Tugas 2-Khalisa

Tema Cerita : Cerita Petualangan

Petunjuk Cerita : Kereta

Petunjuk Gambar : Kereta

Nama Penulis : Khalisa NFS

Genre : Petualangan

Cerita :

Salah Naik Kereta

Suara teriakan marah si Mak Lampir masih menggema dari ruang tengah. Entahlah, mungkin ia bertengkar lagi dengan adiknya. Ah, masa bodo, banyak yang harus kupikirkan, nggak harus mikirin si Mak Lampir melulu. Aku segera naik ke lantai dua dan melangkah ke kamarku tercinta. Eh, maksudnya, kamarku yang biasa saja. Di dalam kamar, segera kuhempaskan diri di atas kasur yang keras.

Malangnya nasibku. Karena satu bulan ini Ayah dan Ibu sedang berangkat haji, maka aku dititipkan di rumah sepupuku. Sepupuku itu namanya Erie, alias Mak Lampir. Memang tidak sopan kalau aku memanggilnya Mak Lampir, tapi dia memang galak.“Lia, mau makan keripik nggak?”

Tau-tau saja, teman dekatku, Sisi, yang kebetulan sedang menginap di rumah Kak Erie, datang dengan membawa sekaleng keripik kentang. Aku bangun dari tempat tidur. “Iya mau, tapi lain kali, kalau mau masuk kamar orang ketuk pintu dulu, siapa tau orangnya lagi ganti baju!” tegurku seraya mengambil kaleng keripik. Oh ya, aku dan Sisi sama-sama murid di SMP 001 Jakarta. Sekarang kami adalah murid kelas sembilan.

“Hehe, iya deh. Oh ya, liburan ini kita mau ke mana? Kak Anggrek lagi pergi sih, tidak ada yang bisa menemani kita.” balas Sisi. Kak Anggrek adalah kakakku. Ia lalu duduk di sampingku. “Kamu ada ide mau pergi ke mana Li?”

“Bagaimana kalau ke Bandung naik kereta malam? Aku belum pernah coba naik kereta malam.” jawabku.

“Ok. Nanti aku cari tiket dulu. Soal hotelnya bagaimana?” tanya Sisi lagi.

“Ya, nanti aku cari.” jawabku.

Akhirnya, aku dan Sisi merencanakan untuk berangkat pada hari Kamis. Kami akan menginap di Bandung selama 4 hari saja.

***

Akhirnya, pada hari yang telah ditentukan, aku dan Sisi berangkat ke Bandung, tentunya setelah berpamitan dengan Kak Erie.

Setibanya di Stasiun Gambir…

“Li, kita telat ya? Itu kok keretanya sudah datang?” tanya Sisi sambil menunjuk salah satu kereta.

“Aneh…padahal masih agak lama kok.” jawabku seraya melihat jam tangan.

“Eh Li, katanya ada pengumuman, speaker yang biasa dipakai untuk memberitahukan keberangkatan kereta lagi rusak, jadi harus memperhatikan kereta hanya dengan jadwal.” ucap Sisi seraya menunjuk sebuah kertas.

“Bagaimana sih…memangnya satpamnya tidak bisa memberi tau?” tanyaku kesal.

Beberapa menit kemudian, sebuah kereta Argo Dwipangga merapat ke stasiun. “Itu keretanya. Ayo masuk.” ucapku. Sisi mengangguk. Kami segera mencari tempat kami. Di sini kami tidak perlu berdesak-desakan, karena kemarin saat memesan kereta, aku memilih kelas yang paling bagus. Memang sih, tiketnya mahal. Tapi, daripada berdesak-desakan dan tersiksa sepanjang jalan, mending memilih kereta yang bagus kan ^_^ ?

“Lia, kursinya enak banget, bisa dinaikturunin.” ucap Sisi seraya memainkan kursinya.

“Dilihatin orang tuh.” komentarku. Beberapa orang di sekeliling kami tampak memerhatikan Sisi.

”Eh, benar juga. Sudah ah.” balas Sisi. Ia berhenti memainkan kursi.

“Si, aku sudah mengantuk nih. Mau tidur dulu.” ucapku. “Nanti kalau sudah sampai kasih tau ya, jangan sampai kita kelewatan stasiun.” pesanku.

“Oke. Nanti aku bangunin.”

***

“Lia, Lia! Bangun!”

Aku terbangun karena suara ribut Sisi. Aku mengucek-ngucek mata, pandanganku masih buram. Sisi tampak panik sekali.

“Ada apa Si?” tanyaku.

“Kita salah naik kereta Li!” jawab Sisi sembari mengguncang bahuku.

“Apaaa?! Kok bisa sih!” aku ikutan panik.

“Lia, kita nyasar ke mana nih?”

“Agh…Aku enggak tau! Intinya, sekarang kita harus apa nih???”

“Maaf Mbak, kenapa ribut ya?” tegur seseorang. Aku dan Sisi sama-sama terlonjak panik.

Aku menoleh ke samping, dan melihat seorang perempuan tersenyum. Dari penampilannya, bisa ditaksir kalau dia adalah crew kereta. Merasa bertemu dengan orang yang tepat untuk membicarakan masalah, aku pun menceritakan semua masalah ini ke perempuan itu.

“Baiklah, saya akan bilang pada masinis, beliau pasti bisa menyelesaikan masalah ini.” ucapnya.

Aku dan Sisi menghela napas. Semoga saja tidak disuruh turun di tengah jalan. Lagi pula, ini kan sudah malam. Aku tidak berani melakukannya.

Tak lama kemudian, perempuan itu datang kembali bersama sang Masinis. Sang Masinis segera memberikan solusi itu atas permasalahan kami. Lalu, atas saran dari sang Masinis, aku dan Sisi tetap mengikuti perjalanan kereta ini, yaitu ke Jogja. Sisa masalah akan diurus oleh sang Masinis dan perempuan itu.

Akhirnya, aku dan Sisi bisa menghela napas dengan lega. Dengan agak terburu-buru, aku membatalkan kamar hotel yang kemarin kupesan. Uang jajan hangus hanya untuk kamar hotel yang batal dipakai. Aku segera memesan kamar hotel di Jogja. Aku sengaja memesan kamar yang murmer (murah meriah) demi menghemat uang jajan. Dan akhirnya, setelah aku memesan kamar hotel, aku jatuh tertidur di samping Sisi hingga pagi menyapa Stasiun Tugu.

***

Aku merenggangkan badan, sementara di sebelahku, Sisi tampak masih mengantuk. Pagi hari baru saja menyapa Jogja. Kami baru saja tiba di hotel. Ohya, saat kubilang hotel, jangan menyangka ini hotel mewah atau yang bagus. Ini hanya guest house. Tapi, meski hanya guest house, tetep bagus sih ^_^.

Setelah mandi, kami berencana mencari sarapan. Aku dan Sisi lumayan berminat pada kuliner khas Jogja. Hari ini akan kami habiskan hanya untuk…NYARI MAKAN! Alias wisata kuliner. Karena menginap di pusat kota, kami bisa menemukan banyak tempat makan enak.

Pertama, untuk makan berat, kami pergi ke salah satu tempat makan mie yang enak di Jogja, yaitu Mie Ayam Bu Tumini. Sudah enak banget, murmer lagi! Cocok buat dompet kami para pelajar :D. Oh ya, jalan-jalan di Jogja nggak harus selalu pakai kendaraan kok :D. Jalan kaki aja juga bisa. Kalau nggak kuat jalan kaki tapi nggak punya kendaraan atau uang yang banyak, bisa naik bus kota atau Trans Jogja. Kalo naik Trans Jogja harus bayar single trip sebesar 3.600,- Rp sekali jalan.

Selanjutnya, setelah puas makan berat, kami tidak langsung pergi makan-makan lagi, melainkan pergi ke De Mata Trick Eye Museum. Di sini, kalian bisa menikmati pemandangan 3D yang seru lho!

Ketika keluar dari De Mata Trick Eye Museum, kami berdua langsung menuju ke Es Buah PK, sebuah warung es buah yang sudah dibuka dari tahun 1973. Es buahnya, seperti kebanyakan es, segar dan uenak banget. Cocok banget kalau dimakan di siang bolong begini. Sisi, yang tidak terlalu suka buah, sampai menambah sekali saking senangnya.

Sebagai salah seorang penyuka makanan pedas, Sisi mengajakku ke Oseng Mercon Bu Narti. Katanya di sana makanannya pedas luar biasa.

Aku takut makan yang pedas, karena itu hanya Sisi yang makan Oseng Mercon itu. Tak lama kemudian, Sisi sudah meminum habis Aqua botol yang tadi dia bawa. Mukanya memerah dan nafasnya tampak memburu.

“Pedas banget ya Si?” tanyaku.

“Iya nih, sampai ngos-ngosan makannya.” jawab Sisi.

Setelah selesai menemani Sisi makan,kami segera salat Zuhur di masjid terdekat. Lalu kami segera melanjutkan wisata kuliner kami. Aku mengajak Sisi untuk ke Yammie Pangsit Pathuk.

“Lia, tadi pagi ‘kan kamu sudah makan mi, masa’ sekarang mau makan mi lagi?” tanya Sisi saat kami sedang memesan makanan di Yammie.

“Hehe, menunya ‘kan nggak cuma mi doang. Masih ada yang lain.” ucapku seraya memperlihatkan buku menu.

“Jadi, mau pesan apa? Aku sudah kenyang banget, tadi makanannya pedesnya nggak kira-kira.”

“Hm, aku mau pesan mi aja lagi.” ucapku memutuskan.

Oh ya, ini sejarah singkat Yammie Pangsit Pathuk. Tempat makan ini sudah legendaris dari tahun 1999, dibuat oleh Martin Triyanawarsa. Menu andalan di sini tentu saja mi ayam pangsit. Tapi di sini juga ada menu lain, seperti bakso goreng dan siomay. Semuanya dibuat sendiri lho, makanya jadi enak banget!

Selesai makan siang, kami berdua pergi ke Museum Benteng Vredeburg, sebelum akhirnya pergi ke Keraton Jogja. Di sini, kita akan melihat orang-orang yang berpakaian adat khas Jawa Tengah. Mereka adalah para abdi dalem Keraton Jogja.

Sisa siang hari sampai azan asar berkumandang kami lewatkan di Masjid Kampus UGM. Tempatnya enak, sejuk, dan di depan masjidnya ada kolamnya. Pokoknya tempatnya keren deh!

Setelah selesai salat asar, kami segera kembali ke penginapan. Rasanya kecapekan sama sedikit kekenyangan. Mungkin nanti waktu menimbang berat badan di Jakarta, beratku udah naik -_-

***

Kehidupan malam di Jogja sudah dimulai dari jam enam sore. Setelah siap-siap dan salat Isha, aku dan Sisi segera memulai petualangan kami. Kami sengaja memilih keluar setelah Isha, soalnya biar badan sudah segar, nggak capek lagi. Soalnya, waktu sudah sampai di penginapan, kami berdua segera tidur ^_^.

 Sisi setuju untuk pergi ke Warung Soto Sampah. Namanya unik ya? Ya, padahal makanannya sih enggak kayak sampah (ya iyalah), malah enak banget. Kelezatannya udah dijamin kok, jadi…silakan berkunjung ke sini ya, kalau ke Jogja!

Selesai makan malam, aku dan Sisi berencana untuk pergi ke Taman Lampion yang terletak satu kompleks dengan Monjali. Tapi sebelumnya, kami pergi ke warung Kupat Tahu & Dawet Ayu yang terletak di seberang Monjali. Btw, pemiliknya teman ayahnya author lho!

Author : -_- iya, sudah tau kok. Tiap kali ke Jogja ‘kan, aku sekeluarga selalu ke sana.

Memang enak minum dawet malem-malem. Eh, harusnya ke sini waktu siang-siang sih, kan seger. Kalo malem-malem…

Author : nggak cocok. Masa’ malem-malem minum minuman dingin.

Di Taman Lampion, aku dan Sisi berkeliling, jajan dan mencoba beberapa wahana yang ada di Taman Lampion. Oh ya, Taman Lampion ini paling cocok buat foto-foto. Jadi, kalo ke Taman Lampion, jangan lupa bawa HP atau kamera yang bagus ya, biar hasil foto makin ngena.

Lalu, hal yang terakhir kami lakukan adalah melakukan ritual, eh, acara keliling-keliling di sekitar kampus UGM. Kalo malam ‘kan, banyak angkringan di buka. Bisa jadi referensi jajan buat kalian yang mau lanjut kuliah di Jogja ^_^

***

Pagi-pagi sekali aku dan Sisi sudah berkemas. Tidak terasa sekarang harus sudah kembali ke Jakarta.. Apa boleh buat, uang yang tersisa hanya cukup untuk membeli tiket pulang. Tapi, meski hanya sehari di Jogja, aku dan Sisi sama-sama puas!

Yogya Adventure-Finish!

***

Fakta Unik Tentang Pelajar di Jogja ^_^

Ini hanya copas ya…

1. Sebagian besar Mahasiswa Jogja Tidak Tinggal di Jogja

Jogja sebenarnya merujuk pada Daerah Istimewa Yogyakarta (DIY). DIY merupakan provinsi dengan ibukotanya adalah Kota Yogyakarta. Jadi sebenarnya kalau mau fair, Jogja diambil dari nama ibukota provinsi DIY.

Nah, nyatanya, sebagian besar mahasiswa Jogja justru lebih banyak tinggal dan kuliah di Kabupaten Sleman atau malah Bantul. Sleman jelas juaranya karena sebagian besar Universitas Gadjah Mada bersinggungan dengan kabupaten Sleman. Kampus-kampus seperti Universitas Atma Jaya Yogyakarta, Universitas Sanata Dharma, hingga Universitas Islam Indonesia juga ada di Sleman. Meski begitu, tetap saja para mahasiswa mengklaim diri sebagai mahasiswa Jogja.

2. Sebagian Mahasiswa Jogja Telah Merantau ke Jogja Sejak SMA

Di Jogja ada sederet sekolah menengah unggulan yang menarik minat para pelajar maupun orangtuanya sebagai pilihan terbaik dalam pendidikan dan juga kehidupan. Maka tidak heran jika cukup banyak pelajar SMA yang ngekos karena memang datang ke Jogja untuk bersekolah di sekolah menengah unggulan itu.

Nah, sesudah lulus SMA, biasanya sudah keenakan. Jogja kan memang asyik. Maka, otomatis pilihan-pilihan kampus yang akan dituju tidak jauh-jauh dari kampus-kampus yang ada di Jogja. Bolehlah disebut mahasiswa jenis ini merupakan mahasiswa gagal move on, tidak bisa ke lain kota.

3. Sebagian Mahasiswa Jogja Datang Tanpa Tahu Bahasa Jawa Sama Sekali

Saya pernah dikerjai teman untuk menyebut “kulo sega*on”, dua buah kata yang kalau disambung artinya memang kurang elok tapi asli bikin ngakak. Nyatanya memang begitu, mahasiswa dari Sumatera atau juga Kalimantan tiba ke Jogja tanpa paham bahasa Jawa, padahal di Jogja penggunaan bahasa Jawa dalam pergaulan sangatlah kental. Maka tidak heran kalau korban jebakan betmen boso jowo seperti yang saya alami tidak akan pernah berhenti.

4. Touring!

Hampir pasti yang namanya mahasiswa Jogja akan melakukan hal ini, baik naik mobil maupun seringnya sih naik sepeda motor. Saya sendiri pernah touring 12 sepeda motor ke Pantai Ngobaran Gunungkidul, jauh sebelum pantai itu terkenal. Kalau tidak ke pantai, touring para mahasiswa ya ke Kaliurang, berikut tempat-tempat wisata yang ada di sekitarnya. Dolan-dolan semacam ini memang asyik, sih.

5. Jagonya Angkringan dan Burjo

Namanya mahasiswa Jogja nggak sah kalau belum sarapan, makan siang, maupun makan malam di angkringan dan burjo. Bagaimanapun, dua tempat itu adalah penyelamat mahasiswa yang lagi kesusahan. Saking akrabnya, banyak mahasiswa Jogja yang punya nomor penjual burjo maupun mas-mas angkringan. Biasanya lagi, pesannya hanya es teh tapi ngobrolnya 4 jam. Yang penting guyub!

6. Nogkrong di seputaran Selokan Mataram

Selokan Mataram adalah selokan yang dulunya menyerupai kali dan memang digunakan sebagai saluran air dan juga pengairan. Dahulu, Selokan Mataram itu lebar dan di tempat-tempat tertentu kalau sudah malam pinggir-pinggirnya sangat sepi. Eh, sekarang, begitu banyak wisata kuliner di sepanjang Selokan Mataram yang telah dipersempit. Maka kalau membahas Selokan Mataram, mahasiswa Jogja zaman now dan zaman old pasti punya kisah yang berbeda.

7. Kena Cegatan!

Tidak hanya mahasiswa Jogja yang kena, sih, tapi nggak sah jadi mahasiswa Jogja kalau belum kena hal yang satu ini. Nyatanya bahkan ada nama grup terkemuka ‘Info Cegatan Jogja’, sebagai penanda bahwa di Jogja sering ada cegatan. Banyaknya anak kos memang membuat banyaknya sepeda motor beredar dan jadinya banyak maling motor juga. Cegatan tentu membantu hal ini. Cegatan cukup sering terjadi di sekitar Kotabaru, Gabusan, maupun di Maguwoharjo. Dekat kampus semua, tuh.

Referensi :

nyero.id

http://www.idntimes.com

http://www.tribunnews.com

travelingyuk.com

http://www.jodjaday.com

http://www.qupas.id

yogyakarta.panduanwisata.id

Brilio.net

Google Maps

Indonesia.tripcanvas.co

Sampul Depan :

Sampul Belakang :

Punggung Buku :

Oh ya, ini penutupannya ya~

Disertai permintaan maaf karena punggung bukunya aneh, ada hitam-hitamnya. Yang hitam nggak bisa dicrop, makanya dibiarkan saja -_-

6 thoughts on “Tugas 2-Khalisa”

  1. Waww petualangan ke yogya.. based on true story? 😀 ini duo sahabat bener2 malu bertanya sesat di jalan yak haha.. untung si lia duitnya banyak, sampe bisa pesen hotel mendadaque walau cuma guest house.. sayang banget reservasi di bandung buat aku ajoo xD

    Baca cerita ini asli bikin aku laper tengah malem wahaha… Dua anak ini kerjaannya makan mulu, eh sama jalan2 juga deng. Aku terbayang2 makan mie ayam pedasss asdlkjhfjd.. tapi seru banget bacanya lho! Berasa kayak jalan2 ke sana beneran. Aku pas ke jogja pas ada kerjaan, kyknya ga berjiwa adventure banget, ga berasa jalan2nya huhuhu… Btw knp ada pesan2 author di tengah cerita hahaha xD anyway it’s a fun read so good job!

    Like

    1. Btw aku dah cek ukuran file yg di kirim kok beda ya? Yg sampul belakang itu udh bener ukurannya besar segede kertas A4, cuma yg sampul depan ini kecil banget, 8.7×12.6. kyknya yg sampul depan diambil dari thumbnail/hasil crop apa gmn? Kalo ada uploadin yg sampul depan versi gedenya dong?

      Ini kyknya krn ukuran kecil jd banyak kena garis batas keliling halaman ya.. mungkin kalo size aslinya ngga terlalu kena banget (?). Yg berasa banget di halaman depan itu logo penerbitnya mentok ujung kanan atas. Dan juga kyknya di resize tanpa proporsional jd agak gepeng, begitu pula gambar mataharinya yg besar cukup memakan tempat dan mengalihkan perhatian dari judul xD somehow aku malah berpikir ini kyknya sampul lebih bagus ga pake logo penerbit sekalian toh udah kinclong 😛

      Author name di sampul depan kecil bangeeet.. tp kyknya ini krn size yg aku terima juga kecil ya. Mungkin aslinya ga segitu dan bisa tetep enak kebaca.

      Yang bagian punggung buku aku suka deh, bagus juga idenya bikin setengah putih setengah bermotif. Sebenrnya nama penulis agak tenggelam di sini, cuma aku ga tau gimana cara bikin dia lebih stand out. Paling kalo aku sih bakal cari font yg all black (tengahnya ga kosong) dan tebel sehingga at least kebaca lah. Teksnya agak mepet bagian atas dan bawah punggung buku ya, jd mungkin bisa dikecilin dikit n digeser ke tengah.

      Bagian belakang udh bagus cuma buat aku masih berasa mepet ke tepian kertas. Space nya kan masih luas ke bawah, jadi sebenernya deskripsi bukunya bisa lebih ke tengah. Kyknya logo penerbit yg panjang itu bisa dipindahin ke belakang juga sih, drpd di depan agak menuhin tempat. Jadi biarkan gambar kamu (judul, nama penulis) yg jadi fokus di sampul depan.

      Btw ini pake Paint 3D? Aku blm pernah nyobain sih, tp knp ga bisa di crop ya? Kalo nambahin object gitu bisa digeser2 ga? Kalo MS Paint kan ga bisa tuh, sekali udah ketulis di satu sisi ya ga bisa digeser ke tempat lain. If so, then I think you should consider using another software xD kalo cuma layouting inkscape udah oke kok, bisa crop, align, resize proportionally, move around, etc. Kalo saja aku dapet gambar polosan hasil scan sampulnya, ini tangan aku dah geregetan pengen layoutnya di fix it noow haha.. soalnya gambar kamu bagus banget, asli.. aku ngerasa sayang aja tak tega ngelihat gambarnya “ternodai” oleh layout yg sebenernya bisa lebih rapi 😛

      So anyway ini knp ngolor ngidul yak haha.. it’s honestly a good illustration for the book cover, you’ve got great artistic sense for the design. I’m so pleased with it ^^

      Good job, Khalisa!

      Poin:
      – sampul depan: 60
      – sampul belakang: 60
      – punggung buku: 30
      – ketepatan waktu: 50
      – cerita: 50
      Total +250 poin, congrats!!

      Like

      1. Ukuran aslinya sih, dua-duanya segede A5. Tapi waktudiedit sama komputer jadi ya gitu deh…

        Aplikasi ngeditnya pakai Paint 3D sama Wondershare Filmora (Buat masukin logo).

        Oh iya, Tante, kalau mengumpulkan cerita dapat 50 poin lagi kan ya? Seperti cerita yang sebelumnya?

        Like

        1. Btw ganti inkscape lah, ga usah pake paint 3D+filmora lagi.. insya Allah lebih bagus dan proper xD *berasa jadi sales yg maksa dotcom haha

          Like

Leave a comment