura dan membawanya keluar dari barisan petualang. Lari sejauh lima hingga delapan meter dari barisan.
“Tunggu!” Haura menahan pelariannya. Laila ikut berhenti.
“Ada apa?” Tanya Laila.
“Kita keluar dari barisan.” Jawab Haura.
“Benar..! kenapa aku bisa lupa? Ya Allah, tolonglah kami..” Laila berkata lirih.
“Tenangkan dulu diri mu, lihat di depan kita ada pemandangan gunung.” Haura mencoba untuk menenenangkan Laila.
Laila membentangkan tangannya. Dia mencoba tenang dengan menghirup udara segar di hutan.
“Mungkin teman kita sudah diterkam singa.” Wajah Laila tampak sedih.
“Jangan berkata seperti itu, doakan yang baik-baik saja. Semoga mereka selamat.” Kata Haura ikut membentangkan tangan.
“Amin.” Laila mengaminkan.
Laila dan Haura berada disana cukup lama, karena mereka sama sekali tak tahu jalan pulang.
“Hah, udara di sini segar sekali.” Kata Laila memejamkan mata.
“Kau ingin cuci mata disini?” Tanya Haura, dia ikut membentangkan tangan.
“Cuci mata alami. Orang kan biasanya banyak cuci mata di Mall.” Jawab Laila tersenyum-senyum.
~~~
Cukup lama mereka di tempat itu. hingga perut mereka terasa keroncongan sekali.
“Fuhh.. Aku lapar.” Keluh Haura.
“Sama.” Kata Laila sambil mengambil batu yang cukup besar.
“Mau kamu apakan batu itu?” Haura bertanya, heran sekaligus penasaran dengan jawaban Laila.
“Mau ku ikatkan di perut.” Jawab Laila sembari membolak-balikkan batu yang dipegangnya.
Haura tertawa geli mendengar jawabannya.
“Laila…, Laila. Nggak usah sampai seperti itu.”
“Ya, dari pada…” Perkataan Laila terputus manakala mendengar suara teriakan.
“Laila…!!” Sekelompok orang berteriak sembari melambaikan tangan.
Laila dan Haura balik melambaikan tangan. Ternyata mereka adalah petualang!
“Ku kira kalian telah diterkam oleh singa tadi.” Kata Laila.
“Hahaha, tadi terjadi pertarungan seru..! Singa lawan Singa.” Kata Yazid.
“Singa lawan singa!” Haura berseru kaget.
“itu belum lengkap kata-katanya. Singa hutan lawan Singa petualang.” Kata Ikrimah.
“Singa petualang?” Haura bingung.
“Ah.., sudah. Nanti saja ceritanya di hadapan kapten.” Asad melerai pembicaraan mereka.
Mereka pun kembali ke sekolah petualang. Hasil buruan mereka hari ini adalah tiga ekor rusa yang besar-besar. Buruan itu tak tahu juga dari mana asalnya.
Ketika tiba di sekolah petualang, terbuka lah ceritanya. Singa itu terbunuh di tangan Asad. Asad artinya Singa, dia berhasil membunuh singa yang hampir membuat para petualang mati. Tak disangka juga, Syafiq telah memburu tiga ekor rusa yang menjadi buruan petualang pagi ini. Syafiq telah membuat teman-temannya malu. Karena mereka telah mengejek Syafiq yang berbadan kecil tapi cabe rawit.
Tema cerita : Petualangan
Petunjuk cerita : Gunung
Petunjuk gambar : Gunung, oranye, kuning
Judul cerita : Berkemah walau Salah Arah
Penulis : Athiarahima M
Sampul depan :
Sampul belakang :
Punggung buku :
Jenis tema cerita:Cerita petualangan dan jalan2.
Petunjuk gambar:Sepeda
Petunjuk cerita:Gunung
Penulis buku:Aila Dinara
Sampul depan:
Punggung buku:
Sampul belakang:
Cerita:
GOING UP THE MOUNTAIN.
Excitedly,Rio,Andre and Soli unbuckled their seatbelts.They FINALLY arrived to Germany!They were SO super duper excited.Andre and Soli were super lucky,because it was only supposed to be Rio and his family that came to Germany.But,Rio’s parents were THAT KIND to give Andre and Soli tickets to come to Germany too.Rio’s mum said,”It’s because Andre gave Rio an Xbox,and it’s because Soli gave Rio a TV on his birthday!We have to invite them to come to Germany as well!”at first,Rio’s dad never agreed that much,but then he thought,WHY NOT?So,Rio had his friends to play with him,which is lucky.He’ll probably be joyful all the time on his hol.Rio,Andre and Soli were told to get off out of the airplane first.So,what they did next is,basically,RUN.Unfortunately,the pilot saw them on the plane running and told them off.
“Jeez!”sighed Andre,”He’s strict,isn’t he?”both Rio and Soli nodded.They weren’t THAT shocked that they got told off.Both at home and at school,the three best mates always gets in trouble.
“Why can’t we just be good,like Aisha?”grumbled Rio.
“Well,boys and girls are different,”Soli said.Now,because they got told off by the pilot,they decided to walk sensibly,which they’re doing pretty well right now.Until they reached the ground.Now,here comes the craziness.All of them were literally whooping and cheering and doing Fortnite dances;it was a humourous sight.
“Boys!Enough please!”someone demanded;it was Rio’s mum,called Nady.
“Sorry Mum!We were too excited!”Rio apologised.
“I know you’re excited,but try to be calm,why don’t you?”
“I promise we will.”
“Good.Now,let’s go and wait for a taxi,”Nady said.
As they waited for the taxi,Rio,Andre and Soli went to buy some snacks,since they were really hungry.
“Hmmm…What should I buy,Mini Pizza Gummies or German Bread?”Soli asked his friends.
“Pizza Gummies,obviously.The bread looks too salty and peppery,”Andre replied.
“Ok then.Oh yeah,what did you chose,Rio and Andre?”
“I chose this Wattzmann Mountain Pastry,”replied Rio.
“Woah!That looks cool!Anyways,I got a German Ginger Bread Flag,”exclaimed Andre.
“Cool!Right,now let’s pay it,”said Rio,as he,Andre and Soli went to the cashier.
“5 Euros please,”the cashier said,showing her hands.
“Ok.Here you go!”Rio double checked.
Happily,they ate their snacks on the comfy purply-blue waiting sofas.
“Right!The taxi’s here,so quickly finish your snacks!”snapped Nady.All of them had different taxis,because if it’s only one taxi,the space wouldn’t be enough.
“Bye Andre and Soli!See you!”
“Bye Rio!”both Andre and Soli called back.
“So,what did you have for your snack?”Rio’s dad asked Rio(Rio’s dad is called Hali).
“I had a Wattzmann Mountain Pastry.That was super delish!”replied Rio,licking his mouth.
“Hey,do you have some left…For me?”asked Rio’s Grandpa(called Edan).
“Yeah,here you go,”
“Thanks Grandson!”
“No prob,Pa,no prob!”said Rio,watching his Grandfather savouring the delicious Wattzmann Mountain Pastry.
“Is it nice Pa?”asked Rio,making sure hid Grandfather is enjoying the pastry.
“What do you think?What does it look like?Of course I enjoy it!It’s yummy-delish!Or as we say it in Indonesian,it’s MANTUL!”exclaimed Pa,putting his thumbs up.
5 minutes later,Rio finally arrived at his hotel.First,he’s going to have a rest and sleep at tge hotel.Then,in the morning,Rio’s gonna play with his friends.Which he’s excited about.
“Mum,what room are we in?”Rio asked his mother.
“We are in Room 75.And your granparents are gonna be in Room 65.If you want to visit them,ask me or Dad and you can go on the lift and see them,”Nady told Rio.
“Oh,ok.How about Andre and Soli?Where are they staying?”
“Andre is staying at Room 76,while Soli stays at Room 78.You can just ring their door,can’t you,eh?”
“Yeah!That’s cool!Can we go in the lift together?”
“Yes,sure.”
“Thanks Mum!”
“That’s alright Rio.”smiled Mum.Now,Rio can see Andre and Soli sitting on tall red king-chairs.
“Oi!Andre!Sol!”Rio called after Andre and Soli.
“Hey Rio!Come here!”demanded Andre.
“Mum,can I-“Rio was about to ask his Mum if he can go there when his Mum read his mind and said,YES.Rio came running cheerfully into Andre and Soli.
“Calm down mate!”tutted Soli.
“We are neighbours in Germany,yes!”Rio informed them.
“I know,we don’t need to be told twice,”Andre grumbled.There was somethings suspisciously weird on Andre’s face.It’s definitely rashes,Rio thought.
“I’m sorry Andre,but what happened to your face?”
“Oh!Umm…It turns out that I was allergic to ginger,”
“That’s a shame,mate,”Rio shook his head,patting Andre’s back.
“Oh yeah it is.Luckily the rash is getting better now.When I went out of the taxi,I saw Andre scratching his face and I saw that his face looked like a mosquito just attacked him!”Soli told Rio.
“I think that we have to go on the lift now,look!Our parents are calling us!”Soli pointed out.
IN THE MORNING…
“Morning Rio!”Hali announced.
“Morning Dad,”Rio replied sleeply and rubbing his eyes.
“Come on now,brush your teeth quickly,then we can go down for breakfast,”demanded Nady,”Come on,CHOP CHOP!”slowly,Rio got out of his bed and went to the gigantic and fancy bathroom.He wondered,I wonder what we’ll do today.Rio was eating potato pancakesfor breakfast,one of the famous dishes in Germany.Potato pancakes were deliscious!Rio had some punch for his drink.Punch is like a syrup/juice that have fruit inside them.
Rio got to meet his friends right after breakfast.But,his dad wants to tell him something that he’ll do tomorrow.
“What is it Dad?”Rio asked.
“Tomorrow,we are going to…
WATTZMANN!”Hali replied with pride.
“Woah!That’s cool!Can Andre and Soli come too?Pretty please?”Rio did his very best puppy-dog eyes.
“I suppose they could come.”
“Thank you so much Dad!”Rio cheered,hugging his dad tight.
“Whoa,whoa!Don’t thank me!Thank your mother,she’s the one that planned it all,”Hali hissed.
“Nah,you go tell her that I said Thanks.I need to go to Andre and Soli!Bye Dad!”
“Bye son!”Rio came sprinting to where Andre and Soli were yesterday-at the red high-king chairs.
“Sol!Andre!”Rio greeted in a cheerful way.
“Oh,hi Rio!Why are you in such a bouncy mood?”Andre asked Rio.
“Because…I have some good news.Tomorrow we are going to…WATTZMANN!”
“Wattzmann?Oh yay!”exclaimed Soli.
“That’ll be fun!”smiled Andre.
“At what time though?”asked Soli.
“IDK.My mum’ll text your mums probably,or talk to them,or even email them!”Rio answered.
TOMORROW…
Woohoo!Rio thought,It’s Wattzmann time!At nighttime,Rio and his family packed everything they might need to stay at the Wattzmann mountain.Hali hired a bike for his wife and Rio.He hired it just for a week,because Hali thought it might be even more challenging if they cycle with their bikes up the mountain.And they’re also staying up the mountain for a week.
Quickly,Rio and his family ate breakfast,then met Andre and Soli’s families.
“Are you all ready to go?Everyonehas their bikes?”Nady questioned the families.
“Yes!”everyone answered.
“Ok then,let’s go!”.
It took everyone 30 minutes to get to Wattzmann.
“Right,we are gonna be going on this rickety bridge.Be careful!Kids below 8 years,please go with your parent/guardian,”Nady informed everyone;Nady was the boss.Rio’s family went first.Then Andre’s,then Soli’s.Soli was doing really well,until…One of the tiles of the bridge fell,and Soli had to hold on to the next tile.
“HELP!”Soli screamed.
“We’ll help Sol!”Andre and Rio both shouted;they couldn’t risk their best friend dying.
“No kids,NO!”but Nady was too late.Soli,Andre and Rio fell to the ground.Luckily they survived,because the next thing Rio said,
“How can we get up there now?”then someone answered.
“I will help you!”it was actually Aisha.
“Aisha?How are you here?”asked Andre.
“This is where I’m going on my holiday.And,I heard some screeching here,so I came.My parents are gonna come too,don’t worry.Oh yeah,your bikes fell too,here you go,”Aisha showed the boys and helping them up.
“Thanks Aisha,”Rio said,blushing.
“It’s OK.And anyways,I can’t risk you dying,you’re too funny,”Aisha and Rio just stared at each other lovingly(BLEUGH!).
“Hello?This is not a romance movie!”Soli said,rolling his eyes.
“Oh,sorry,”Aisha replied,flicking her hair in the breezy wind.
Soon,Aisha’s parents came.Luckily they were nice people and wanted to help too.The boys and Aisha climed the steep mountain;it was really difficult to do now,because it’s raining cats and dogs.
“Ah!I can’t see!”Soli complained,fixing his glasses.
“That’s why you should’ve packed goggles with you!”Rio said;he keeps on staring at Aisha!When they finally almost reached the top of the mountain,there was some light.Bright electrical lights.
“It’s our family guys!”Andre pointed;and he was right.When their families saw them,they all began to hug Rio,Andre and Soli.
“Mum,you squeezed me!”Rio moaned,while Aisha started giggling.They all had a successful week at Wattzmann.Everyone was safe.
ThE eNd!
Btw,Wattzmann Mountain is a real mountain in Germany:)
Cerita petualangan
Petunjuk gambar: sepeda, oranye
Petunjuk cerita: gunung
Nama: Malik Husain elqomary
Cover depan:
Cover belakang:
Tema Cerita : Cerita Petualangan
Petunjuk Cerita : Kereta
Petunjuk Gambar : Kereta
Nama Penulis : Khalisa NFS
Genre : Petualangan
Cerita :
Salah Naik Kereta
Suara teriakan marah si Mak Lampir masih menggema dari ruang tengah. Entahlah, mungkin ia bertengkar lagi dengan adiknya. Ah, masa bodo, banyak yang harus kupikirkan, nggak harus mikirin si Mak Lampir melulu. Aku segera naik ke lantai dua dan melangkah ke kamarku tercinta. Eh, maksudnya, kamarku yang biasa saja. Di dalam kamar, segera kuhempaskan diri di atas kasur yang keras.
Malangnya nasibku. Karena satu bulan ini Ayah dan Ibu sedang berangkat haji, maka aku dititipkan di rumah sepupuku. Sepupuku itu namanya Erie, alias Mak Lampir. Memang tidak sopan kalau aku memanggilnya Mak Lampir, tapi dia memang galak.“Lia, mau makan keripik nggak?”
Tau-tau saja, teman dekatku, Sisi, yang kebetulan sedang menginap di rumah Kak Erie, datang dengan membawa sekaleng keripik kentang. Aku bangun dari tempat tidur. “Iya mau, tapi lain kali, kalau mau masuk kamar orang ketuk pintu dulu, siapa tau orangnya lagi ganti baju!” tegurku seraya mengambil kaleng keripik. Oh ya, aku dan Sisi sama-sama murid di SMP 001 Jakarta. Sekarang kami adalah murid kelas sembilan.
“Hehe, iya deh. Oh ya, liburan ini kita mau ke mana? Kak Anggrek lagi pergi sih, tidak ada yang bisa menemani kita.” balas Sisi. Kak Anggrek adalah kakakku. Ia lalu duduk di sampingku. “Kamu ada ide mau pergi ke mana Li?”
“Bagaimana kalau ke Bandung naik kereta malam? Aku belum pernah coba naik kereta malam.” jawabku.
“Ok. Nanti aku cari tiket dulu. Soal hotelnya bagaimana?” tanya Sisi lagi.
“Ya, nanti aku cari.” jawabku.
Akhirnya, aku dan Sisi merencanakan untuk berangkat pada hari Kamis. Kami akan menginap di Bandung selama 4 hari saja.
***
Akhirnya, pada hari yang telah ditentukan, aku dan Sisi berangkat ke Bandung, tentunya setelah berpamitan dengan Kak Erie.
Setibanya di Stasiun Gambir…
“Li, kita telat ya? Itu kok keretanya sudah datang?” tanya Sisi sambil menunjuk salah satu kereta.
“Aneh…padahal masih agak lama kok.” jawabku seraya melihat jam tangan.
“Eh Li, katanya ada pengumuman, speaker yang biasa dipakai untuk memberitahukan keberangkatan kereta lagi rusak, jadi harus memperhatikan kereta hanya dengan jadwal.” ucap Sisi seraya menunjuk sebuah kertas.
“Bagaimana sih…memangnya satpamnya tidak bisa memberi tau?” tanyaku kesal.
Beberapa menit kemudian, sebuah kereta Argo Dwipangga merapat ke stasiun. “Itu keretanya. Ayo masuk.” ucapku. Sisi mengangguk. Kami segera mencari tempat kami. Di sini kami tidak perlu berdesak-desakan, karena kemarin saat memesan kereta, aku memilih kelas yang paling bagus. Memang sih, tiketnya mahal. Tapi, daripada berdesak-desakan dan tersiksa sepanjang jalan, mending memilih kereta yang bagus kan ^_^ ?
“Lia, kursinya enak banget, bisa dinaikturunin.” ucap Sisi seraya memainkan kursinya.
“Dilihatin orang tuh.” komentarku. Beberapa orang di sekeliling kami tampak memerhatikan Sisi.
”Eh, benar juga. Sudah ah.” balas Sisi. Ia berhenti memainkan kursi.
“Si, aku sudah mengantuk nih. Mau tidur dulu.” ucapku. “Nanti kalau sudah sampai kasih tau ya, jangan sampai kita kelewatan stasiun.” pesanku.
“Oke. Nanti aku bangunin.”
***
“Lia, Lia! Bangun!”
Aku terbangun karena suara ribut Sisi. Aku mengucek-ngucek mata, pandanganku masih buram. Sisi tampak panik sekali.
“Ada apa Si?” tanyaku.
“Kita salah naik kereta Li!” jawab Sisi sembari mengguncang bahuku.
“Apaaa?! Kok bisa sih!” aku ikutan panik.
“Lia, kita nyasar ke mana nih?”
“Agh…Aku enggak tau! Intinya, sekarang kita harus apa nih???”
“Maaf Mbak, kenapa ribut ya?” tegur seseorang. Aku dan Sisi sama-sama terlonjak panik.
Aku menoleh ke samping, dan melihat seorang perempuan tersenyum. Dari penampilannya, bisa ditaksir kalau dia adalah crew kereta. Merasa bertemu dengan orang yang tepat untuk membicarakan masalah, aku pun menceritakan semua masalah ini ke perempuan itu.
“Baiklah, saya akan bilang pada masinis, beliau pasti bisa menyelesaikan masalah ini.” ucapnya.
Aku dan Sisi menghela napas. Semoga saja tidak disuruh turun di tengah jalan. Lagi pula, ini kan sudah malam. Aku tidak berani melakukannya.
Tak lama kemudian, perempuan itu datang kembali bersama sang Masinis. Sang Masinis segera memberikan solusi itu atas permasalahan kami. Lalu, atas saran dari sang Masinis, aku dan Sisi tetap mengikuti perjalanan kereta ini, yaitu ke Jogja. Sisa masalah akan diurus oleh sang Masinis dan perempuan itu.
Akhirnya, aku dan Sisi bisa menghela napas dengan lega. Dengan agak terburu-buru, aku membatalkan kamar hotel yang kemarin kupesan. Uang jajan hangus hanya untuk kamar hotel yang batal dipakai. Aku segera memesan kamar hotel di Jogja. Aku sengaja memesan kamar yang murmer (murah meriah) demi menghemat uang jajan. Dan akhirnya, setelah aku memesan kamar hotel, aku jatuh tertidur di samping Sisi hingga pagi menyapa Stasiun Tugu.
***
Aku merenggangkan badan, sementara di sebelahku, Sisi tampak masih mengantuk. Pagi hari baru saja menyapa Jogja. Kami baru saja tiba di hotel. Ohya, saat kubilang hotel, jangan menyangka ini hotel mewah atau yang bagus. Ini hanya guest house. Tapi, meski hanya guest house, tetep bagus sih ^_^.
Setelah mandi, kami berencana mencari sarapan. Aku dan Sisi lumayan berminat pada kuliner khas Jogja. Hari ini akan kami habiskan hanya untuk…NYARI MAKAN! Alias wisata kuliner. Karena menginap di pusat kota, kami bisa menemukan banyak tempat makan enak.
Pertama, untuk makan berat, kami pergi ke salah satu tempat makan mie yang enak di Jogja, yaitu Mie Ayam Bu Tumini. Sudah enak banget, murmer lagi! Cocok buat dompet kami para pelajar :D. Oh ya, jalan-jalan di Jogja nggak harus selalu pakai kendaraan kok :D. Jalan kaki aja juga bisa. Kalau nggak kuat jalan kaki tapi nggak punya kendaraan atau uang yang banyak, bisa naik bus kota atau Trans Jogja. Kalo naik Trans Jogja harus bayar single trip sebesar 3.600,- Rp sekali jalan.
Selanjutnya, setelah puas makan berat, kami tidak langsung pergi makan-makan lagi, melainkan pergi ke De Mata Trick Eye Museum. Di sini, kalian bisa menikmati pemandangan 3D yang seru lho!
Ketika keluar dari De Mata Trick Eye Museum, kami berdua langsung menuju ke Es Buah PK, sebuah warung es buah yang sudah dibuka dari tahun 1973. Es buahnya, seperti kebanyakan es, segar dan uenak banget. Cocok banget kalau dimakan di siang bolong begini. Sisi, yang tidak terlalu suka buah, sampai menambah sekali saking senangnya.
Sebagai salah seorang penyuka makanan pedas, Sisi mengajakku ke Oseng Mercon Bu Narti. Katanya di sana makanannya pedas luar biasa.
Aku takut makan yang pedas, karena itu hanya Sisi yang makan Oseng Mercon itu. Tak lama kemudian, Sisi sudah meminum habis Aqua botol yang tadi dia bawa. Mukanya memerah dan nafasnya tampak memburu.
“Pedas banget ya Si?” tanyaku.
“Iya nih, sampai ngos-ngosan makannya.” jawab Sisi.
Setelah selesai menemani Sisi makan,kami segera salat Zuhur di masjid terdekat. Lalu kami segera melanjutkan wisata kuliner kami. Aku mengajak Sisi untuk ke Yammie Pangsit Pathuk.
“Lia, tadi pagi ‘kan kamu sudah makan mi, masa’ sekarang mau makan mi lagi?” tanya Sisi saat kami sedang memesan makanan di Yammie.
“Hehe, menunya ‘kan nggak cuma mi doang. Masih ada yang lain.” ucapku seraya memperlihatkan buku menu.
“Jadi, mau pesan apa? Aku sudah kenyang banget, tadi makanannya pedesnya nggak kira-kira.”
“Hm, aku mau pesan mi aja lagi.” ucapku memutuskan.
Oh ya, ini sejarah singkat Yammie Pangsit Pathuk. Tempat makan ini sudah legendaris dari tahun 1999, dibuat oleh Martin Triyanawarsa. Menu andalan di sini tentu saja mi ayam pangsit. Tapi di sini juga ada menu lain, seperti bakso goreng dan siomay. Semuanya dibuat sendiri lho, makanya jadi enak banget!
Selesai makan siang, kami berdua pergi ke Museum Benteng Vredeburg, sebelum akhirnya pergi ke Keraton Jogja. Di sini, kita akan melihat orang-orang yang berpakaian adat khas Jawa Tengah. Mereka adalah para abdi dalem Keraton Jogja.
Sisa siang hari sampai azan asar berkumandang kami lewatkan di Masjid Kampus UGM. Tempatnya enak, sejuk, dan di depan masjidnya ada kolamnya. Pokoknya tempatnya keren deh!
Setelah selesai salat asar, kami segera kembali ke penginapan. Rasanya kecapekan sama sedikit kekenyangan. Mungkin nanti waktu menimbang berat badan di Jakarta, beratku udah naik -_-
***
Kehidupan malam di Jogja sudah dimulai dari jam enam sore. Setelah siap-siap dan salat Isha, aku dan Sisi segera memulai petualangan kami. Kami sengaja memilih keluar setelah Isha, soalnya biar badan sudah segar, nggak capek lagi. Soalnya, waktu sudah sampai di penginapan, kami berdua segera tidur ^_^.
Sisi setuju untuk pergi ke Warung Soto Sampah. Namanya unik ya? Ya, padahal makanannya sih enggak kayak sampah (ya iyalah), malah enak banget. Kelezatannya udah dijamin kok, jadi…silakan berkunjung ke sini ya, kalau ke Jogja!
Selesai makan malam, aku dan Sisi berencana untuk pergi ke Taman Lampion yang terletak satu kompleks dengan Monjali. Tapi sebelumnya, kami pergi ke warung Kupat Tahu & Dawet Ayu yang terletak di seberang Monjali. Btw, pemiliknya teman ayahnya author lho!
Author : -_- iya, sudah tau kok. Tiap kali ke Jogja ‘kan, aku sekeluarga selalu ke sana.
Memang enak minum dawet malem-malem. Eh, harusnya ke sini waktu siang-siang sih, kan seger. Kalo malem-malem…
Author : nggak cocok. Masa’ malem-malem minum minuman dingin.
Di Taman Lampion, aku dan Sisi berkeliling, jajan dan mencoba beberapa wahana yang ada di Taman Lampion. Oh ya, Taman Lampion ini paling cocok buat foto-foto. Jadi, kalo ke Taman Lampion, jangan lupa bawa HP atau kamera yang bagus ya, biar hasil foto makin ngena.
Lalu, hal yang terakhir kami lakukan adalah melakukan ritual, eh, acara keliling-keliling di sekitar kampus UGM. Kalo malam ‘kan, banyak angkringan di buka. Bisa jadi referensi jajan buat kalian yang mau lanjut kuliah di Jogja ^_^
***
Pagi-pagi sekali aku dan Sisi sudah berkemas. Tidak terasa sekarang harus sudah kembali ke Jakarta.. Apa boleh buat, uang yang tersisa hanya cukup untuk membeli tiket pulang. Tapi, meski hanya sehari di Jogja, aku dan Sisi sama-sama puas!
Yogya Adventure-Finish!
***
Fakta Unik Tentang Pelajar di Jogja ^_^
Ini hanya copas ya…
1. Sebagian besar Mahasiswa Jogja Tidak Tinggal di Jogja
Jogja sebenarnya merujuk pada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). DIY merupakan provinsi dengan ibukotanya adalah Kota Yogyakarta. Jadi sebenarnya kalau mau fair, Jogja diambil dari nama ibukota provinsi DIY.
Nah, nyatanya, sebagian besar mahasiswa Jogja justru lebih banyak tinggal dan kuliah di Kabupaten Sleman atau malah Bantul. Sleman jelas juaranya karena sebagian besar Universitas Gadjah Mada bersinggungan dengan kabupaten Sleman. Kampus-kampus seperti Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, hingga Universitas Islam Indonesia juga ada di Sleman. Meski begitu, tetap saja para mahasiswa mengklaim diri sebagai mahasiswa Jogja.
2. Sebagian Mahasiswa Jogja Telah Merantau ke Jogja Sejak SMA
Di Jogja ada sederet sekolah menengah unggulan yang menarik minat para pelajar maupun orangtuanya sebagai pilihan terbaik dalam pendidikan dan juga kehidupan. Maka tidak heran jika cukup banyak pelajar SMA yang ngekos karena memang datang ke Jogja untuk bersekolah di sekolah menengah unggulan itu.
Nah, sesudah lulus SMA, biasanya sudah keenakan. Jogja kan memang asyik. Maka, otomatis pilihan-pilihan kampus yang akan dituju tidak jauh-jauh dari kampus-kampus yang ada di Jogja. Bolehlah disebut mahasiswa jenis ini merupakan mahasiswa gagal move on, tidak bisa ke lain kota.
3. Sebagian Mahasiswa Jogja Datang Tanpa Tahu Bahasa Jawa Sama Sekali
Saya pernah dikerjai teman untuk menyebut “kulo sega*on”, dua buah kata yang kalau disambung artinya memang kurang elok tapi asli bikin ngakak. Nyatanya memang begitu, mahasiswa dari Sumatera atau juga Kalimantan tiba ke Jogja tanpa paham bahasa Jawa, padahal di Jogja penggunaan bahasa Jawa dalam pergaulan sangatlah kental. Maka tidak heran kalau korban jebakan betmen boso jowo seperti yang saya alami tidak akan pernah berhenti.
4. Touring!
Hampir pasti yang namanya mahasiswa Jogja akan melakukan hal ini, baik naik mobil maupun seringnya sih naik sepeda motor. Saya sendiri pernah touring 12 sepeda motor ke Pantai Ngobaran Gunungkidul, jauh sebelum pantai itu terkenal. Kalau tidak ke pantai, touring para mahasiswa ya ke Kaliurang, berikut tempat-tempat wisata yang ada di sekitarnya. Dolan-dolan semacam ini memang asyik, sih.
5. Jagonya Angkringan dan Burjo
Namanya mahasiswa Jogja nggak sah kalau belum sarapan, makan siang, maupun makan malam di angkringan dan burjo. Bagaimanapun, dua tempat itu adalah penyelamat mahasiswa yang lagi kesusahan. Saking akrabnya, banyak mahasiswa Jogja yang punya nomor penjual burjo maupun mas-mas angkringan. Biasanya lagi, pesannya hanya es teh tapi ngobrolnya 4 jam. Yang penting guyub!
6. Nogkrong di seputaran Selokan Mataram
Selokan Mataram adalah selokan yang dulunya menyerupai kali dan memang digunakan sebagai saluran air dan juga pengairan. Dahulu, Selokan Mataram itu lebar dan di tempat-tempat tertentu kalau sudah malam pinggir-pinggirnya sangat sepi. Eh, sekarang, begitu banyak wisata kuliner di sepanjang Selokan Mataram yang telah dipersempit. Maka kalau membahas Selokan Mataram, mahasiswa Jogja zaman now dan zaman old pasti punya kisah yang berbeda.
7. Kena Cegatan!
Tidak hanya mahasiswa Jogja yang kena, sih, tapi nggak sah jadi mahasiswa Jogja kalau belum kena hal yang satu ini. Nyatanya bahkan ada nama grup terkemuka ‘Info Cegatan Jogja’, sebagai penanda bahwa di Jogja sering ada cegatan. Banyaknya anak kos memang membuat banyaknya sepeda motor beredar dan jadinya banyak maling motor juga. Cegatan tentu membantu hal ini. Cegatan cukup sering terjadi di sekitar Kotabaru, Gabusan, maupun di Maguwoharjo. Dekat kampus semua, tuh.
Referensi :
nyero.id
travelingyuk.com
yogyakarta.panduanwisata.id
Brilio.net
Google Maps
Indonesia.tripcanvas.co
Sampul Depan :
Sampul Belakang :
Punggung Buku :
Oh ya, ini penutupannya ya~
Disertai permintaan maaf karena punggung bukunya aneh, ada hitam-hitamnya. Yang hitam nggak bisa dicrop, makanya dibiarkan saja -_-
Tema:Cerita liburan
Petunjuk cerita:Mobil
Petunjuk gambar:Pantai
Nama penulis: Annisa Larasati
Sampul depan:
Sampul belakang:
Punggung buku:
Tema: Petualangan
Petunjuk: n/a (menemukan ketiga jalur)
Tema: Cerita jalan-jalan dan petualangan
Petunjuk cerita: Gunung
Petunjuk gambar: Kereta, sepeda, oranye
Judul: Petualangan Menuju Lereng Gunung
Nama Penulis: Binar Arkartya
Sampul depan:
Sampul belakang :
Punggung buku :
Tema : Persahabatan
Petunjuk gambar : Kuning
Petunjuk cerita : Pantai
Judul : Sahabat sejati
Penulis : Satria Manggala
Sampul depan :
Punggung buku :
Sampul belakang :
Alif dan Rafa saling bermusuhan. Mereka tidak mau saling menyapa, saat berpapasan mereka mendengus sebal, saat dipanggil namanya saling lirik dengan lirikan benci. Suatu hari Alif mandi di sungai kampung saat ini sedang musim kemarau, jadi air di sumur mengering. tetangga-tetangga kampung melakukan kegiatan masing masing, ada yang mencuci baju dan ada yang sedang mandi. Alif sedang mandi di sungai. 10 menit kemudian Rafa datang sambil membawa bola plastik bersama anak – anak yang lain. Rafa mengusir Alif lewat tatapan mata, bermain bola plastik di sungai memang seru tetapi kalau ada musuh, suasana bermain jadi tidak enak. Alif segera menyelesaikan mandi kemudian bergegas ke atas cadas, cepat – cepat pergi dari sungai. benci sekali jika melihat musuhnya sedang tertawa-tawa dengan yang lain.
***
bla…bla…bla…dan seterusnya,dan seterusnya…
Tema: Cerita jalan jalan dan Petualangan
Petunjuk cerita: Zamrud (karena sudah menemukan 3 jalan di labirin)
Petunjuk Gambar: Kereta, merah
Judul cerita: Petualangan Di Candi Zamrud
Nama penulis: Aretha Aara Ayska
Sampul depan:
Sampul belakang:
Punggung Buku:
Petunjuk cerita: Kereta, Gunung, Sepeda
Petunjuk gambar: Merah, Oranye, Kuning, Gunung
Judul: April’s Lost Memory
Nama Penulis: Amanda Cahyani (Amanda)
Tema/Genre: Fantasi (Fantasy), Petualangan (Adventure)
==~ Sampul Depan ~==
==~ Sampul Belakang ~==
==~ Punggung Buku ~==
==~ Cerita ~==
TO BE CONTINUED
Tema cerita : cerita jalan – jalan dan petualangan
Petunjuk cerita : mobil , pantai
Petunjuk gambar : mobil , pantai
Judul : petualangan di pulau karimunjawa
Penulis : Athira Firyal Hamida
Sampul depan :
Sampul belakang :
Sampul punggung :
Tema : Cerita Petualangan
Petunjuk cerita : Gunung, Sepeda
Petunjuk gambar : Oranye
Judul cerita : Piknik di Hutan
Nama penulis : Izdihar Faiza Ritonga
Sampul depan :
Sampul belakang :
Punggung buku :
Tema : Cerita petualangan
Petunjuk cerita : Sepeda
Petunjuk gambar : Gunung
Judul cerita : Petualangan di Gunung Menangis
Penulis : Altaf Ivander Zahir
Sampul depan :
Sampul belakang :
Punggung buku :
Tema : Cerita petualangan
Petunjuk cerita : Kereta
Petunjuk gambar : Kuning
Judul cerita : Kenangan Di Stasiun Kereta Api
Nama penulis : Namira Fayola Ritonga
Sampul depan :
Sampul belakang :
Punggung buku :
Cerita :
Zizah menatap air hujan yang mulai turun satu persatu. Semalam Ayah baru saja pergi ke luar kota menaiki kereta api. Lantas, apa istimewanya sebuah kereta api? Kereta api hanyalah sebuah ular besi panjang yang mengantar penumpang ke tujuan. Sama seperti kendaraan yang lain lain. Tapi, bagi Zizah, Kereta api menyimpan kenangan tersendiri. Waktu itu….
Zizah sedang terduduk sedih di salah satu bangku Stasiun kereta api. Hari ini dia akan pergi mewakili sekolahnya pada lomba Karate. Tapi, malangnya, tiket kereta api miliknya hilang! Dia sudah mencarinya kemana mana. Mulai dari kantong jaket, baju, celana, di dompetnya, di tas, sampai di kotak pensil. Tapi tetap tidak ada. Bagaimana mungkin tiket itu bisa hilang? Dia menjaganya betul betul di dalam kantong jaket. Zizah tidak bisa mempercayai kejadian yang di alaminya. Tadi pagi saat di antar ke stasiun, wajah Zizah tak pernah berhenti tersenyum. Dia merasa senang karena akhirnya, dia di pilih untuk mengikuti loba Karate setelah sekian lama menunggu. Dan sekarang, lihatlah! keadaan berubah terbalik! Dari yang awalnya wajah Zizah berseri seri, kini, wajahnya masam seperti jeruk Nipis. “Cu…apakah tempat ini kosong?” seorang nenek tua renta mendatangi tempat Zizah. Zizah diam saja, suasana hatinya yang buruk membuatnya malas berbicara. Nenek itu kemudian duduk di samping Zizah dan berkata, “Dari wajahmu aku melihat kalau kau sedang bersedih…” Nenek itu memulai percakapan. Zizah mendengus kesal. Tidak perlu ahli penebak gestur wajah untuk melihat suasana hati Zizah saat ini. “Kalau kau berkenan, ayo ikut aku ke tempat favorit ku” tanpa merasa perlu mendengar persetujuan dari Zizah, nenek itu langsung beranjak pergi. Zizah menimbang nimbang. “ikut atau tidak ya?” Akhirnya, Zizah memutuskan ikut. “Mungkin dengan ikut, kau bisa melupakan kesedihanku sejenak.” Dia akhirnya berdiri dan berlari mengikuti nenek itu. “Ah…akhirnya kau mau ikut juga..”. Zizah berusaha mensejajari langkah nenek itu. Nenek itu kemudian masuk ke dalam sebuah gudang tua. Ternyata, jika kita masuk ke dalam gudang itu dan terus menuju ke belakang, kita akan tba di sebuah padang rumput Dandelion yang sangat indah. “Waahhh….indah sekali!” Zizah berdecak kagum. Dia mengedarkan pandangan berkeliling sambil menghirup udara segar. Angin sepoi sepoi bertiup lembut membuat jilbab Zizah berkibar pelan. “Aku akan memberikan sesuatu, tapi kamu harus berjanji akan menyelesaikannya” nenek itu berkata sambil menyerahkan kertas lusuh berwarna cokelat. Zizah menerimanya sambil menatap nenek itu tidak mengerti. “oh ya! aku hampir lupa! ini tiketmu, aku lihat jatuh tadi…” nenek itu menyerahkan kertas tiket sambil berlalu, membiarkan Zizah yang sekarang mematung penuh dengan pertanyaan.
TO BE CONTINUE….
Tema : Cerita tantangan
petunjuk cerita : Gunung salju
petunjuk gambar : Anak perempuan
judul : Tamasya Ke Puncak Uludag
nama penulis : Kenia Dyanti
sampul depan
sampul belakang :
punggung buku :
Tema: Cerita liburan
Petunjuk cerita: Pantai
Petunjuk gambar: Merah, Kuning, Oren
Judul: Mohzoma Cafe – Go to the beach
Penulis: Alexa
You must be logged in to post a comment.